Jeffrey sudah berada di sekolah. Kedua temannya Alvin dan Sammy masih terus mengamati Jeffrey diam - diam. Pasalnya dari masuk kelas hingga jam istirahat tiba, Jeffrey masih terus menekuk mukanya. Beberapa kali juga terdengar umpatan yang keluar dari bibirnya.
"Sam, coba kamu tanya gih, ada apa dengannya," saran Alvin ke Sammy.
"Kamu sengaja ya jadikan aku tumbal? Anak itu sedang dalam badmood , yang ada aku bakal jadi pelampiasan amarahnya," tolak Sammy.
"Kamu saja yang tanya," Sammy balik memberi saran ke Alvin.
"Aku? Nggak mau, aku masih ingin hidup," tolak Alvin bergidik.
"Sudah ku duga, kamu memang ingin menjadikan aku tumbal," cebik Sammy.
"Kenapa kalian berisik sekali?! Kalau mau berbicara di belakangku seharusnya pelankan sedikit suara kalian," seru Jeffrey kesal. Jelas saja Jeffrey mendengar percakapan Alvin dan Sammy. Secara mereka berbicara tanpa menurunkan volume suaranya.
Alvin dan Sammy sedikit terjingkat karena hardikan Jeffrey.
"Jeff, apa kamu nggak bisa sedikit santai saat berbicara. Kamu selalu buat aku kaget," protes Alvin seraya mengusap pelan dadanya.
"Sepertinya cacing - cacing dalam perutku juga ikut kaget karena dia," ucap Sammy sewot seraya mengusap perutnya yang memang sedari tadi sudah berdugem ria.
Sekarang sudah waktunya jam istirahat. Biasanya mereka akan ke kantin untuk memberi makan cacing - cacing yang ada di perut. Tetapi saat ini Jeffrey masih belum juga beranjak dari bangku kelasnya.
"Sebenarnya ada apa sih?" Alvin mulai berani bertanya kepada Jeffrey dengan sikap was - was.
Jeffrey masih setia dengan kediamannya.
"Sekarang kalau ditanya diam terus, tapi ujung - ujungnya pasti butuh kita," cebik Sammy yang juga mulai berani bersuara. Dia lupa, bahwa beberapa detik yang lalu dia terlalu takut untuk bertanya ke temannya yang memiliki tingkat emosi selangit tersebut.
"Jenny Dawson si kucing kumuh, nama itu akan terus tersimpan di otakku sebelum aku puas menyiksamu," tandas Jeffrey yang penuh dengan penekanan. Sorot matanya berkilat penuh dendam.
Alvin dan Sammy saling melempar pandang setelah mendengar perkataan Jeffrey. Keduanya juga saling melempar pertanyaan melalui gerakan mulut tanpa suara dan dijawab dengan hanya mengangkat kedua bahunya sebagai kode bahwa mereka tidak mengerti.
"Jenny Dawson? siapa dia?" terdengar suara lembut Veronica yang baru saja kembali dari toilet.
Perhatian Alvin dan Sammy langsung berpindah ke sumber suara begitupun Jeffrey yang merupakan pacar Veronica.
"Sayang, siapa Jenny Dawson? Hm?" tanya Vero sedikit cemberut. Dia cemburu ketika Jeffrey menyebut nama perempuan lain.
"Oh dia hanyalah cewek gila yang membuatku emosi saat di bus tadi," jelas Jeffrey yang tidak ingin terjadi kesalahpahaman di antara dia dan Vero. Kini muka Jeffrey mulai melunak karena keberadaan pacarnya itu.
"Ow. Apa dia cantik?" tanya Vero menyelidik. Veronica merupakan primadona di sekolahnya. Memiliki bentuk muka yang cantik memang sudah menjadi anugrah yang dia dapat sejak lahir. Namun dia akan merasa terusik dan sangat tidak suka jika ada perempuan cantik lainnya yang berada di sekitar Jeffrey, meskipun mereka hanya berteman.
"Ck! Dia sangat buruk dan penampilannya dapat merusak mata," balas Jeffrey apa adanya dengan mimik muka mengejek.
"Terus apa yang telah dia perbuat hingga membuatmu terlihat begitu emosi?"
"Ah, itu.., Dia menghina dan menamparku hanya karena tidak memberikan duduk kepada seorang wanita tua," jawab Jeffrey sedikit menutupi. Mana mungkin dia akan bercerita ke Veronica kalau dia di tampar karena memeluk dan mencium Jenny, meskipun itu hanya kecelakaan.
"Apa?! Sungguh kurang kurang ajar sekali dia, berani - beraninya dia menamparmu. Pipi bagian mana yang ditamparnya? Pasti sakit sekali," sungut Veronica seraya mengusap kedua pipi Jeffrey.
"Jangan lakukan itu, aku tidak ingin terlihat menyedihkan," ucap Jeffrey seraya menurunkan tangan Veronica dari pipinya. Sedangkan Veronica sekilas terlihat tersinggung akan sikap Jeffrey.
Meskipun mereka berpacaran dan Jeffrey selalu bersikap baik kepada Veronica, tapi mereka sangat jarang sekali melakukan kontak fisik yang berlebihan karena Jeffrey selalu merasa risih. Mungkin hal itu akan sangat menyenangkan bagi Jeffrey jika yang menyentuhnya adalah perempuan yang dia sukai. Dulu Jeffrey dan Veronica pernah sekali berciuman itu pun karena hampir seluruh kesadaran Jeffrey dipengaruhi oleh efek minuman beralkohol.
"Waow. Hebat sekali perempuan yang bernama Jenny Dawson itu," ucap Sammy dengan mimik muka kagum.
"Apa katamu? Apanya yang hebat?!" sungut Jeffrey kepada Sammy.
"Bayangkan saja, dia orang pertama yang berani menghina dan bahkan menamparmu," timpal Sammy lagi.
"Aku jadi penasaran seperti apa dia," sela Alvin.
"Sama, aku juga," Sammy menanggapi.
"Sepertinya kita harus memberi reward ke dia," saran Alvin yang mengandung sindiran keras kepada Jeffrey.
"Cukup! Sejak kapan kalian mulai berani mengejekku, kalian ingin mati?" seru Jeffrey seraya melempar tatapan tajam ke arah Alvin dan Sammy bergantian.
Alvin dan Sammy langsung mengulum rapat - rapat mulut mereka. Sedangkan Veronica sudah sibuk dengan pikirannya yang sudah melayang jauh. Saat ini nama Jenny Dawson sangat mengganggu pikirannya. Dia khawatir akan kebencian Jeffrey kepada Jenny malah justru membuat hubungan keduanya semakin dekat.
Tiba - tiba Jeffrey langsung beranjak dari bangkunya.
"Mau kemana kamu?" tanya Alvin dan Sammy bersamaan.
"Mau ke kantin," balas Jeffrey.
"Yes! Akhirnya ke kantin juga," ucap Sammy lalu mengekori Jeffrey yang diikuti Veronica dan Alvin.
Empat anak remaja tersebut berjalan melewati lorong sekolahan menuju kantin dengan formasi sejajar sehingga membuat murid - murid lainnya harus menepi untuk memberi mereka jalan. Seakan seluruh bangunan sekolah tersebut adalah milik nenek moyangnya.
Tapi kenyataan hal itu bukanlah hanya sekedar mengada - ada. Jeffrey Allison adalah anak dari pemilik Ravensbourne High School. Semua penghuni sekolahan tentu sudah mengetahui siapa Jeffrey.
Mereka sudah menempati bangku kantin yang menjadi singgahsana khusus. Tidak ada murid lain yang berani mendudukinya kalau tidak ingin menjadi benda permainan Jeffrey dan kawan - kawan. Namun meskipun begitu, selama ini Jeffrey belum pernah menjadikan murid perempuan sebagai bahan rundungannya.
Mashed potato dan daging serta waffle sebagai dissert adalah menu makan siang yang mereka pilih. Ke empat remaja tersebut mulai menyantapi makanan yang sudah tersaji di hadapan mereka.
Jeffrey menyantap makanannya dengan malas. Kilasan ingatan tentang kejadian di bus beberapa jam yang lalu sangat mengganggunya. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya. Hari ini dipermalukan di depan banyak orang harus dia alami.
Brak! Tiba - tiba Jeffrey menggebrak meja di depannya dengan begitu keras hingga membuat tiga orang yang berada satu meja dengannya terjingkat bersamaan.
"Uhuk.. Uhuk! Kenapa kau suka sekali buat orang terkejut?!" tanya Sammy yang tersedak makanan karena kaget.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Veronica kepada Jeffrey dengan suara lembutnya.
"Aku sudah tidak tahan lagi, aku akan segera menggencarkan balas dendamku," ucap Jeffrey.
"Kalian berdua, besok ikut aku menemui cewek gila itu di sekolahnya," titah Jeffrey kepada Alvin dan Sammy dengan raut muka penuh makna dan rencana.
Bersambung~~
VISUAL TOKOH LAGI YA..🤗
Veronica
Dia selalu suka tampil sexy yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Alvin
Berteman dengan Jeffrey sejak sekolah di bangku SMP.
Sammy
Sama halnya dengan Alvin. Sammy juga sudah menjalin pertemanan dengan Jeffrey semenjak sekolah di bangku SMP.
Terimakasih sudah mampir ke karyaku ya. Jangan lupa tekan gambar ♥️ agar masuk dalam rak buku kalian. Like, coment, hadiah, rate, dan vote kalian sangat beharga bagi Author🤗
Semoga kalian sehat dan bahagia selalu🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta mampir...sdh kufavoritkan y
2022-06-21
0
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Efek ngantuk bisa² nya aku kelewatan membaca satu bab ini kemarin.
padahal seru juga ada veronica
2022-06-20
1
Penulis Jelata
Yakin deh, lama2 jd bucin tuh si Jeff😋
2021-06-19
1