Episode 4

  Axera beranjak dari kursi, menutup buku dan mulai melangkah menuju asal isak tangis tersebut. Tak pernah disangkanya bahwa salah satu rumor tersebut ternyata benar, namun karena rasa penasaran sudah mulai menguasai, meskipun sekujur tubuhnya sudah merinding, ia tetap penasaran dengan sosok yang berada di pojok ruangan, di balik sebuah rak buku.

  Selangkah demi selangkah dirinya semakin mendekat. Ia tak pernah menduga dirinya akan senekat ini selain harus menghadapi para murid tiap harinya. Untuk pertama kali, Axera benar-benar melakukan sesuatu yang mungkin dapat membahayakan nyawa dengan keinginan sendiri.

  Suara isak tangis itu semakin terdengar, mengirim hawa dingin melewati tubuhnya, hingga Axera harus berbalik ke belakang untuk memastikan tak ada sosok menyeramkan di sana. Begitu yakin, ia kembali melanjutkan langkah, kemudian menggeser beberapa buku ke samping untuk dapat melihat dari balik rak, sebab ia takut untuk langsung menjumpai sosok yang kini sedang berada di depannya, duduk membaca sebuah buku dengan rambut putih acak-acakan. Ia mengenakan seragam yang sama seperti yang dikenakan oleh Axera, sebuah rompi merah berkancing emas dan rok pendek di atas lutut berwarna putih dengan dua garis hitam di pinggirnya.

  Axera melangkah ke kanan, mencoba untuk melihat sosok gadis itu lebih jelas. Tiba-tiba isak tangis berubah menjadi sebuah tawa keras, membuat dirinya kaget setengah mati, terjungkal ke belakang dan tanpa sadar menarik rak buku ikut jatuh bersama. Axera telat bereaksi, ia hanya dapat menutup mata, menunggu rak buku tersebut jatuh menimpa.

  Sedetik.. dua detik.. tiga detik..

  Ia sama sekali tak merasakan adanya hantaman ataupun benda berat di atas dirinya. Perlahan Axera membuka mata, terkejut ketika melihat seorang gadis sedang menahan rak buku tersebut dengan mudahnya, seakan ia sedang mengangkat sesuatu yang ringan. Gadis tersebut mendirikan rak, lalu menggunakan sihirnya untuk mengangkat tiap buku kembali ke barisan masing-masing tanpa harus menggunakan tangan. Begitu selesai, ia menoleh pada Axera, menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan melipat lengan "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya curiga.

  Axera melihat kanan-kiri, memastikan gadis itu sedang berbicara dengannya, lalu menunjukkan buku yang tadinya ia baca. Gadis tersebut menaikkan alis, bingung terhadap reaksi laki-laki di hadapan dia. Tak pernah sekali pun, ia melihat seseorang tampak begitu aneh seperti Axera "Maksudmu.. kau sedang membaca sebuah buku?" tanyanya lagi.

  Axera mengangguk pelan, bangkit berdiri, menundukkan badan sebagai permintaan maaf, kemudian buru-buru melangkah pergi. Ia tidak ingin adanya masalah lagi, terlebih sesudah melihat lambang khusus milik The Nines berada pada gadis tersebut. Sudah cukup hidupnya menderita dengan perlakukan tiap murid akademi, jangan sampai The Nines ikut campur, menambah masalah yang sudah begitu menyiksa.

  Namun, yang ditakutkan oleh Axera benar terjadi. Gadis tersebut memanggilnya, meminta Axera untuk berbalik ke belakang, menatap matanya. Mau tidak mau, ia melakukan seperti yang diperintahkan oleh gadis itu sambil berharap semoga ia tak mendapatkan satu pun pukulan. Baru saja tubuhnya terasa nyaman, masa ingin sakit lagi hanya dalam kurun waktu kurang dari sehari?

  Begitu tiba saatnya bagi Axera menatap mata. Gadis tersebut tampak seperti mematung di tempat tanpa bisa berkata apa-apa. Axera mengira dirinya sudah masuk dalam masalah besar dan gadis itu sudah merencanakan sesuatu yang buruk seperti menyeretnya keliling akademi atau mungkin melemparnya tinggi ke atas lalu menjadikannya sebagai sasaran proyektil sihir. Sudah cukup hanya dengan menjadi samsak tinju seperti kemarin, ia tak ingin melalui sesuatu yang dapat membuatnya mendekati maut jauh lebih dekat lagi. Sampai kapan dirinya harus prank malaikat maut dengan kondisi tubuhnya yang hampir kehilangan nyawa berkali-kali? Jujur saja, ia merasa sedikit kasihan pada malaikat yang ditugaskan mengambil nyawanya.

  Beberapa detik berlalu yang terasa seperti menit. Akhirnya gadis tersebut kembali sadar, namun ia terlihat sedikit gemetaran. Ia berusaha menyembunyikannya dengan meletakkan kedua tangan di belakang punggung, lalu mengulum sebuah senyuman pada Axera "Tidak ada apa-apa, aku pikir kau adalah seseorang yang mesum dan sedang mengintip diriku dari balik rak, ternyata kau bukanlah seseorang yang seburuk itu. Kau boleh pergi sekarang" ucapnya sedikit terburu-buru dengan nada manis.

  Saking terkejutnya, Axera hanya berdiri diam di sana, tak tahu harus bersikap seperti apa. Untuk pertama kali dalam hidup, ia mendapatkan sebuah perlakuan seperti ini dari seseorang, terlebih lagi seorang perempuan! Ia tak tahu harus senang, sedih atau mungkin marah dan gadis itu salah paham dengan balasan Axera. Ia mengira Axera akan memberikan dirinya sebuah pelajaran karena sudah berani menghentikan ia berjalan. Meskipun ia tak dapat merasakan adanya kekuatan ataupun aliran mana dari sosok laki-laki tersebut, namun hanya dari tatapan matanya, ia dapat mengetahui bahwa Axera adalah seseorang yang berbahaya, jauh lebih berbahaya dibandingkan The Nines, bahkan mungkin kepala sekolah akademi yang terkenal kejam. Setidaknya, itulah dugaan dia.

  Axera berdiri diam mematung. Tatapannya masih terarah pada gadis tersebut. Axera kemudian berusaha mengingat-ingat apa yang biasa dilakukan oleh murid laki-laki ketika sedang berhadapan dengan perempuan, lalu mengingat sebuah kejadian yang membuat satu koridor heboh saat dirinya sedang diberi gosokan di kepala menggunakan kepalan tangan oleh seseorang. Mungkinkah ia harus melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh murid senior tersebut?

  Tanpa menunggu lagi, Axera berjalan mendekat dan tampak begitu percaya diri jika dilihat dari pandangan orang lain, padahal sebenarnya ia hanya meniru apa yang dilakukan oleh murid laki-laki itu. Si gadis berambut putih tampak terkejut dan berjalan pelan ke belakang hingga tubuhnya terhentikan oleh sebuah dinding. Ia kemudian melihat wajah Axera. Seketika kedua matanya terbelalak lebar begitu menyadari Axera adalah seseorang yang begitu tampan, jauh lebih tampan dibanding seluruh murid laki-laki dalam akademi. Seketika jantungnya berdegup cepat tanpa dapat ia kendalikan dan tahu-tahu, Axera kini tinggal berjarak beberapa senti darinya.

  Napas Axera yang hangat dan berbau mint, menyentuh wajah, memberikan rasa geli seperti beberapa kupu-kupu beterbangan di perutnya. Ia lalu tersentak ketika Axera meletakkan tangan kirinya di samping kepala dengan wajah yang terus mendekat dan tatapan yang mulai sayu. Tatapannya itu terlihat begitu menggoda dan tampak menghipnotis.

  Axera lalu berhenti ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Mata merahnya terlihat indah jika dilihat dari dekat, terlebih ketika lambang asing di permukaan matanya itu mulai mengeluarkan cahaya redup. Ia berhenti karena tak tahu apa yang harus ia lakukan berikutnya. Yang ia ingat, murid laki-laki tersebut mendapatkan sebuah tamparan di wajah, kemudian si murid perempuan beranjak pergi meninggalkan dirinya. Axera juga mengharapkan hal yang sama, ia tak ingin berada di dekat gadis ini lebih lama lagi dan mungkin saja dengan melakukan ini, ia akan membenci Axera?

  Axera benar-benar bingung. Ia benar-benar dapat mengingat wajah yang dibuat oleh murid perempuan tersebut ketika beranjak pergi, yaitu sebuah rasa benci mendalam. Tapi mengapa.. gadis ini justru menunjukkan sebuah raut wajah baru yang tak pernah ia lihat sebelumnya? Raut wajah ini seperti campuran antara rasa bingung dan.... marah? Wajahnya terlihat merah seperti tomat, artinya dia marah bukan?

  Karena merasa rencananya tak berhasil, Axera akhirnya melangkah pergi tanpa berbalik ke belakang sama sekali. Ia sama sekali tak paham apa yang berbeda dengan apa yang dilakukan murid senior itu dalam ingatannya. Mungkinkah ada teknik tersendiri untuk mendapatkan tamparan? Mungkin ia harus mempelajarinya jika memiliki waktu luang nantinya.

  Gadis berambut putih itu menatap Axera pergi dengan raut wajah bingung sekaligus terpana. Ia belum pernah mendapatkan sebuah perlakuan seperti ini. Seumur hidupnya sebagai seorang bangsawan, tiap orang selalu bersikap lemah lembut dan penuh hormat kepadanya. Belum pernah ada yang begitu frontal dan tak berperasaan seperti laki-laki itu.

  "Cih! Bisa-bisanya dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan apa-apa! Akan kubuat dirimu membayarnyaaaaa!!" jeritnya emosi, meskipun sebenarnya dia sedang menyembunyikan sebuah perasaan baru yang timbul dan entah akan membawa kebahagiaan atau justru kesedihan.

Terpopuler

Comments

♣$ystem[Hμπte®]~™

♣$ystem[Hμπte®]~™

itu cowo nya sering di hajar Ampe bego atau kelewat polos

2021-04-07

2

anggita

anggita

ehm., dialog rda minim.,🤔 tpi oke lah

2021-04-03

1

Sadewa Radit

Sadewa Radit

bisu thor???

2021-03-21

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82 (END OF ARC 1)
83 Episode 83 (OL'MACHINA ARC)
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82 (END OF ARC 1)
83
Episode 83 (OL'MACHINA ARC)
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!