"Haha, tentu saja sayang," Angga merangkul pundak Kirana menempelkannya ke dadanya.
"Hey, tuan kau mau mencari kesempatan dalam kesempitan ya," Kirana berbisik, memastikan hanya Angga yang mendengar ucapannya.
"Aku melakukan ini agar Mamah percaya jika kita saling mencintai," bisik Angga di daun telinga Kirana.
'Baiklah Kirana, tahan saja sebentar, ini semua demi masadepan cerah mu kelak.' akhirnya Angga melepas pelukannya, membuat Kirana lega.
"Jika Kirana adalah wanita yang memang benar-benar kau cintai Mamah tidak keberatan Nak, asalkan kau bahagia," perkataan Mamah membuat Angga dan Kirana merasa lega, merekapun mulai makan karena dirasa suasana telah aman dan mereka telah mendapat restu dari Mamah nya Angga. "Oya Kiran, dimana orang tua mu?" uhuk-uhuk, pertanyaan itu membuat makanan yang baru masuk ke mulut meluncur bebas ke tenggorokannya, repleks Kirana pun menepuk-nepuk dadanya karena terasa sesak, Angga mengambilkan air dan membantu Kirana minum.
"Mah, Kirana tidak punya keluarga, dia anak yatim piatu dia di besarkan di panti asuhan," jawab Angga segera.
"Hey tuan, aku bukan anak yatim piatu, aku juga masih punya orang tua bahkan aku juga punya adik kembar." Kirana kembali berbisik, yang hanya dapat di dengar oleh Angga seorang.
"Sudah diam saja, atau masalahnya akan sangat rumit." Kirana langsung bungkam, mungkin ada benarnya juga jika sampai Mamah nya Angga menemui keluarganya di kampung kan bisa berabe.
"Jadi kamu anak yatim Nak?" raut wajah Mamah nya Angga terlihat sedih, "kalau begitu anggap saja Mamah, seperti Mamah mu sendiri, lagi pula Mamah tidak punya anak perempuan, sini peluk mamah," Mamah nya Angga merentangkan tangannya menyuruh Kirana mendekat dan memeluknya. Kirana menurut dan memeluk tubuh Ibu paruh baya itu sambil melirik Angga, Pria itu hanya diam tanpa ekspresi, mungkin dia merasa bersalah telah membohongi Mamah nya.
"Nak, mulai sekarang jangan pernah merasa kalau kamu tidak punya keluarga, sekarang Angga dan Mamah adalah keluarga mu oke. Jangan pernah bersedih, kalau dia sampai menyakiti mu katakan saja pada Mamah, biar Mamah yang menghukumnya," Mamah menyentuh dagu Kirana dengan tangannya.
'Aku pikir, Mamah nya tuan Angga wanita yang kejam, tapi, ternyata dia wanita baik. Lalu kenapa tuan Angga tidak membicarakan semua ini baik-baik, jika dia belum siap menikah aku yakin Ibunya tidak akan keberatan.'
"Jadi Mamah setuju aku menikahi Kirana?" Angga ingin memastikan keputusan Ibunya.
"Tentu saja, dia gadis yang sangat manis dan sederhana. Kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?"
"Besok!"
"Apa?!" repleks Mamah dan juga Kirana memekik cukup keras, untung saja Restouran ini cukup sepi jadi tidak akan mengganggu pengunjung yang lain.
"Kenapa secepat itu Nak, pernikahan kan butuh persiapan, tidak bisa di lakukan dengan terburu-buru seperti ini," ucap Mamah tak setuju.
"Mah, aku hanya ingin melangsungkan pernikahan yang sederhana, dimana hanya Mamah dan beberapa orang sebagai saksi pernikahan yang akan menghadirinya." tutur Angga.
"Kenapa?" Mamah nampak tak setuju dengan ucapan putranya.
"Kirana masih kuliah Mah, aku tidak ingin pernikahan kami mengganggu pendidikannya." Angga menjawab dengan santainya seolah semua itu bukan lah kebohongan belaka.
"Tapi nak, banyak orang yang menikah ketika mereka masih kuliah dan itu tidak jadi masalah, hubungan mereka baik-baik saja," dalih sang Mamah
"Aku tahu Mah. Tapi, ini sudah keputusan ku, aku tidak ingin mempublikasikan tentang pernikahan kami sampai Kirana lulus kuliah," tegas Angga.
'Huh, pandai sekali dia bersilat lidah.' batin Kirana bergumam.
"Ucapannya benar Mah, kalau sampai orang lain tahu aku sudah menikah di usiaku yang sekarang, pasti teman-teman ku akan meledek ku," Kirana menimpali.
"Baiklah! terserah kalian saja kalau begitu."
Akhirnya Mamah pun mengalah dan menyetujui pernikahan mereka.
***
Hari H pernikahan. Kirana nampak cantik dengan balutan kebaya putih yang nampak pas di ukuran tubuhnya yang mungil, rambutnya di tata sedemikian rupa dengan mahkota kecil di puncak kepalanya. Kirana menatap pantulan wajahnya di cermin, seharusnya orang tuanya ada di sini ketika dirinya menikah tapi, itu semua itu tidak mungkin, meskipun ini hanya pernikahan kontrak, namun pernikahan ini tetap sah di mata agama dan Kirana sadar akan semua itu.
Kirana meremas telapak tangannya yang terasa berkeringat.
'Apa aku salah mengambil keputusan sebesar ini, tanpa memikirkan akibatnya terlebih dahulu, sekarang membatalkannya pun sudah tak mungkin.' Mamah nya Angga masuk ke dalam kamar tempat Kirana di rias, Ibu paruh baya itu terlihat anggun dengan kebaya berwarna kuning keemasan di padu dengan bawahan berwana coklat gelap.
"Kamu terlihat cantik sekali!" Mamah menatap pantulan mereka di cermin, "kamu sudah siap Nak?" Kirana mengangguk sebagai jawaban.
Kirana berjalan keluar di gandeng oleh Mamah nya Angga. Angga terlihat gagah dengan balutan jas berwarana hitam dan celana dengan warna senada, namun, yang tampak berbeda kali ini dia memakai peci hitam di kepalanya, dia nampak sudah siap di kursi dan saling berhadapan dengan dua orang pria, yang di yakini Kirana adalah seorang ustadz sebagai penghulu, karena ini adalah pernikahan yang hanya sah di mata agama jadi Angga menghadirkan seorang ustadz sebagai penghulu di pernikahan ini agar kelak ketika mereka berpisah tidak perlu susah-susah melakukan sidang perceraian hanya mengucapkan satu kata saja yaitu talak, mereka akan sudah resmi berpisah.
Dengan satu tarikan nafas dengan lugas dan mantap akhirnya Angga Menikahi Kirana yang hanya sah di mata agama saja. Walau Mamah sempat protes dengan keputusan Angga yang ingin menikah siri dulu dengan Kirana, namun, dengan bujuk rayu dan sedikit tipu muslihat yang di lakukan Angga akhirnya Mamah pun setuju.
"Sekarang kalian sudah resmi menikah, walau Mamah sebenarnya tidak setuju kalian hanya nikah agama saja, tapi Mama harap ini adalah awal yang baik bagi kehidupan kalian dan seperti yang kamu katakan Angga setelah satu tahun dan Kirana lulus kuliah kalian harus menikah kembali itupun harus meriah dan juga harus Mamah yang mengaturnya kamu gak boleh protes," ucap Mamah tak ingin di bantah.
"Iya terserah Mamah saja!" Angga pasrah.
'Ya Mah, aku akan mencari gadis yang mampu menerima diriku apa adanya, tidak melihat apa yang aku miliki namun dia dapat mencintaiku dengan tulus dan saat itu tiba aku akan mengakhiri pernikahan palsu ini dan Mamah boleh menyiapkan pesta pernikahan kami sesuai yang Mamah inginkan.' batin Angga.
Setelah acara selesai, Kirana dan Angga berpisah dengan Mamah, pulang ke rumah masing-masing. Namun, Kirana meminta Angga untuk membereskan masalah hutang piutangnya terlebih dahulu dengan Rentenir sebelum dirinya pindah ke ruamah Angga memulai hidup barunya sebagai pembantu di rumah suami siri nya ini.
Malam tiba, setelah selesai mengurus segala hal di hari yang melelahkan ini Kirana sejenak membaringkan tubuhnya di ranjang kamarnya. Kirana dan Angga memang sepakat untuk tidur terpisah Angga di kamar atas sedangkan Kirana di kamar bawah, begitulah yang mereka sepakati di kontrak perjanjian tertulis yang mereka tanda tangani bersama, masih ada syarat lain seperti, bangun pagi, harus membersihkan rumah setiap hari, bangun sebelum Angga bangun, siapkan sarapan, tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing, tidak ada kontak pisik dan jaga rahasiakan pernikahan ini dari siapapun juga.
Sepertinya Angga pun sama halnya dengan Kirana dia nampak kelelahan hingga akhirnya terlelap tanpa makan malam terlebih dahulu menuju mimpi masing-masing tanpa memikirkan malam pertama yang seharusnya setiap pengantin baru lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Abu Alfin
Salam hangat dari
Cinta Asteria & Isyaroh
🙏🙏🙏
2021-06-27
1
Anita Jenius
Dukungan berupa 2 like mendarat di cerita kakak.
Lanjut terus ya.
2021-02-28
0
NikenAyu
1% OF LOVE ❤️ mampir author
semangat up dan ditunggu next up selanjutnya
feedback 😉
2021-02-27
2