Aku, Kamu, Dia dan Mereka

Sudah20 menit berlalu namun Mila tak kunjung kembali ke kelas. Membuat Seno bertanya-tanya, kemana perginya Mila?

“Ssssstttt, Ssssttttttt. Yana! Yan,,,” panggil Seno dengan setengah berbisik. Tempat duduknya tepat berada di belakang Yana.

“Haa, apaaa?” jawab Yana dengan malas karna sedang asik tertidur di meja.

“Mila mana? ke kamar mandi lama amat?” tanyanya yang terlihat gelisah karna tak bisa mengerjakan soal.

“Sakit perut kali,,,!” ucap Yana dengan ketus karna kesal tidurnya diganggu oleh ocehan Seno.

“Cek sanaa,,,” perintahnya dengan menarik-narik baju Yana.

“Gue laki, Nyet! Ya kali masuk ke toilet cewek.” teriak Yana yang makin kesal. Seno semakin saja menganggu

tidurnya.

Merasa terganggu dengan suara berisik Seno dan Yana di belakang. Bu Yanti menegur mereka berdua. “Seno, kamu sudah selesai?”

“Aaaa anu, Bu. Belum, Bu.” kata Seno dengan terbata-bata dan menggaruk kepalanya.

“Lalu kenapa gelisah dan berisik? Ada yang kesulitan?” tanya Bu Yanti dengan lembut.

“Ah enggak kok, Bu.” Seno pura-pura kembali mengerjakan tugasnya.

“Lalu ada apa? Kamu mau ke toilet?” tanya Bu Yanti lagi.

Ketika Seno ingin menjawab, Ya. Tiba-tiba ada tangan yang lebih dulu mengacung.

“Saya, Bu. Saya yang mau izin ke toilet.” Bian langsung berdiri.

“Ya sudah, silahkan. Jangan ditahan.” Bu Yanti mempersilahkan Bian untuk segera pergi ke toilet.

“Lah,,, kok jadi dia sih?” gerutu Seno. Kesal melihat Bian main nyerobot begitu saja.

“Tadi Ibu tawarkan kamu tidak mau, Seno?” tegur Bu Yanti mendengar Seno ngedumel kesal sendiri.

“Ih bukan ke Ibu kok ngomongnya.” katanya mengelak.

“Lalu ke siapa?”

“Yana, Bu. Yana.” Seno melempar alasannya pada Yana.

Mendengar temannya membuat gaduh kelas. Yana menaruh kepalanya lagi di meja. Mengisyaratkan pada Seno

untuk tidur saja. Daripada dia hanya membuat kelas menjadi berisik. Itulah contoh kecil dari Seno. Si pembuat gaduh kelas karna ocehannya. Yang sering kena hukuman karna mulutnya yang berisik bak knalpot racing.

Di luar kelas Bian mencari Mila. Dia bergegas ke toilet cewek yang letaknya berseberangan dengan toilet pria. Bian menunggu Mila di depan pintu dan tak sengaja mendengar isak tangisnya dari dalam toilet. Tak selang waktu lama. Mila keluar dari toilet sambil menyeka air matanya yang masih tersisa. Mila tak menyadari bahwa ada yang menunggunya di depan pintu. Bian memegang lengan Mila dan membuatnya terkejut. Bian ingin menanyakan, apakah dia baik-baik saja? Tapi sebelum berucap, Mila sudah melepaskan lebih dulu genggaman tangannya dan pergi begitu saja kembali ke kelas. Bian heran dengan sikap Mila yang tiba-tiba acuh padanya. Mengapa dia tiba-tiba mendadak cuek dan menghindarinya? Apa karna marah soal semalam?

🌻

“Sudah, Mila?” tanya Bu Yanti saat melihat Mila kembali dari toilet.

Mila mengangguk sambil berjalan kembali ke tempat duduknya. Dia tak menjawab karna tak ingin teman-temannya mendengar suaranya sehabis menangis.

“Ke toilet apa ke pasar? Lama banget!” saut Cila memancing konflik. Dia adalah Ketua Genk Kampak sebutan dari Mila.

Mila melirik tajam ke arahnya. “Iya. Abis beli CABE!” balas Mila menohok sambil berjalan acuh ke kursinya.

Anak-anak tertawa mendengar celotehan Mila yang sengaja menyindir keras Cila.

“Sudah-sudah jangan berisik. Shila dan Mila jaga ucapannya.” Bu Yanti menegur mereka berdua.

Cila adalah musuh bebuyutan Mila. Mereka sering berseteru, beradu argumen tapi gak sampai jambak-jambakan.

Ya, tepatnya belum sih. Cila adalah Ketua Genk AxePink. Dia menyebut dirinya paling cantik dan imut di kelas. Padahal tetot,,!

Ada 5 personil Genk Axepink. Mereka adalah Ayana, Netha, Diana, Aqila, dan Cila. Sebenarnya nama aslinya itu Shila tapi karna emang ngarep di bilang imut, dia menyebutnya jadi Cila . Padahal bagusan juga nama aslinya. Gue kenalin sedikit pribadi mereka.

Ayana, dia yang paling tidak banyak bicara di antara teman-temannya. Penurut sekaligus pesuruh mereka.

Netha, tangan kanannya Cila. Selalu ingin bersaing dengannya soal berat badan yang ideal, tapi paling setia dan selalu menjadi support sistem bagi Cila.

Diana, nah kalau ini tangan kirinya Cila. Si kompor yang selalu menciptakan percikan api pada teman-temannya. Alias tukang gosip. Gak bisa denger berita panas sedikit, langsung jiwanya meronta-ronta untuk menyebarkannya secara luas ke pelosok sekolah.

Aqila, singkatnya panggil aja Qila. Lebih dekat dengan Ayana daripada yang lain karna dia juga gak banyak bicara seperti Ayana, tapi banyak pacar iya. Diam-diam tapi busuk juga hatinya. Serigala berbulu domba.

Shila, biasa di panggil Cila. Nah ini biang keroknya. Si ketua yang selalu tampil cetar. Tajir, langsing, modis dan royal. Gak mau kalah saing dengan siapa pun. Tidak suka pengkhianat. Jika ada yang melakukannya, apalagi teman dekatnya sendiri. Dia tak segan-segan untuk mendepaknya langsung.

Oke segitu aja.

🌻

Bel istirahat berbunyi dan pelajaran pun berakhir. Seluruh anak-anak berhamburan keluar kelas dan memadatkan kantin sekolah. Menyerbu warung mie ayam dan bakso langganan mereka. Hanya Mila yang tidak meninggalkan kelas. Dia berdiam diri di kelas memendamkan kepalanya di atas meja dan kembali tidur. Yana mengajaknya keluar sekolah tapi dia menolak dengan alasan nanti menyusul. Mila enggan untuk beranjak kemana pun. Dia hanya ingin tidur agar suasana hatinya membaik dan moodnya kembali.

Di kantin Cila dan teman-temannya berkumpul membicarakan Mila.

“Cil, tadi lu lihat gak sih matanya si Mila?” Diana memulai pembicaraan saat mereka sedang asik makan.

“Engga, ngapain banget! Kerajinan, lihatin mata dia. Iyuwh,,,,,!” katanya dengan menunjukkan mimik wajah jijik.

“Serius, Cil. Tadi tuh gue lihat, kek sembab-sembab gitu matanya. Kaya abis nangis deh.” Diana makin serius dengan obrolannya.

“Masa?” Cila menghentikan makannya. Dia mulai terpancing dengan ucapan Diana dan sementara memikirkannya.

Namun,,, “Ihhhh tau ahhh! Mau makan ajaaa. Bahas itu nanti.” Cila lanjut makan dengan lahap.

“Lu gak diet?” tanya Netha termenung melihat Cila. Dia heran melihat cara makannya yang seperti orang kelaparan dan tumben banget lupa dengan dietnya.

“Gak ah, bosen!” Cila menjawab dengan mulut penuh makanan.

Lalu mereka tertawa melihat Cila yang hari ini absen dengan dietnya. Biasanya Cila hanya memakan sepotong roti dan yogurt. Mungkin efek dijemur di lapangan tadi. Di tambah lagi dengan tugas-tugas yang menumpuk. Jadi mungkin nafsu makannya memuncak dan mengaku kalah dengan perutnya kali ini.

🌻

Di warung tongkrongan.

Seno mendekati Bian yang baru saja datang. Seno kesal dengan tingkahnya di kelas tadi yang main nyerobot

begitu aja ke toilet. Tau kan kalau Seno orangnya panasan. Macem knalpot. Jadi ya begitu deh.

“Eh, Bi! Lu kok tadi maen nyerobot aja sih. Udah tau gue mau ke toilet duluan.” tegur Seno kesal sambil menatap tajam Bian.

“Yang kebelet kan bukan lu doang.” jawabnya dengan santai.

“Yeeeeeee! Selow dong lu,,,!” Seno makin memanas melihat respon Bian.

“Lah yang ngegas juga elu.” Bian sedikit terpancing emosi mendengar nada suara Seno meninggi.

“Udahlah, Sen. Gak usah di ributin. Gituan doang,” lerai Yana.

Bian mengurungkan niatnya untuk duduk. Dia memilih meninggalkan tongkrongan dan kembali ke dalam sekolah.

dia malas harus beradu argumen lagi dengan Seno bila tidak pergi dari sana. Sebelum kembali ke kelas, dia mampir sebentar ke kantin untuk membeli minuman matcha kesukaan Mila. Sekalian dia mencari Mila di kantin tapi tidak terlihat. Setelah mendapatkan minumannya, dia bergegas langsung ke kelas untuk mencari Mila dan memberikan itu padanya. Sebagai permintaan maaf karna tak mengangkat teleponnya semalam tapi ternyata di dalam kelas Mila tidak sendiri. Sudah ada Tian yang menghampirinya lebih dulu.

“Mil, bangun. Milaaaa,,,” ucap Tian sambil menggoyang-goyangkan tubuh Mila yang tertidur.

“Apaan sih, Tiannnn? Ganggu deh ah. Ngantukkkkkk!” rengek Mila dengan mata yang masih terpejam.

“Bangun. Ini minum dulu,,,” paksa Tian sambil menyodorkan minuman yang dia bawa khusus untuknya.

Mila membuka mata dan senyum langsung mengambang di bibir begitu tau apa yang Tian bawa untuknya.

“Thank’s, Tiannnn. Tau aja balikin mood gue.” Mila menerima minuman yang Tian berikan.

Dibalik tembok depan kelas Bian mendengarkan percakapan mereka berdua. Dengan hati kesal karna tak berhasil memberikan minumannya lebih dulu dari Tian. Sampai-sampai tangannya tak sadar meremas botol minuman yang di genggamnya. Arsya yang melihat sahabatnya melamun di depan kelas lalu menegurnya.

“Lah lu kenapa, Bi? Bukannya diminum malah di pegangin doang. Sini buat gue,” tegur Arsya menyenggol bahu Bian.

Arsya adalah satu-satunya teman Bian di sekolah. Sebenarnya Bian juga dekat dengan Mila tapi dia lebih dari sekedar teman baginya. Cuma aja Bian juga belum bilang itu langsung ke Mila. Mereka dekat sejak Bian menjadi Ketua Osis dan Mila bendaharanya tapi saat itu Bian tak fokus pada perasaannya karna kesibukan di Osis terlalu menyita waktu. Padahal Mila juga punya perasaan yang sama denganya. Alasan itulah yang membuat mereka saling diam dan tak menggubris perasaan masing-masing. Akhirnya Mila tak terlalu memikirkan perasaannya terlalu

mendalam. Namun perasaan itu masih ada sampai sekarang di hati keduanya. Ditambah lagi sekarang mereka juga sekelas.

Bian memberikan minumannya pada Arsya dan langsung pergi begitu saja. “Lu mau kemana, Bi?” teriak Arsya melihat Bian pergi meninggalkannya tanpa berucap apa-apa. Arsya hanya menggeleng bingung. Dia pun masuk ke dalam kelas dan menyapa Mila yang ada di sana. “Hallo Mila, are you okey?”

“I’am good, Sya." sapa balik Mila pada Arsya.

“Ih, kita samaan minumannya. Kamu coklat, aku matcha.” ucapnya centil sambil menunjukkan minuman

di tangannya.

Mila menaikkan satu sisi bibirnya melihat ekspresi Arsya yang macam cowok lentur. “Tumben minum gituan?” tanya Mila heran.

“Ini dari Bian. Tadi dikasih di depan pintu.” menunjuk keluar kelas.

Mila mengerutkan dahi, menelaah keadaan dan segera menyadari. Jika, Bian telah mendengar perbincangan

dia dengan Tian sedari tadi dan pasti sudah salah sangka. Mila mengira, Bian cemburu dengan Tian. Dia pun tersungkur lesu lagi. Tubuhnya lemas seketika. Pikirannya sudah aneh-aneh lagi aja. Kenapa hari ini begitu menyebalkan?

“Yah, Mil. Diminum kali, masa tidur lagi?” protes Tian yang kecewa melihatnya tersungkur lagi di mejanya.

🌻

Yana dan yang lain kembali masuk ke dalam sekolah. Seno masih kepikiran dengan apa yang terjadi dengan Mila di toilet tadi. Seno mendengar Mila menangis di sana dari adik kelas yang sedang dekat dengannya. Seno pun menceritakan itu pada Yana.

“Yan, Mila kenapa sih? Kayanya hari ini jutek banget. Gak asik lah sumpah kalau dia kaya gitu. Terus katanya juga ya, di nangis tadi di toilet.” cerocosnya tanpa henti.

Yana tertegun heran mendengar ucapan Seno yang bilang Mila menangis di toilet. “Belom cerita dia.” tutur Yana sambil menggeleng. “Nanti juga baik lagi. Udah biarin dulu aja. Lagi ada masalah sama nyokapnya mungkin. Lu tau dari mana, dia tadi nangis?” tanyanya penasaran.

“Ya palingan juga dari korban gombalannya, Yan.” saut Wahyu dengan mulut yang asik mengunyah cemilan.

Seno meremas mulut Wahyu dan merebut cemilannya. Amar hanya tertawa melihat kucing dan tikus itu memulai pertikaian. Sampainya mereka di kelas, Seno langsung menghampiri Mila dan melihat Tian yang sudah duduk di hadapan Mila.

“Buset, Tian. Lu gercap banget sih. Udah duluan aja. Pantes tadi langsung kabur. Taunya udah di sini aja.” teriak Seno yang langsung duduk di samping Mila. “Milaaa. Milaaa,,,” panggil Seno dengan manja.

“Lu kenapa ganggu banget sih, Sen?” omel Mila yang merasa terganggu dengan suara berisik Seno. Lantas dia bangun dari tidurnya dan pergi. Mila berencana pergi ke perpustakaan agar tidak ada yang mengganggu tidurnya lagi.

“Ya ampun, Mil. Masih galak aja. Mila, mau kemanaaaa?” teriak Seno melihat Mila pergi dari kelas.

“Lu sih, Sen! Gangguin aja heran. Di bilang biarin aja dulu.” kata Yana ikut marah.

Tian pasrah melihat Mila pergi dan tak berniat mengejarnya. Tian pikir Mila tak ingin diganggu saat ini.

Saat Mila hendak ke perpustakaan. Dia melihat Bian yang sedang berbicara dengan Qila. Salah satu personil genx kampak yang sedang gencar mendekati Bian. Mila menghentikan langkahnya dan sedikit menguping pembicaraan mereka. Terlihat dari keduanya Sepertinya mereka cukup akrab. Mereka serius membicarakan tugas yang diberikan Pak Hamzah. Qila bertanya tentang yang tak dia mengerti pada Bian.

“Makasih ya, Bian. Nanti coba aku pelajarin ulang. Kalau gitu aku duluan ya.” Qila  melambaikan tanganya.

“Oke,,,” kata Bian singkat. Tak membalas lambaian tangan Qila.

Melihat Mila dihadapannya membuat Qila menyapanya tapi Mila tak balik menyapa, malahan dia langsung membalikkan badan. Qila tau pasti Mila telah cemburu karna melihat Bian yang dekat dengan dirinya. Tanpa Mila mengetahui hal itu sebelumnya. Sebenarnya alasan Qila sengaja mendekati Bian hanya untuk sekedar main-main aja. Sekaligus untuk dapat membantuan saat dia tak mengerti tentang tugas-tugas sekolah. Ya bisa di bilang manfaatin otaknya Bian aja.

Sekarang Mila yang gantian salah sangka dengan Qila dan Bian. Hmm,,, sepertinya sudah ada bumbu-bumbu percintaan segi empat nih. Bian yang mendengar Qila memanggil Mila. Segera berpaling, tapi Mila sudah keburu pergi dengan cepat masuk ke kelas. Sekarang gantian dia yang heran. Mengapa Mila kabur saat melihat dia berdua dengan Qila? Apakah Mila cemburu?

🌻

Bel masuk berbunyi dan pelajaran berlanjut. Suasana sekolah menuju siang hari cukup hening. Terik matahari bersaing dengan angin yang berhembus kencang dan menyapa dengan ramah. Ada yang mulai mengantuk karna kekenyangan makan. Ada juga yang asik ngobrol dengan teman sebangkunya dan mengabaikan guru yang sedang mengajar di depan. Ada yang sedang melamun karna memikirkan sesuatu. Seperti Mila yang sedang melamun dengan menatap kosong ke arah jendela sambil bertanya dalam hati. Ada  kedekatan apa Bian dan Qila? Apakah ada hubungan yang serius antara mereka berdua atau hanya ketakutannya saja?

Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Bel pulang sekolah pun berdering. Anak-anak membubarkan diri dari kelas untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. Mila masih dalam diamnya. Sepulang sekolah dia biasanya pulang bersama dengan Yana. Pokoknya dimana ada Mila di situ pasti ada Yana. Mereka terpisah hanya saat di rumah aja. Ya karna jelas mereka beda rumah dan juga saat mereka sedang bertengkar. Itu pasti karna mereka sedang berbeda pendapat atau Mila yang sedang ngambek pada Yana karna suatu hal.

Yana menjaga Mila layaknya adik dan kakak. Keluarga mereka juga saling mengenal baik karna kebetulan mereka bertetangga. Cuma beda satu  komplek aja. Kedekatan mereka makin dekat karna Mila dan Yana, yang kebetulan satu sekolah di SMA yang sama. Orang tua Yana sering menitipkan Yana dan Yuna pada orang tua Mila jika mereka harus pergi untuk bekerja di luar kota. Orang tua Yana, mereka pekerja yang sangat sibuk. Jadi sering meninggalkan mereka berdua untuk waktu yang cukup lama.

Kedekatan Yana dan Mila terkadang membuat teman-temannya mengira kalau mereka berpacaran tapi nyatanya tidak. Menaruh perasaan pada satu sama lainnya aja tidak. Mereka murni hanya bersahabat saja. Jika ada yang mendekati Mila, harus bisa dekat juga dengan Yana. Ya karna pendapat Yana akan selalu didengar oleh Mila. Salah

satunya adalah Tian. Dia sekarang cukup dekat dengan Mila karna usulan dari Yana. Yana mempercayakannya untuk menjaga Mila, jika dia tidak masuk sekolah.

Pernah suatu ketika Yana tidak masuk ke sekolah karena sakit. Mila dan Cila berseteru hebat. Cila melabrak Mila karna cowok yang di taksirnya mendekati Mila. Padahal cowok itu hanya menolong Mila saat bukunya jatuh karna tertabrak olehnya. Dia lalu menolong Mila untuk membawakan bukunya. Itu pun Mila menolak bantuannya tapi cowok itu memaksa karna merasa bersalah.

Pada saat kejadian itu Cila melihat dan langsung salah paham begitu saja. Cila langsung menghampiri mereka berdua dan bilang kalau Mila sudah sok kecentilan karna menggoda gebetannya. Dari situlah awal mula mereka menjadi musuh bebuyutan. Mila tak terima dengan sikap Cila yang main kasar. Bahkan dia hampir menyiram Mila dengan air mineral. Untung saja terselamatkan oleh Tian yang tak sengaja lewat di depan mereka. Tian langsung melindungi Mila dan akhirnya dialah yang terkena siraman air itu.

Mila sungguh jengkel dan ingin sekali membalasnya tapi ditahan oleh Tian. Padahal cowok itu juga baru gebetannya belum fix pacaran. Dia bahkan langsung meninggalkan Cila begitu saja saat melihat tingkahnya pada Mila. Cila malah semakin menyangka itu karna Mila. Itulah kelakuan Cila yang tak masuk akal bagi Mila.

Lalu keesokan harinya Yana menegur Cila. Namun Cila malah semakin mengolok-olok Mila dan bilang kalau dia payah karna beraninya ngadu dan bawa-bawa bodyguard. Itu semakin membuat Mila kesal dan geram padanya. Yah seperti itulah resenya Cila. Setelah kejadian itu, Mila meminta Yana untuk tidak ikut campur. Urusan apapun antara dia dan Cila, biarkan itu menjadi urusan mereka berdua karna itu masalah cewek sama cewek. Jika ribut pun, parah-parahnya ya paling cuma jambak-jambakan aja. Yana pun berjanji untuk tidak ikut campur lagi masalah mereka. Dia tau juga jika Mila pasti bisa menyelesaikannya sendiri.

Kedekatan Tian dan Mila saat ini masih sebatas mengagumi dalam diam. Dia masih belum berani untuk mengutarakan perasaannya langsung pada Mila. Dia takut kalau itu bertepuk sebelah tangan karna dia juga tau tentang kedekatan Mila dengan Bian. Yang mana sekarang Mila juga mulai memperlihatkan lagi ketertarikannya pada Bian. Namun sepertinya ada penghalang juga antara Bian dan Mila yaitu Qila. Jadi pada siapakah mereka

akhirnya?

Apakah Tian dan Mila atau Mila dan Bian ?

Atau juga Bian dan Qila atau bisa juga Qila dan Tian?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!