Pekatnya Malam
Laju kereta membawa aku bersama putra ku meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan... Ya masa-masa indah itu yang terasa amat singkat, dan kini harus ditinggalkan
Aku terpaksa meninggalkan semua kenangan indah, demi permata hatiku...
Ada rasa perih yang tak dapat ku keluarkan dari dalam jiwa ku, yang semakin hari semakin dalam menancap dihati ku...
Musim dingin ini seakan menambah keperihan dihati...Ku peluk erat Azzam yang telah tertidur dipangkuan ku
Akhir-akhir ini sangat jarang ku lihat senyuman itu di paras wajah putra ku. Paras wajah yang sangat ku rindukan disetiap malam ku...
Dia memiliki duplikat paras wajah ayahnya...Entah tak ada bagian yang tersisa dari ku melainkan lesung pipi yang melekat dikedua pipinya.
Hanya itu yang membuktikan bahwa ia putra ku, ketika seseorang melihat putraku tersenyum.
Namun saat ini, rintihan yang mengambarkan rasa sakit diwajah putra ku lebih banyak daripada senyum manis yang membingkai diparas wajah nan tampan.
"Kau penguat ku nak...Tak ku biarkan apapun terjadi pada mu". lirih Aiyla seraya mengusap lembut rambut kepala putranya.
Aiyla melepas pandangan mata kearah kaca jendela disamping kiri tempat duduk, seraya masih mengusap lembut kepala putranya.
Terlihat pohon pinus disepanjang jalan, dan udara dingin yang semakin terlihat dikaca. Bulir-bulir bening itu mengalir perlahan dikaca dan tak terasa bulir bening itu juga jatuh menetes dipipi.
Ya...Aiyla tak dapat menahan rasa pilu yang menyayat dihatinya dan menyeruak melalui bulir bening yang juga keluar tanpa terasa dikedua ujung matanya.
"Mengapa ujian ini terlalu berat untuk ku yaaa Tuhan, ku mohon jangan ambil dirinya dari ku". lirih Aiyla dalam hati.
Dret... Dret.. Dret..
Getaran ponsel didalam tas menghilangkan lamunan Aiyla. Terlihat panggilan masuk dari ponselnya. Aiyla menerima panggilan tersebut dan terdengar suara wanita langsung menyapa dari seberang sana.
"La...sudah sampai mana? Aku akan menjemput mu dipemberhentian kereta," ucap wanita didalam pangilan tersebut dengan nada antusias.
"Aku masih diperjalanan, tapi sekitar 25 menit lagi aku akan sampai dipemberhentian kereta, aku akan beri kabar pada mu, kalau aku sudah sampai disana". Jawab Aiyla seraya mengakhiri panggilan tersebut.
Ditengah beratnya beban hidup ini, Aiyla masih bersyukur memiliki sahabat yang mengerti akan dirinya.
Sahabat sedari kecil dan berpisah setelah sahabatnya tersebut memutuskan untuk merantau kekota untuk mengadu nasib.
Walaupun hubungan mereka berdua hanya melalui telpon setelah terpisah, tapi tak melunturkan ikatan persahabatan yang telah terjalin dengan kuat sedari masa kecil.
Sahabatnya itu masih nyaman dengan kesendirian diusianya yang tak muda lagi. Masih begitu menikmati masa lajang dan hidup dikota besar sendirian.
Untuk seorang wanita pekerja kantor diusia yang merambat 30 tahun tidak menjadi masalah. Berbeda kalau seorang wanita yang tinggal dikampung. Ini akan jadi bahan gunjingan para tetangga.
Gul lebih memilih berkarier daripada memilih cepat menikah, berbeda dengan dirinya yang bersedia menerima lamaran dari seorang pria pujaan hatinya yang menjadi ayah dari putranya.
Suara pluit menandakan pemberhentian kereta telah sampai, Aiyla berusaha membangunkan putranya yang juga masih tertidur dengan nyenyaknya.
"Nyonya apakah anda akan berhenti pada pemberhentian ini? Sapa seorang wanita paruh baya yang duduk disisi bangku sebelah kanan dirinya.
Aiyla menganggukan kepala seraya tersenyum pada wanita tersebut. Berusaha kembali membangunkan putranya yang masih tertidur.
"Zam... Bangun sayang... Kita sudah sampai". Ucap Aiyla dengan lembut ditelinga putranya seraya mengusap lembut pundak anak lelaki tersebut.
"Apa kita sudah sampai dirumah aunti Gul? sahut putranya seraya mengusap mata dengan punggung tangan sebelah kanan.
Aiyla kembali tersenyum, lensung pipinya terlihat sangat jelas dikedua pipinya yang juga sama dimiliki putranya.
Aiyla menggandeng putranya menyusuri lorong kereta seraya menjinjing sebuah koper ditangan kanannya. Melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta pada stasiun pemberhentian tersebut.
Mencari sebuah tempat yang nyaman agar putranya bisa duduk selagi menunggu sahabatnya menjemput. Dirinya tak ingin putranya lelah berdiri dikarenakan kondisi putranya yang tengah sakit.
Terlihat bangku panjang dibagian sudut dipemberhentian kereta tersebut. Aiyla melangkahkan kaki menuju kesana seraya merogoh ponselnya yang terdapat didalam saku mantelnya.
Ditekannya keypad yang ada pada layar ponsel, dan berusaha menghubungi sahabatnya. Terdengar sapaan diseberang sana dari panggilan telpon tersebut.
"Aiyla kamu dimana? Aku sudah ada distasiun nih, posisi mu dimana? " Sahut Gul seraya berjalan dengan mata melihat kesegala arah.
Aiyla melihat sahabatnya itu dari kejauhan dan melambaikan tangan untuk memberikan tanda dengan posisi ponsel masih melekat didaun telinganya.
Ternyata sahabatnya itu dapat melihat lambaian tangan Aiyla dari kejauhan karena posisi ponselnya yang masih hidup terdengar suara Aiyla memangil namanya.
Rasa rindu tak terbendung lagi, kedua wanita tersebut saling melepaskan rindu dengan cara berpelukan yang sangat erat sekali.
Ada raut kebahagian terpancar dengan jelas diwajah mereka berdua, tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang memperhatikan tingkah mereka.
"Hay... Ganteng... Ini Azzam kan". Sapa Gul pada anak lelaki yang juga sedari tadi memperhatikan ibunya dengan wanita yang menyapanya itu.
Azzam menganggukan kepalanya dan masih dengan wajah terpaku melihat kebahagian ibu dan wanita yang disamping ibunya tersebut
"Ayo sayang kita kerumah Aunti, mau es krim? Aunti sudah belikan buat Azzam". Ucap Gul pada anak lelaki tersebut seraya memeluk hangat putra Aiyla.
Sekali lagi Azzam menganggukan kepalanya dengan senyum tipis membingkai diujung bibirnya yang mungil.
🌵🌵🌵
Mobil berhenti pada sebuah apartemant, Gul mengajak Aiyla dan putranya menuju pintu masuk dan membantu membawa koper yang dibawa Aiyla
Aiyla menatap apartemant tersebut sebelum masuk kedalam, tempat tinggal sahabatnya itu sangat bangus dan terkesan mewah.
Dirinya yakin pasti tidak akan sembarangan orang bisa hidup dan tinggal disini. Tempatnya yang strategis terletak dipusat kota.
"Teryata kau sudah sukse Gul...Aku ikut senang.. Tapi kedatangan ku bersama putraku pasti akan merepotkan mu dan menjadi beban untuk mu". Ucap Ayla dengan wajah sendu.
Gul menghentikan langkahnya setelah mendengarkan perkataan sahabatnya itu. Diraihnya tangan Aiyla dan menggenggamnya dengan erat serta menatap dalam wajah sahabatnya itu.
Tatapan mata Gul seakan memberikan keyakinan pada diri Aiyla bahwa apa yang dipikirkannya adalah sebuah kekeliruan
"Jangan berpikir demikian, kita adalah sahabat. Sudah selayaknya aku membantu mu disaat seperti ini, kau bukan hanya sahabat ku melainkan sudah ku anggap saudari ku Aiyla... Dan putra mu juga sudah ku anggap adalah anak ku sendiri". Ucap Gul dengan mata berkaca-kaca.
Aiyla tak dapat membendung rasa haru mendengar perkataan sahabatnya itu, dipeluknya erat kembali wanita yang ada dihadapanya itu.
"Terima kasih ya Tuhan...Kau kirimkan penguat didalam hidupku melalui wanita ini". Batin Aiyla didalam hati dan bulir bening itu kembali menetes dari ujung matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
🎆🎉Nurul Zakkibun Ohara🌈
mampir aku k,,,
2021-07-06
0
IG: Saya_Muchu
Double like thor ku
2021-05-20
1
Wanda Handayani
Semanga dan mari saling dukung :)
2021-04-13
1