Mencintai Suami Palsu
Matahari belum menampakan dirinya, hawa dingin pagi menusuk hingga ke tulang, membuat setiap orang ingin kembali menyelimuti dirinya dengan kain tebal. Namun, pagi ini Kirana harus mulai membersihkan setiap inci dari rumah yang kini ia tinggali, apa daya nya keterikatan kontrak yang di tanda tangani nya memaksa dia harus tunduk pada peraturan yang di buat sang Tuan penguasa, panggilan itu yang kini sering di ucapkan Kirana untuk mengumpat ketika dia sedang kesal.
Ya, kirana terikat kontrak pernikahan atau kerja, ah bukan yang sebenarnya adalah kontrak kerja sebagai pembantu berkedok pernikahan siri yang di lakukan nya dengan pria bernama Anggara Wijaya. Angga telah menyelamatkan Kirana dari Debt colector yang di kirim Rentenir yang di pinjami nya uang. Sebenarnya Kirana meminjam uangnya tidak terlalu besar namun, karena bunganya setiap hari semakin bertambah membuat jumlahnya semakin lama semakin membengkak membuat Kirana tak sanggup membayar semua itu.
Kirana berangkat dari kampung berniat mengadu nasib di Ibu kota, sambil mengenyam pendidikan di bangku kuliah, orang tuanya sungguh berharap Kirana akan menjadi orang sukses di masa depan. Mereka rela menjual satu-satunya aset yang mereka miliki yaitu sebidang tanah di desanya, mereka menjualnya demi uang Pendaptaran kuliah untuk Kirana, Kirana sungguh tak ingin jika harus mematahkan harapan kedua orang tuanya, mereka tlah banyak berkorban demi masa depannya. Bahkan adiknya Kirana, masih kecil-kecil mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Kania dan Kayla adalah nama adik kembar Kirana. Harapan kedua orang tua Kirana menyekolahkannya hingga ke bangku kuliah agar suatu hari dia bisa bekerja dengan layak dan bisa menyekolahkan adik-adiknya hingga ke bangku kuliah juga.
Kemelut kemiskinan yang di alami keluarganya di kampung halaman, membuatnya harus bekerja ekstra, untuk membiayai kuliahnya sendiri dengan bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi. Namun, karena terlalu besarnya biaya hidup di Jakarta membuat gaji yang di dapatnya tiap bulan tidak mencukupi untuk dia makan sehari-hari dan juga uang kuliah per-semester nya, membuatnya memberanikan diri meminjam uang pada Rentenir dan di sinilah ia saat ini, di rumah Minimalis milik sang Tuan penguasa. Rumah ini cukup besar bila hanya di tinggali sendiri, rumah ini memiliki tiga kamar dua di atas dan satu di bawah, Kirana tidur di bawah dan ya, kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang tidur di atas, sang Tuan penguasa rumah ini tentunya.
Sebenarnya aku sangat berterima kasih padanya berkat dia aku terbebas dari Debt colector dan Rentenir itu, juga aku masih bisa kuliah dan mewujudkan mimipi ku menjadi orang sukses. Walau, imbalannya dengan jiwa dan raga ku ini. Meskipun aku sudah menikah siri dengannya tapi itu semua hanya sebuah tali jerat di leher ku agar aku tidak lari dari sini, walau aku juga tidak mungkin lari, untuk apa aku lari jika aku bisa tinggal dengan nyaman, makan gratis dan juga kuliah tentunya. Walau aku sering di buatnya kesal karena setumpuk peraturan yang dia buat, seperti harus bangun pagi, rumah harus bersih sebelum dia bangun, sarapan harus sudah siap di atas meja, harus mencuci peralatan dapur setelah memasak, jangan membiarkan piring kotor setelah makan dan masih banyak lagi peraturan-peraturan yang di buatnya. Padahal semua itu sudah tidak perlu di sebutkan lagi aku juga sudah mengerti. Tapi, ya anda tuannya terserah anda mau bilang apa aku hanya perlu mengangguk dan mengiakan perintahnya membuat diriku hidup lebih mudah di rumah ini.
Seperti pagi ini, Tuan penguasa meminta ku membuatkannya sarapan, dia meminta ku membuatkannya Omlet, makanan berbahan dasar telur ini memang sangat populer dan mudah di buat. Kirana mulai mengambil telur dan memecahkan nya di sebuah mangkuk kecil, memotong daun bawang dan sayuran, serta menambahkan sedikit garam karena, Tuan penguasa itu suka makanan sehat dia melarang memakai penyedap rasa di setiap makanan di rumah ini. Tapi, jika untukku sendiri jangan di tanya aku suka makanan yang serba memakai micin karena memang sangat enak hehe.
"Ini kan telur dadar, kenapa namanya jadi omlet coba, haah!" Kirana geleng-geleng sendiri menatap makanan bernama omlet itu.
Suara gemercik air terdengar pelan dari kamar Angga menandakan dia sudah bangun, "Aku harap dia menyukai makanan yang ku buat, ya bukan apa-apa sih, semua ini agar hidup ku lebih mudah di rumah ini dan hutang ku padanya akan segera lunas aku juga bisa mendapatkan gaji sebagai pembokat, di rumah ini, masa bodo dengan pikiran orang lain yang penting aku bisa tetap kuliah dan dapet duit. Semangat Kirana." Kirana mengepalkan tangan di udara memberikan kekuatan tak kasat mata untuk dirinya sendiri.
Setelah menata sarapan di atas meja, Kirana memilih untuk mandi terlebih dahulu agar badannya terasa segar, pekerjaan ini memang cukup melelahkan bagi dirinya yang belum terbiasa. Dulu Ibunya lah yang selalu melakukan semua pekerjaan ini, setelah Kirana kuliah dia tinggal sendiri di kos-kosan paling dia beli makanan dari luar gak pernah masak dan soal membersihkan rumah hehe, dia bukannya tidak bisa tapi malas kesibukannya bekerja dan membagi waktu dengan kuliah membuatnya tak sempat untuk hanya sekedar mengepel lantai. Jika datang hari libur dia akan menghabiskan waktu hanya untuk tidur dan nonton drama India favoritnya.
Kirana kembali ke dapur setelah menyelesaikan rutinitas paginya. Dia duduk bergabung di meja makan bersama Angga yang sudah lebih dulu duduk di sana. "Pagi Tuan!" Kirana tersenyum secerah sinar mentari pagi ini.
"Hem."
'Idih apa coba Hem itu?' gumam Kirana dalam hati. "Bagaimana masakan saya Tuan?" Kirana menunggu jawaban dari Angga, tapi pria itu tetap fokus pada koran di genggamannya.
"Cih, benar-benar dia ya," Angga mengumpat sendiri di balik koran yang tengah Ia baca.
"Apa masakan saya tidak enak tuan? sampai Anda marah-marah seperti itu?" tanya Kirana lagi.
"Kenapa sih kamu berisik banget?" Angga mulai kesal. "Habiskan sarapan mu sendiri, jangan banyak bicara, membuat kepala pusing saja," gerutu Angga.
Kirana mengerucutkan bibirnya sebal, sambil mengunyah makanannya sendiri, walau pun kesal dia tetap menahannya agar tidak mengumpat di depan Angga, walau bagaimana pun Angga adalah majikannya dia harus menuruti perkataannya dari pada terjadi masalah, begitu pikir Kirana. Angga telah menyelesaikan sarapannya dan kembali menaiki tangga, Kirana dengan cekatan membereskan dan mencuci peralatan makan yang telah mereka gunakan tadi.
"Ini kunci rumah, kau sudah harus ada di rumah sebelum aku pulang!" perintah Angga mutlak. Dia meletakan sebuah kunci di atas meja makan.
"Tapi, kenapa Tuan?"
"Tentu saja karena kau pembantu di rumah ini apa lagi," jawabnya ketus.
"Tapi tuan, saya kan harus mencari kerja," Kirana memasang wajah memelas.
"Mencari kerja? kau sudah ku kontrak untuk satu tahun ke depan. Kau tidak boleh bekerja pada orang lain," tegas Angga.
"Tapi tuan, saya bekerja disini kan tidak akan mendapatkan gaji selama dua bulan ke depan, lalu saya akan dapat uang dari mana untuk ongkos pulang pergi ke kampus?" Angga nampak diam berpikir sejenak.
'Benar juga yang di katakannya,' batin Angga.
"Baiklah! Aku akan memberikan mu separuh dari gaji mu, kau bisa memotong separuhnya untuk membayar hutang-hutang mu padaku. Tapi, waktu pembayaran hutang nya di perpanjang menjadi empat bulan dari sekarang."
"Ya, saya setuju tuan," Kirana nampak kegirangan.
"Baiklah! aku pergi dulu, ini uang untuk ongkos mu pulang pergi ke kampus selebihnya aku akan memberikannya nanti sepulang dari kantor. Dan jangan lupa pergi ke pasar beli bahan makanan." Angga menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan pada Kirana. Kirana hanya mengangguk dan mengantar Angga sampai ke depan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Anisa Dwi Salsabila
masih nyimak sih, kek nya menarik ceritanya
2021-11-10
0
Mom Dee 🥰
hay thor, ku mampir nih dikaryamu 🤗
2021-11-03
1
anggita
mampir.,👏
2021-07-04
2