Jenny meringis karena merasa ngilu pada lengan sebelah kanannya akibat seorang cowok yang memasuki bus tanpa berhati - hati. Orang itu menyenggol tubuhnya hingga membentur pintu bus.
"Hei! bisakah kau lebih berhati - hati?" ucap Jenn kepada cowok yang sepertinya tak ada niat sedikitpun untuk meminta maaf. Jangankan ucapan maaf, cowok itu bahkan menoleh untuk sekedar mengetahui keadaan orang yang telah ditabraknya. Saat ini Jenny hanya dapat melihat punggung si cowok menyebalkan itu.
"Hah! Kenapa hari ini aku terus bertemu dengan cowok menyebalkan? tadi pagi hampir ditabrak motor, bahkan sekarang aku ditabrak lagi ketika mau masuk ke dalam bus," gerutu Jenny seraya mengusap pelan lengannya.
"Nona, sampai kapan kamu akan tetap berdiri disana? Busnya akan segera jalan," ucap si sopir bus.
"Ah, maaf tuan. Saya akan segera masuk," jawab Jenny.
Jenny mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan bus untuk mencari bangku kosong. Tapi sepertinya pagi di awal weekend ini warga London lebih berantusias dalam memulai aktivitas paginya di luar rumah. Penumpang bus terlihat penuh sehingga tidak menyisakan tempat duduk baginya. Akhirnya Jenn memilih untuk berdiri.
Tidak lupa dia mengaitkan jari - jari tangannya kepada handlegrib yang disediakan bagi penumpang yang tidak kebagian bangku agar tetap bisa menjaga keseimbangannya pada goncangan bus.
Sekali lagi, Jenn mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan bus. Gadis itu ingin sekali melihat muka orang yang sudah menabraknya tadi. Meski tadi dia tidak sempat melihat mukanya tapi dia hafal dengan warna Tas ransel yang bertengger di pundaknya.
"Hish! tanganku masih terasa sakit. Siapa sih orang tadi? Sedikitpun tidak punya etikad baik untuk minta maaf. Aku harus tahu bentuk mukanya seperti apa," gerutu Jenny di dalam hati.
"Dimana cowok menyebalkan itu duduk? tadi aku melihat dia memakai tas bewarna biru," monolognya di dalam hati masih berlanjut.
Jenny melirik kepada setiap penumpang di dalam bus. Dari yang paling ujung belakang hingga yang di ujung depan. Sesaat matanya berhenti tas ransel berwarna biru yang sedang berada di pangkuan seorang penumpang. Jenn mencoba menggiring pupilnya kepada pemilik tas tersebut. Namun sepertinya dia masih belum menemukan jawaban.
"Emm, aku rasa bukan dia yang menabrakku tadi. Dia terlihat sangat tua. Sedangkan aku yakin yang menabrakku tadi masih muda,"
"Ah! Aku ingat, cowok tadi mengenakan mantel bewarna coklat,"
Jenn masih terus mencari keberadaan cowok tersebut. Rasa penasaran dan kesal bercampur jadi satu saat ini. Dia tidak akan bisa tenang jika belum menemukan cowok tadi. Lidahnya sudah gatal ingin menyembur beberapa kalimat tuntutan emosi kepada orang tersebut.
Jenny sesaat menghentikan pencariannya ketika si supir menghentikan lajuan bus untuk mengangkut penumpang di halte berikutnya kemudian lanjut melajukan busnya kembali.
Perhatian gadis berambut blonde itu kini beralih ke arah wanita tua yang terlihat berjalan menggunakan tongkat satu kakinya. Nenek tersebut berdiri tepat di samping Jenny. Dari raut mukanya, terlihat kalau si Nenek sedang kelelahan karena harus berdiri.
Jenny menggiring sepasang iris matanya ke arah penumpang yang sedang duduk tepat di depan wanita tua tersebut. Jenny yang semula hanya berinisiatif ingin mencarikan tempat duduk seketika memasang muka yang seakan mendapat jawaban dari pencarian cowok menyebalkan yang sempat tertunda tadi.
"Tas ransel berwarna biru dan mantel berwarna coklat, akhirnya aku menemukannya. Kenapa aku baru menyadari bahwa orang yang aku cari sedari tadi duduk berada di dekatku?" batin Jenny.
"Hei, kau yang sedang duduk," panggil Jenn dengan raut muka sedikit jengkel.
Namun cowok itu terlihat cuek. Dia malah mengambil ponselnya di balik mantel musim dinginnya dan memainkannya.
"Ow, ternyata namanya Jeffrey," batin Jenny saat matanya sempat membaca sebuah nama di sebuah nametag yang terpasang pada seragamnya ketika cowok itu sedikit membuka mantelnya untuk merogoh ponsel di saku dalamnya. Jenny pun tidak kehilangan akal.
"Hei, kamu yang bernama Jeffrey," panggil Jenny lagi.
Panggilan kali ke dua Jenny membuahkan hasil. Akhirnya Jeffrey merespon suara gadis itu. Jeffrey memalingkan muka masamnya ke arah Jenny. Dia menatap muka Jenny dengan alis yang hampir menyatu karena merasa tergganggu. Pasalnya dia masih dalam perasaan badmood karena hukuman yang diberikan orangtuanya terhadapnya.
Namun tautan alis tebalnya terlihat sedikit mengendur karena dia ingat bahwa gadis yang sangat mengganggunya saat ini adalah gadis yang hampir dia tabrak di persimpangan jalan tadi pagi. Mengetahui hal itu semakin membuat Jeffrey jengah. Sedangkan Jenny tentu belum menyadari bahwa cowok yang ada di dekatnya sekarang adalah pengendara motor yang hampir menabraknya di saat pulang mengantar koran tadi. Jeffrey yang mengenakan helm, membuat Jenny tidak mengenalinya.
"Hei, kamu yang tadi menyenggolku dengan keras hingga tanganku terasa sakit, apa kamu tidak merasa bersalah?" tanya Jenny.
"Itu karena kamu menghalangi jalanku," ketus Jeffrey.
Jenny memejamkan matanya sesaat. Mengambil napas dalam - dalam lalu membuangnya. Sebisa mungkin menetralisir tingkat emosinya yang mulai tersulut.
"Sepertinya mengharapakan ucapan maaf dari ini orang adalah hal sia - sia," gerutu Jenny di dalam hati dan mulai mengesampingnya tuntutan permintaan maaf dari Jeffrey.
"Apa kamu bisa memberikan tempat dudukmu kepada Nenek ini?" pinta Jenny kepada Jeffrey yang sedari tadi terlihat cuek.
"Kenapa aku harus memberikan tempat duduk kepadanya? Aku yang mendapatkan tempat duduk ini duluan," tolak Jeffrey.
"Nenek ini terlihat kelelahan, lagian kamu yang lebih muda harusnya lebih kuat berdiri,"
"Aku tidak mau karena kakiku bisa pegal kalau lama berdiri," tolak Jeffrey lagi seraya memalingkan mukanya ke arah jendela bus.
"Hish! Sungguh cowok menyebalkan," desis Jenny.
"Sudah Nak, Aku tidak apa - apa, jangan berdebat lagi ya," sela Nenek yang merasa tidak enak.
"Nenek sungguh tidak apa - apa? Tapi kamu terlihat kelelahan," ucap Jenny yang penuh rasa simpati.
"Nenek masih kuat berdiri, kamu tenang saja. Kamu memang gadis yang baik," balas si Nenek penuh pujian diiringi ulasan senyuman hangat di muka keriputnya.
Jenny tersenyum ramah.
"Dasar manusia tidak punya hati! Badannya saja terlihat gagah tapi ternyata lemah, berdiri saja tidak kuat. Sungguh memalukan!" cebik Jenny yang tentu saja langsung mendapatkan tatapan tajam Jeffrey.
"Kamu siapa sehingga berani menghinaku? hah?!" seru Jeffrey tidak terima yang langsung berdiri mendekati Jenny.
Melihat Jeffrey beranjak dari duduknya, Jenny segera memanfaatkan kesempatan itu untuk mempersilahkan wanita tua tersebut menempati bangku kosong tersebut terlebih dahulu sebelum menanggapi Jeffrey yang sudah berdiri di depannya saat ini.
"Nenek, kamu segeralah duduk. Kamu pasti sangat lelah," ucap Jenny tersenyum lalu dia menggiring mukanya ke arah Jeffrey.
"Aku tidak menghinamu tapi aku hanya berbicara apa adanya?" sanggah Jenny.
Jeffrey memcoba mengamati penampilan Jenny dari bawah hingga atas. Seketika satu sudut bibir Jeffrey menyungging ke atas dengan mimik muka mengejek.
"Dasar kucing kumuh! Sebaiknya perhatikan penampilanmu terlebih dahulu sebelum menghina orang lain," mulut pedas Jeffrey mulai beraksi.
"Rambutmu ini, apa kamu tidak pernah menyisirnya?" hina Jeffrey seraya mencapit beberapa helai rambut Jenny dengan mimik muka jijik.
"Itu bukan urusanmu," balas Jenny kesal seraya menghempas tangan Jeffrey yang tiada sopan tersebut.
Tiba - tiba tubuh Jenny dan Jeffrey terhempas lumayan keras. Bus yang mereka tumpangi berhenti secara mendadak.
"Hei! Lebih berhati - hatilah kalau menyeberang jalan, itu sangat berbahaya," terdengar seruan si supir kepada seorang pengguna jalan kaki yang kurang berhati - hati saat akan menyeberang jalan.
Bersambung~~
Terimakasih sudah mampir ke karyaku ya. Jangan lupa tekan gambar ♥️ agar masuk dalam rak buku kalian. Like, coment, vote, dan rate kalian sangat beharga bagi Author🤗
Semoga kalian bahagia selalu🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Terjatuh ke pelukan Jeffrey lalu....
😠.....
😡....
😁😉....😂😂😂😂
2022-06-15
0
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Seru neh...
Pasti kelanjutan ceritanya ada adegan yg sedikit ku suka tentunya.
2022-06-15
0
Senajudifa
kutukan cinta hadir
2022-06-05
0