Pasca Operasi

Setelah operasi Mecca selesai dan mulai membawaanya keruang rawat biasa, seketika Reihan menyuruh Meira untuk pulang dan beristirahat dirumah saja. Namun lagi Meira menolak untuk pulang karena ia ingin menjaga Mecca. “Dasar keras kepala, biar aku saja yang menjaga Mecca, sebaiknya kamu pulang untuk beistirahat” suat Reihan.

Meira malah menghiraukan perkataan suaminya dan terus berjalan menuju ranjang tempat tidur Mecca. Melihat tingkah Meira yang seperti itu malah membuat ia sedikit jengkel tapi sekaligus senang karena Meira begitu peduli terhadap putrinya.

Meira tidur disamping Mecca sambil memegang tangannya yang begitu mugil dan lucu hingga tak sadar ia telah tertidur lelap. Melihat pemandangan ini Reihan merasa kasihan terhadap Meira yang tidur dengan posisi tidak nyaman, kemudia ia mengendong dan memindahkannya ke sofa agar bisa tidur dengan nyaman sedangkan ia yang menggantikan posisi Meira yang tertidur dengan lelap disamping putrinya.

 

Sinar sang surya mulai membangunkan Meira dari tidurnya yang begitu lelap dan seketika ia baru sadar mengapa ia tidur diatas sofa sebari jalan menuju kamar mandi, kalau diingat-ingat rasanya semalam aku tidur disamping Mecca lah kenapa tiba-tiba ada diatas sofa mungkin saja Reihan yang memindahkannya. Setelah ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Reihan datang dengan membawakan sedikit makanan untuk sarapan pagi.

“Ini aku bawakan sarapan untukmu” ucap Reihan.

“Mas sendiri sudah makan belum?” balik tanya Meira.

“Hmm” seperti biasa jawaban yang tak pernah ia pahami.

“Setelah srapan sebaiknya kamu pulang terlebih dahulu” pinta Reihan

“Tapi Mas....”belum selesai bicara Reihan malah memotongnya “Aku tau kamu sudah tidak nyaman menggunakan pakai tersebut dan pulangnya untuk mandi”

“Baiklah aku akan pulang sebentar dan akan kembali lagi kesini nanti, Assalamualaikum” sambil mencium tangan Reiha, bagaimanapun ia menghormati Reihan sebagai suami sahnya.

“Waalaikumsalam” jawab reihan dalam hati dan sambil melihat punggung Meira perlahan menghilang.

Tak lama kemudian ada seorang wanita yang membuka pintu dan membuat Reihan kaget dengan kedatangannya. “Assalamualikum Reihan” sapa wanita cantik dengan senyum rama yang begitu khas.

“Waalaikumsalam Aleesha, kenapa kamu bisa ada disini?”jawab dan tanya Reihan. Bagi Aleesha suara khas Reihan tak pernah berubah begitupun dengan senyumnya malah membuatnya teringat akan masa lalu. Tak lama Mecca terbangun dan memanggil Reihan.

“Pa, dimana Mama?”pertanyaan yang terlontar ketika bangun tidur yang ditnayakan adalah Meira.

“Mama pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian sayang, mungkin sebentar lagi juga balik kesini”. Seketika dokter dan perawat datang untuk memeriksa kondisi Mecca pasca operasi. “Selamat pagi pa, saya akan memeriksa kondisi putri anda sekarang”

“Baiklah dok, silahkan” jawab Reihan. Sementara dokter memeriksa putrinya ia kembali ngobrol dengan Aleesha hanya untuk menanyakan kabar.

Tiba-tiba Mecca memanggil Reihan “Papa siapa tante cantik ini?” 

“Haii anak cantik, pasti kamu Mecca ya?” tanya Aleesha dengan senyum ramahnya yang menambahkan kesan akan kecantikannya.

“Ya tante aku Mecca” jawab manis Mecca.

“Kamu bisa panggil tante Aleesha, sahabat dari papa mu”. Lagi-lagi Mecca merengek menanyak mamanya kepada Reihan “Papa kok Mama lama sekali, aku kan kangen. Aku ga akan makan kalau bukan mama yang menyuapi” rengek Mecca kepada papanya.

Reihan tau betul jika putrinya sudah bertingkah seperti ini akan sulit dibujuk. Akhirnya Reihan menelpon Meira “Meira, dimana kau? Kenapa lama sekali. Mecca merengek ingin makan tapi kalau kamu yang menyuapinya”

“Mecca sudah bangun Mas?” tanya Meira

“Hmm, ya cepatlah kemari” seperti biasa jawaban datar yang diterima Meira. “Maass...tutttttt” belum selesai berbicara malah sudah ditutup telponnya, ketus Meira.

Meira baru saja tiba dirumah sakit sedang berjalan dilorongan dengan terburu\-buru karena Mecca sudah menanyakannya sedari ia sadar. Ketika ingin membuka pintu ia malah terkejut dengan suara yang begitu ramai di dalam ruangan itu, tampak jelas ada sosok wanita lain yang sedang asik berbincang dengan Reihan. Meira berpikir, seperti itukah keluarga bahagia yang memang terlihat jelas dihadapannya, kenapa tidak dari dulu saja Reihan bertemu dengan wanita itu dan kenapa juga harus aku yang menjadi istrinya, lebih baik aku ke kantin saja dari pada harus melihat pemandangan yang seperti ini.

“Heh Meira kenapa kau malah asik duduk sendiri di kantin, tak tau apa kalau Mecca mencari mu” seketika Meira kaget ada suara Reihan yang tak terduga ada dibelakangnya dan seperti biasa tatapan tajam Reihan yang selalu diberikan kepada Meira.

“Aku tak ingin mengganggu kebersamaan kalian” seketika Reihan mencerna apa yang Meira katakan kepadanya.

“Oh maksudmu Aleesha, ia sahabatku” sambil menarik tangan Meira agar segara datang untuk menemui putrinya. “Dasar bodoh kau, bisa-bisa tidak mau bertemu dengan Mecca karena ada wanita lain” ketus Reihan dalam hati.

“Mama......Mecca kangen” teriakan Mecca yang khas.

“Mama juga kangen kamu sayang” balas Meira.

“Aku mau makan kalau mama yang menyuapiku” permintaan sang tuang putri.

“Baik kalau begitu mari kita makan” sambil menggenggam sebuah mangkot

Selama Meira menyiapi Mecca, Reihan asik berbincang dengan wanita itu. Entah ada hubungan apa keduanya Meira tak peduli hanya saja sikap dan perilaku sangat berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat, biar sajalah lebih baik sekarang aku fokus mengurus Mecca. Tapi tetap saja ada rasa yang masih mengganjal dihatinya, perbincangan mereka terlihat asik sekali bagaikan sepasang kekasih. Tapi ia tidak ingin ikut campur jadi biarkan sajalah, terkecuali ada hubungannya dengan ia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!