Kirana berjalan mondar-mandir di dalam kamar kosan yang hanya memiliki satu ruangan itu, berpikir apa yang harus di lakukan, sesekali duduk dan kembali berdiri.
'Apa yang harus aku lakukan? apa aku terima saja ya? tapi, ini menyangkut hidup dan mati ku' Kirana melempar tubuhnya ke ranjang berbaring dengan posisi terlentang, berpikir keras bagaimana baiknya.
Suara notifikasi dari ponsel mengalihkan perhatiannya.
'Bagaimana keputusan mu?' isi dari pesan tersebut. Kirana ingat itu pasti Angga pria yang menawarinya kontrak pernikahan itu.
Kirana menghembuskan nafas kasar dan memantapkan hatinya. 'Baiklah, ini tidak buruk, lagi pula aku akan mendapat ke untungan dari pernikahan kontrak ini, aku akan memberikan syarat-syarat yang akan menguntungkan ku.'
'Aku siap, besok kita bertemu sepulang kuliah.' Kirana mengirimkan pesan balasan.
Handpone kembali berbunyi. 'Baiklah!' pesan balasan dari Angga.
Mata Kirana sulit terpejam malam ini, pikirannya terus melayanglayang membuatnya kehilangan kantuk nya. "Apa Ibu dan bapak akan marah ya. Jika mereka tahu aku menikah siri dengan pria yang baru aku kenal, tapi ini kan bukan pernikah yang seungguhnya aku hanya akan jadi pembantu di rumah itu. Ah aku sulit tidur." Kirana berguling-guling di atas tempat tidur.
***
"Kyaaaa!....aku ke siangan!" Kirana loncat dari tempat tidur, jam sudah menunjukan pukul 7:30, Kirana lari terbirit-birit menuju ke WC umum di luar kamarnya. Untungnya para penghuni kos yang lain sudah tidak ada, jadi dia bisa secepat kilat membersihkan dirinya.
Kirana kembali ke kamar, berdandan alakadarnya dan pergi setalah mengunci pintu kamar kosnya. Kirana berjalan setengah berlari-lari kecil, jarak dari kosan ke kampus memang tidak terlalu jauh karena kirana memilih kosan yang jarak nya cukup dekat dengan kampus. Kirana memang terbiasa berjalan menuju kampus karena ingin menghemat uang apalagi, dalam keadaan tersulit seperti ini, berjalan kaki adalah pilihan terbaik.
Sesampainya di kampus Kirana bergegas, karena ada kelas pagi, Kirana bernapas lega karena kelas belum di mulai.
Siang harinya waktu jam makan siang tiba, seperti yang sudah di janjikan Kirana akan pergi ke Restoran yang kemarin, Kirana merogoh saku celananya yang hanya berisi uang dua puluh ribu, Kirana menghela napas berat, uang terakhirnya akan melayang dan malam ini dia terpaksa harus menahan lapar.
Sebuah mobil berhenti tepat di depanya, kaca mobilnya terbuka setengah. Namun, sudah cukup menampakan wajah pemiliknya, kaca mata hitam bertengger di hidungnya. "Masuk, perintahnya!"
Kirana mengangguk, mengitari mobil dan masuk dari pintu sebelahnya. Kirana sudah duduk manis di dalam mobil Angga. 'Wah aku baru menyadari, ternyata mobil ini mobil mewah, yang sering aku lihat di tivi, sebenarnya seberapa banyak ke kayaan orang ini ya.' Kirana tenggelam dalam laumananya memikirkan seberapa banyak ke kayaan yang di miliki Angga.
"Bagaimana keputusan mu!" suara Angga mengembalikan Kirana dari dunia halu nya.
"Eh, Iya tuan, saya siap."
"Kalau begitu, aku akan mengajak mu menemui Ibu ku!" Angga berucap dengan santai nya, dia tidak tahu bahwa itu membuat Kirana bagai tersengat aliran listrik yang kuat.
"Apa tuan? bertemu Ibu tuan? bukannya kita hanya akan menandatangani kontrak hari ini?" perut Kirana terasa mual.
"Ya, kita akan melakukannya setelah bertemu Ibu, aku terlanjur mengatakan tentang dirimu pada Ibu ku."
'Ya, tuhan apa yang harus aku lakukan.' Ini di luar dugaan Kirana dia pikir tidak akan secepat ini bertemu dengan calon mertua, eh maksudnya calon nyonya besar begitukan.
"Tidak usah tegang seperti itu, aku yang akan bicara pada Ibu ku, kau hanya perlu mengiakan saja perkataan ku oke!"
"Ya tuan!" Kirana mengangguk, hatinya merasa sedikit lega.
Mobil berhenti di pelataran Restoran yang kemarin mereka kunjungi. Namun, hari ini suasana Restoran terlihat agak sepi padahal waktu jam makan siang kan seharusnya penuh dengan orang-orang kaya, yang akan makan bukan untuk mengganjal rasa laparnya melainkan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kirana berjalan mengekor di belakang Angga, memandang takut-takut ke semua arah. Namun, pandangan ke depan terhalang punggung lebar Angga, tubuh Kirana yang mungil tertutup sempurna dengan tubuh tegap Angga. Angga berhenti, repleks Kirana pun berhenti sebelum wajahnya membentur punggung lebar itu.
"Tuan, kenapa kau berhenti?" Kirana berbisik di belakang punggung Angga.
"Itu Ibu ku, kau harus bersikap sopan, pakaian apa yang kau pakai?" Angga balik bertanya dengan berbisik pula.
"Pakaian yang biasa saya pakai tuan, memangnya kenapa?" tanya Kirana agak bingung
'Astaga aku lupa, lihat cara berapakaiannya, ini kan bukan selera mamah, ah sudahlah nanti aku jelaskan.' "Ibu ku suka gadis yang feminim dan suka berdandan." bisik Angga.
"Maaf, aku tidak tahu tuan. Lagi pula pakaian yang saya punya memang seperti ini semua, celana jeans dan juga kaus." ucap Kirana dengan polos.
"Ya tidak papa, ayo kau sudah siap." Kirana hanya mengangguk sebagai jawaban karena tenggorokannya sudah tercekat dan sulit terbuka. Angga menggenggam tangan Kirana, menyalurkan kekuatan padanya.
'Tangannya hangat sekali.' Kirana melirik sekilas wajah Angga, wajah tampan, hidung mancung, alis lurus yang hampir menyatu satu samalain, bulu mata lentik bibir tipis dan dagu runcing membuat Kirana merasa iri, bagaimana seorang pria bisa tercipta dengan wajah seperti itu, wajah yang selalu menjadi idaman para wanita. Bahkan setelah melakuakan perawatan wajah dengan harga selangit pun belum tentu mendapat hasil yang sempurna kecuali oplas tentunya.
Terlihat seorang Ibu paruh baya tengah duduk dengan anggun, sangat terlihat dari cara berpakaian dan tataan rambutnya jika, wanita itu orang kaya, terlihat dari seluruh benda yang menempel di tubuhnya semua adalah barang-barang brandit. Kirana menelan salivanya mengaliri tenggorokannya yang terasa gersang.
Kirana dan Angga duduk saling berhadapan dengan Ibunya Angga, itu yang Kirana yakini Karena Angga membawanya ke hadapan Ibu paruh baya itu.
"Hay baby, kau sudah datang!" sapa Ibu paruh baya itu pada putranya. Membuat Kirana ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya, namun, sekuat tenaga ia menahannya.
'Baby?!'
"Kenalakan, dia Kirana Mah, dia yang sudah aku ceritakan sama Mamah," Mamah mengamati Kirana dari mulai wajah, rambut dan cara berpakaiannya, dia mengernyit terlihat dari caranya menatap Kirana sepertinya wanita itu meragukan Kirana.
"Apa kau mencintai putra ku?" pertanyaan itu di tujukan pada Kirana.
"Tentu saja Nyonya, siapa yang tidak akan mencintai putra anda yang tampan ini hehe!" Kirana tersenyum dan itu mendapat protes kerasa di bawah meja, karena Angga menekan tangan Kirana cukup keras di bawah meja.
"Eh, maksud saya, saya sangat mencintai putra anda nyonya dan kami saling mencintai benarkan sayang!" Kirana menatap Angga sambil tersenyum.
'Ah, kau sudah gila Kirana kenapa kau mengatakan hal seperti itu,' wajah Kirana bak kepiting rebus. Tapi, Angga tersenyum dia sepertinya tidak keberatan dengan perkataan Kirana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Anisa Dwi Salsabila
masih lanjut thor...
2021-11-10
0
Rich One
hey aku mampir lg dan boom like utkmu
2021-07-10
1
Abu Alfin
sampai sini dulu Thor
sukses
2021-06-25
1