Sore ini Mecca sudah diizinkan untuk pulang maka dari itu ia sebegra membereskan pakaian Mecca ke dalam tas, sedangkan Reihan dengan kebagian administrasi untuk menyelesaikan urusan rumah sakit.
“Maaf dimana Reihan” tiba-tiba wanita itu datang lagi dan menanyakan Reihan.
“Reihan sedang pergi keluar untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit” jawab Meira dengan senyum yang seulas.
“Oke akan aku tunggu disini, Mecca tante bawa hadiah untuk kamu loh” sapa Aleesha kepada putri sahabatnya itu.
“Terimakasih tante” sambil tersenyum bahagia yang tampak jelas diwajah Mecca.
Seketika Reihan datang dan disapa oleh Aleesha. “Rei, ini berkas yang kamu minta aku sudah menyiapakan segalanya dengan baik”
“Baiklah, tapi aku tidak akan membahas ini dulu. Akan ku baca nanti setelah di rumah” ucap Reihan sambil menerima berkas tersebut
“Kalau begitu malam ini aku yang datang ke rumahmu untuk membahas ini”
“Baiklah” jawab singkat Reihan. Tak lama setelah mereka berbincang, Meira mulai menggedong Mecca dan mulai membawanya kedalam mobil. Selama perjalanan menuju rumah Reihan tidak bersuara sama sekali hanya mendengarkan celotekan sang putri kepada Meira yang begitu sangat bersemangat menceritan tentang sekolahnya.
Sore hari jalanan di kota Surabaya memang terbiasa padet seperti yang sudah diketahui semua orang, kalau sore jam pulangnya para pegawai dan anak sekolah. Kebetulan cuaca sore ini memang begitu hangat akibat hujan turun yang tak begitu deras, tak terasa satpam telah membukan gerbang pagar dan sampailah di rumah. Meira mulai menaiki anak tangga dan masuk ke kamar Mecca. Dengan kondisi Mecca yang sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, akan tetapi dokter menyuruhkan untuk beristirahat selama 1 minggu di rumah dan tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan. Sebagai mahasiswi kedokteran yang sedang menjalani koas ia paham betul kondisi Mecca seperti apa, sehingga ia sangat telaten merawat Mecca sampai menghabiskan waktu cutinya yang hanya 1 minggu.
Malam telah tiba dan Aleesha akan datang malam ini, ia tak mengerti mengapa terasa sesak sedikit didada ketika Aleesha akan datang ke rumah. Sedangkan ia berada di kamar Mecca sampai ia mulai tertidur setelah membacakan dongen sebelum tidur, tak lama setelah Mecca tertidur ia mendengar suara tertawa dari ruangan kerja Reihan tak kala asiknya mereka berbincang kondisi ini memang sangat jauh berbeda ketika Reihan sedang berbicara dengan Meira hanya ada sikap acuh, dingin dan tatapan mata yang begitu tajam. Tak lama kemudian ia turun kebawah dan masuk keruangan kerja Reihan.
“Eheem” untuk menyadarkan mereka bahwa Meira baru saja ada ditengah mereka berbincang. Seketika suasana menjadi hening bak film horror, kemudia Meira mulai membuka pembicaraan. “Mengapa tidak dilanjutkan perbincangan kalian, aku hanya ingin mendengarkan cerita kalian mengapa bisa seseru tadi”.
“Maaf Meira, bisakah kau buat kami teh. Rasanya tidak sopan jika ada tamu tidak memberikan ia minum” permintaan Reihan kepada Meira.
“Astaga maaf aku sampai lupa untuk membuatkan minum untuk tamu, hahaha mungkin aku tuan rumah yang buruk” kemudia ia berjalan ke dapur.
Meira kembali ke ruangan kerja Reihan sambil membawakan 2 buah cangkir yang berisi air teh. “Silahkan diminum tehnya” sambil menyodorkan gelas ke meja kerja. Kemudian Reihan mulai meminum teh buatan Meira.
“Kenapa tidak meminum teh buatanku Aleesha? Tenga saja aku tidak menaruh racun kok hahaha” yang ia lakukan hanya untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu mencengkram.
“Baiklah, aku tidak berpikir bahwa kamu akan meracuniku hanya saja aku merasa canggung” respon Aleesha sambil menunduk malu. Tak lama setelah itu Meira pergi meninggalkan mereka dan bergegas menuju kamar tidur yang berada dilantai 2. Meira tak ingin memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi diantara Reihan dan Aleesha, memikirkannya saja membuat ia penat jadi lebih baik aku mandi saja.
Meira mulai melangkah menuju kamar mandi, tapi tiba-tiba ia berhenti sejenaak ketika mendengar panggilan Reihan.
“Apa maksudmu tadi berkata seperti itu kepada Aleesha?” tanya Reihan denga seperti biasa sambil memberikan tatapa mata yang tajam.
“Tidak bermaksud apa-apa hanya ingin mencairkan suasa saja” jawab Meiraa sambil terus berjalan ke arah kamar mandi.
“Kalau bicara liat mata lawan mu, tidak sopan!!” ketus Reihan pada Meira.
Meira terus berjalan dan menghiraukan perkaataan Reihan.
“Kau tidak mendengarkan perkataan ku ya!!” sambil memegang tangan Meira hingga badan Meira membalik ke arahnya.
“Aku mendengarkan kok, hanya saja aku ingin mandi saja karena sudah malam juga” jawab Meira sambil membalikan badan dan terus berjalan ke arah kamar mandi.
Lagi-lagi Reihan menarik tangan Meira dengan keras sehingga tak bisa berjalan “ Hmm cemburu ya!!”
“Sudah aku bialang Mas, aku ingin mandi. Lagi pula aku tak cemburu” tak sadar Meira mengatakan hal itu sambil menutup pintu kamar mandi.
“Dasar gadis bodoh, jelas-jelas Aleesha hanya sahabatku dari SMP sampai kuliah” ketus Reihan sambil meninggalkan kamarnya.
Tak menapik jika memang dulu ia begitu mencintai Aleesha, hanya saja Aleesha tak pernah membalas cintanya hingga akhirnya Reihan harus menikah dengan mendiang almarhum istrinya dikarenakan perjodohan kedua orang tua mereka. Sampai saat ini ia memang belum bisa membuka hati untuk Meira bukan karena ia terlalu cinta terhadap almarhum mendiang istrinya, hanya saja hati ia memang sedang kosong dan bayang-bayang masa lalu masih menghaampirinya. Ketika ia menjalani hubungan dengan Aleesha, nyatanya Aleesha pergi meninggalkannya dan lebih baik fokus mengurus Mecca yang menjadi semangat ia untuk tetap hidup.
-Jangan jadikan masa lalumu menjadi tolak ukur dimasa yang akan datang, tapi cukup jadikan sebagai bahan pelajaran untuk menghadapi masa depanmu yang bahagia. Keep stronger you’re self (HR)-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Santi Bachtiar
semangat meira sabar....
2020-09-26
0
Hera Khoirotun Nisa
semangaaatt semangaat teruuss ☺
2020-08-03
1
liaf
up lagi kak..
semangat ya kak
2020-04-10
1