Pekatnya Malam

Pekatnya Malam

Bab 1

Laju kereta membawa aku bersama putra ku meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan... Ya masa-masa indah itu yang terasa amat singkat, dan kini harus ditinggalkan

Aku terpaksa meninggalkan semua kenangan indah, demi permata hatiku...

Ada rasa perih yang tak dapat ku keluarkan dari dalam jiwa ku, yang semakin hari semakin dalam menancap dihati ku...

Musim dingin ini seakan menambah keperihan dihati...Ku peluk erat Azzam yang telah tertidur dipangkuan ku

Akhir-akhir ini sangat jarang ku lihat senyuman itu di paras wajah putra ku. Paras wajah yang sangat ku rindukan disetiap malam ku...

Dia memiliki duplikat paras wajah ayahnya...Entah tak ada bagian yang tersisa dari ku melainkan lesung pipi yang melekat dikedua pipinya.

Hanya itu yang membuktikan bahwa ia putra ku, ketika seseorang melihat putraku tersenyum.

Namun saat ini, rintihan yang mengambarkan rasa sakit diwajah putra ku lebih banyak daripada senyum manis yang membingkai diparas wajah nan tampan.

"Kau penguat ku nak...Tak ku biarkan apapun terjadi pada mu". lirih Aiyla seraya mengusap lembut rambut kepala putranya.

Aiyla melepas pandangan mata kearah kaca jendela disamping kiri tempat duduk, seraya masih mengusap lembut kepala putranya.

Terlihat pohon pinus disepanjang jalan, dan udara dingin yang semakin terlihat dikaca. Bulir-bulir bening itu mengalir perlahan dikaca dan tak terasa bulir bening itu juga jatuh menetes dipipi.

Ya...Aiyla tak dapat menahan rasa pilu yang menyayat dihatinya dan menyeruak melalui bulir bening yang juga keluar tanpa terasa dikedua ujung matanya.

"Mengapa ujian ini terlalu berat untuk ku yaaa Tuhan, ku mohon jangan ambil dirinya dari ku". lirih Aiyla dalam hati.

Dret... Dret.. Dret..

Getaran ponsel didalam tas menghilangkan lamunan Aiyla. Terlihat panggilan masuk dari ponselnya. Aiyla menerima panggilan tersebut dan terdengar suara wanita langsung menyapa dari seberang sana.

"La...sudah sampai mana? Aku akan menjemput mu dipemberhentian kereta," ucap wanita didalam pangilan tersebut dengan nada antusias.

"Aku masih diperjalanan, tapi sekitar 25 menit lagi aku akan sampai dipemberhentian kereta, aku akan beri kabar pada mu, kalau aku sudah sampai disana". Jawab Aiyla seraya mengakhiri panggilan tersebut.

Ditengah beratnya beban hidup ini, Aiyla masih bersyukur memiliki sahabat yang mengerti akan dirinya.

Sahabat sedari kecil dan berpisah setelah sahabatnya tersebut memutuskan untuk merantau kekota untuk mengadu nasib.

Walaupun hubungan mereka berdua hanya melalui telpon setelah terpisah, tapi tak melunturkan ikatan persahabatan yang telah terjalin dengan kuat sedari masa kecil.

Sahabatnya itu masih nyaman dengan kesendirian diusianya yang tak muda lagi. Masih begitu menikmati masa lajang dan hidup dikota besar sendirian.

Untuk seorang wanita pekerja kantor diusia yang merambat 30 tahun tidak menjadi masalah. Berbeda kalau seorang wanita yang tinggal dikampung. Ini akan jadi bahan gunjingan para tetangga.

Gul lebih memilih berkarier daripada memilih cepat menikah, berbeda dengan dirinya yang bersedia menerima lamaran dari seorang pria pujaan hatinya yang menjadi ayah dari putranya.

Suara pluit menandakan pemberhentian kereta telah sampai, Aiyla berusaha membangunkan putranya yang juga masih tertidur dengan nyenyaknya.

"Nyonya apakah anda akan berhenti pada pemberhentian ini? Sapa seorang wanita paruh baya yang duduk disisi bangku sebelah kanan dirinya.

Aiyla menganggukan kepala seraya tersenyum pada wanita tersebut. Berusaha kembali membangunkan putranya yang masih tertidur.

"Zam... Bangun sayang... Kita sudah sampai". Ucap Aiyla dengan lembut ditelinga putranya seraya mengusap lembut pundak anak lelaki tersebut.

"Apa kita sudah sampai dirumah aunti Gul? sahut putranya seraya mengusap mata dengan punggung tangan sebelah kanan.

Aiyla kembali tersenyum, lensung pipinya terlihat sangat jelas dikedua pipinya yang juga sama dimiliki putranya.

Aiyla menggandeng putranya menyusuri lorong kereta seraya menjinjing sebuah koper ditangan kanannya. Melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta pada stasiun pemberhentian tersebut.

Mencari sebuah tempat yang nyaman agar putranya bisa duduk selagi menunggu sahabatnya menjemput. Dirinya tak ingin putranya lelah berdiri dikarenakan kondisi putranya yang tengah sakit.

Terlihat bangku panjang dibagian sudut dipemberhentian kereta tersebut. Aiyla melangkahkan kaki menuju kesana seraya merogoh ponselnya yang terdapat didalam saku mantelnya.

Ditekannya keypad yang ada pada layar ponsel, dan berusaha menghubungi sahabatnya. Terdengar sapaan diseberang sana dari panggilan telpon tersebut.

"Aiyla kamu dimana? Aku sudah ada distasiun nih, posisi mu dimana? " Sahut Gul seraya berjalan dengan mata melihat kesegala arah.

Aiyla melihat sahabatnya itu dari kejauhan dan melambaikan tangan untuk memberikan tanda dengan posisi ponsel masih melekat didaun telinganya.

Ternyata sahabatnya itu dapat melihat lambaian tangan Aiyla dari kejauhan karena posisi ponselnya yang masih hidup terdengar suara Aiyla memangil namanya.

Rasa rindu tak terbendung lagi, kedua wanita tersebut saling melepaskan rindu dengan cara berpelukan yang sangat erat sekali.

Ada raut kebahagian terpancar dengan jelas diwajah mereka berdua, tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang memperhatikan tingkah mereka.

"Hay... Ganteng... Ini Azzam kan". Sapa Gul pada anak lelaki yang juga sedari tadi memperhatikan ibunya dengan wanita yang menyapanya itu.

Azzam menganggukan kepalanya dan masih dengan wajah terpaku melihat kebahagian ibu dan wanita yang disamping ibunya tersebut

"Ayo sayang kita kerumah Aunti, mau es krim? Aunti sudah belikan buat Azzam". Ucap Gul pada anak lelaki tersebut seraya memeluk hangat putra Aiyla.

Sekali lagi Azzam menganggukan kepalanya dengan senyum tipis membingkai diujung bibirnya yang mungil.

🌵🌵🌵

Mobil berhenti pada sebuah apartemant, Gul mengajak Aiyla dan putranya menuju pintu masuk dan membantu membawa koper yang dibawa Aiyla

Aiyla menatap apartemant tersebut sebelum masuk kedalam, tempat tinggal sahabatnya itu sangat bangus dan terkesan mewah.

Dirinya yakin pasti tidak akan sembarangan orang bisa hidup dan tinggal disini. Tempatnya yang strategis terletak dipusat kota.

"Teryata kau sudah sukse Gul...Aku ikut senang.. Tapi kedatangan ku bersama putraku pasti akan merepotkan mu dan menjadi beban untuk mu". Ucap Ayla dengan wajah sendu.

Gul menghentikan langkahnya setelah mendengarkan perkataan sahabatnya itu. Diraihnya tangan Aiyla dan menggenggamnya dengan erat serta menatap dalam wajah sahabatnya itu.

Tatapan mata Gul seakan memberikan keyakinan pada diri Aiyla bahwa apa yang dipikirkannya adalah sebuah kekeliruan

"Jangan berpikir demikian, kita adalah sahabat. Sudah selayaknya aku membantu mu disaat seperti ini, kau bukan hanya sahabat ku melainkan sudah ku anggap saudari ku Aiyla... Dan putra mu juga sudah ku anggap adalah anak ku sendiri". Ucap Gul dengan mata berkaca-kaca.

Aiyla tak dapat membendung rasa haru mendengar perkataan sahabatnya itu, dipeluknya erat kembali wanita yang ada dihadapanya itu.

"Terima kasih ya Tuhan...Kau kirimkan penguat didalam hidupku melalui wanita ini". Batin Aiyla didalam hati dan bulir bening itu kembali menetes dari ujung matanya.

Terpopuler

Comments

🎆🎉Nurul Zakkibun Ohara🌈

🎆🎉Nurul Zakkibun Ohara🌈

mampir aku k,,,

2021-07-06

0

IG: Saya_Muchu

IG: Saya_Muchu

Double like thor ku

2021-05-20

1

Wanda Handayani

Wanda Handayani

Semanga dan mari saling dukung :)

2021-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Visual Tokoh dalam Cerita Pekatnya Malam
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 128
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 Bab 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167
169 Bab 168
170 Bab 169
171 Bab 170
172 Bab 171
173 Bab 172
174 Bab 173
175 Bab 174
176 Bab 175
177 Bab 176
178 Bab 177
179 Bab 178
180 Bab 179
181 Bab 180
Episodes

Updated 181 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Visual Tokoh dalam Cerita Pekatnya Malam
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 128
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
Bab 139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167
169
Bab 168
170
Bab 169
171
Bab 170
172
Bab 171
173
Bab 172
174
Bab 173
175
Bab 174
176
Bab 175
177
Bab 176
178
Bab 177
179
Bab 178
180
Bab 179
181
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!