Dalam perjalanan menuju kelas, Axera masih memikirkan alasan gadis tadi tak bereaksi sesuai perkiraannya hingga di tengah jalan ia baru sadar, ia baru saja membaca sampul awal buku tanpa sempat melihat isinya. Bisa-bisanya ia lupa diri saat berhadapan dengan perempuan. Ternyata yang dikatakan oleh murid laki-lakinya memang benar, mereka sedikit menyeramkan.
Axera lalu melihat ke arah luar, memerhatikan kota yang terbentang luas hingga tembok kerajaan tampak begitu kecil di kejauhan. Ia tak menyangka semua ini berawal dari seorang saja. Sebuah kerajaan terbesar sekaligus terkuat di benua Terrana, dapat tercipta hanya karena sebuah perjuangan. Seperti yang sudah diceritakan oleh para guru di tiap pertemuan, dulunya benua Terrana adalah tempat yang berbahaya, di mana mahluk hidup saling bertarung untuk memperebutkan wilayah kekuasaan atau sekedar menghabiskan waktu. Perang besar terjadi di mana-mana tanpa dapat terhentikan. Ribuan nyawa terbuang begitu saja di medan perang, mati membusuk tanpa sebuah tanda jasa hingga menjadi sebuah sejarah biasa, yang dapat ditemukan di hampir tiap buku dan kini tak terlalu dianggap penting. Dan pada saat itu, beberapa ras yang sekarang telah punah, dulu masih menguasai beberapa bagian benua. Mereka adalah Demon, Dragonoid, Valkyrie dan Druid. Empat ras besar dengan kekuatan di luar batas wajar. Mereka adalah ras yang jarang berperang, namun seorang saja dari mereka muncul, maka kehancuran besar sudah pasti terjadi di medan perang tersebut.
Suatu ketika, mereka tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa sebuah kabar. Tak ada yang tahu di mana, siapa dan karena apa mereka pergi. Tak seorang pun juga tahu nama ataupun wajah bentuk dan wajah asli mereka, mengingat tiap orang yang melihat salah satunya, sudah menjadi mayat tak berbentuk. Kini, mereka hanya menjadi sebuah legenda belaka, legenda yang sering digunakan untuk menakut-nakuti anak kecil jika sering melawan orang tua. Namun, entah mengapa, Axera merasa mereka sebenarnya masihlah ada, namun menyembunyikan diri dari dunia luar.
Banyak alasan yang dapat dipertimbangkan sebagai sebuah penghalang bagi mereka untuk menunjukkan diri kembali. Mungkinkah mereka ingin menghentikan perang besar tersebut? Mungkinkah mereka sebenarnya telah melemah dan takut untuk dimusnahkan? Ataukah mungkin mereka sebenarnya sedang menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih besar?
Berbagai kemungkinan dapat terjadi dan tiap alasan, memiliki kemungkinannya masing-masing. Dengan kata lain, begitu banyak hal yang dapat terjadi di kemudian hari, tapi mengapa orang-orang tampak begitu santai? Mungkinkah mereka mengira dunia ini benar-benar telah aman? Namun.. karena alasan apa?
Axera terus memikirkan berbagai pertanyaan yang satu per satu muncul dalam kepala. Ia memang maihlah seorang bocah berumur 12 tahun. Tetapi, ia suka memikirkan sesuatu yang berada di luar pemikiran biasa. Sebutan bahasa inggrisnya, ialah 'Out of the box'. Banyak yang bakal menganggap Axera sebagai seseorang yang aneh dan paranoid dengan pemikirannya itu, namun bocah tersebut sama sekali tak peduli. Lagipula tiap hari ia di bully oleh murid-murid akademi, sehingga penilaian orang lain terhadap dirinya sama sekali tak ia pikirkan. Ia juga tak perlu pusing memikirkan bagaimana perasaan orang tua atau orang terdekatnya, begitu mendengar Axera dianggap sebagai orang aneh, karena ia juga tak memiliki siapa-siapa. Salah satu alasan Axera suka menghabiskan waktu sendiri dan merasa lebih bebas.
Baru saja akan berbalik badan, seseorang sudah memutar badannya terlebih dahulu dengan kasar, mendorongnya keras ke dinding sembari mengangkat kerah bocah kecil tersebut. Murid laki-laki ini adalah seorang senior. Ia mengenakan seragam berwarna biru tua dan tampak sedikit garang, namun raut wajah emosi nya itu membuat wajahnya tampak sedikit menyebalkan, juga untuk pertama kalinya, Axera merasakan niat melukai yang besar muncul, berusaha menguasai tubuh.
"Apa yang kau lakukan bersama Yuna di perpustakaan hah!?" bentak murid tersebut, menarik perhatian murid-murid lain yang segera melingkari mereka seperti seekor semut menemukan sebuah permen. Mereka tampak bingung, namun tatapan mata masing-masing sudah memberitahu perasaan mereka yang sebenarnya.
Mereka menikmati ini.
"Jawab pertanyaanku, sebelum aku meremukkan beberapa tulangmu" ancamnya, mengangkat kerah Axera lebih tinggi hingga mendekati wajah murid tersebut yang tingginya sudah mencapai 175 cm, sementara Axera masihlah 160 cm.
Sekuat mungkin, Axera menahan perasaan yang kini meluap-luap dalam dirinya. Ia juga bingung mengapa ia tak dapat menahan emosi, padahal dirinya sudah sering diperlakukan seperti ini, bahkan jauh lebih buruk dibanding sekedar di labrak seperti sekarang.
Murid senior tersebut mengepalkan tangan kanan dan siap untuk meninju Axera. Tiap orang dapat merasakan adanya aliran mana berkumpul di kepalan itu, aliran yang cukup untuk menghancurkan sebuah dinding kokoh dalam sekali pukulan dan ia mengarahkannya pada Axera yang bahkan tak memiliki aliran mana sama sekali.
"Sekali lagi, jawab pertanyaanku sebelum kau menyesal nantinya"
Axera dapat merasakan adanya niat membunuh keluar. Ia dapat merasakan perasaan aneh yang membuat sekujur tubuhnya tegang dan siaga dengan pikiran menjadi kosong dan tenang. Ia belum pernah berada di situasi seperti ini sebelumnya, tidak dengan dirinya yang entah karena apa, siap untuk melawan. Tahu-tahu, ia dapat melihat adanya aliran mana berkumpul di sekitar kepalan tangan murid tersebut, sesuatu yang tak pernah dapat dilakukan orang lain. Mereka hanya bisa merasakan aliran mana, namun tidak dengan melihatnya secara langsung, apalagi sejelas Axera sekarang.
Aliran mana itu berwarna kemerahan dan seingat dia, atribut api memiliki aliran mana berwarna merah secara teori, tetapi belum ada yang bisa membuktikan apakah itu benar atau tidak. Guru mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah spekulasi biasa, mengingat api berwarna merah. Ia tak menduga ternyata benar, aliran tersebut berwarna kemerahan dengan warna yang lebih cerah di bagian tengah aliran.
Kemudian, Axera dapat merasakan adanya aliran mana lain datang dari arah perpustakaan. Tanpa disadari, Axera menajamkan kelima indranya dan dapat mengetahui siapa yang sedang berlari ke arah sini, bersiap untuk mengendalikan situasi dengan aliran mana berwarna putih.
"Kau sudah kuberi kesempatan"
Tepat sebelum tinju itu mengenai wajah Axera, sebuah tangan sudah menahannya terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Agus
waw menarik jg
2024-06-10
0
anggita
Axera, saabaarr bgt.
2021-04-03
0
Orange Cat
Hai Thor, salken pembaca baru. aku bawa 5 like nih, mampir yuk kalau ada waktu.. semangat terus.
2021-03-22
2