Pagi-pagi sekali Reihan sudah rapi menggunakan kemeja dan celana bahan yang melekat pada tubuhnya sedangkan Meira baru saja bangun. Semalam mereka tidur bersama tapi tidak satu ranjang. “Mas mau kemana pagi-pagi sekali sudah berpakai rapih?” tanya Meira sambil mengumpulkan semua nyawanya.
“Aku akan pergi kerumah sakit” jawab Reihan dengan nada datar. Sambil mengucek mata Meira mulai menyerap jawaban Reihan, kenapa pagi-pagi sekali ia ingin pergi ke rumah sakit dan Meira mulai tersadar “Ya Allah kenapa aku bisa lupa kalau hari ini Mecca akan menjalani operasi”.
“Mas tolong tunggu aku, aku ingin ikut ke rumah sakit” tak lama Reihan menjawab
“Tidak usah, aku akan segera berangkat sekarang” hanya ada jawaban dingin yang ia dapatkan akan tetapi Meira tidak menyerah agar bisa ikut ke rumah sakit dan pada akhirnya pun diizinkan ikut.
“Terimakasih Mas, tunggu sebentar aku akan mandi dulu”
“Hmm” jawab Reihan. Medira mulai bergegas untuk mandi, ia mandi hanya sebentar karena jika terlalu lama malah akan membuat Reihan kesal dan malah meninggalkannya untuk pergi ke rumah sakit. Tak lama ia keluar dari kamar dengan menggunkan dress putih dan ditambah balutan rajutan berwarna hitam memang menandakan cuaca Surabaya sedang dilanda hujan.
Selama perjalan menuju rumah sakit, mereka sama sekali tidak saling bersua hanya ada keheningan di dalam mobil. Setelah sampai di rumah sakit Reihan mulai berjalan dengan cepat untuk segara sampai keruangan putrinya, akan tetapi Meira masih tertinggal dibelakang Reihan bagaimana tidak langkah ia terlalu cepat dan dikejarpun tidak akan terkejar. “Dasar pria dingin” dumel dalam hati Meira. Ada hal aneh yang terjadi, Reihan enggan masuk keruangan Mecca tanpa adanya Meira.
“Lama sekali jalannya”omelan Reihan dengan sikap acuhnya
“Lah kenapa tidak masuk duluan saja, mengapa harus menunggu aku”jawab ketus Meira
“Hmmmm” jawaban Reihan yang tak pernah ia mengerti sama sekali. Tiba-tiba Reihan memegang erat tangan Meira terus membuka pintu dan langsung masuk kerungan putrinya.
“Papa, Mama...akhirnya Mecca punya keluarga yang lengkap seperti teman-teman ” saut Mecca
“Papa akan melakukan apapun asal kamu bahagia”
“Mama, Mecca kangen” sambil memeluk Meira
“Mama juga kangen Mecca” balas Meira.
“Sebelum melakukan operasi Mecca mau berjanji tidak sama papa dan mama” Pinta Meira.
“Janji apa Ma?” tanya Mecc
“Janji bahwa Mecca akan menjadi anak yang kuat dan sabar dalam menjalani cobaan ini dan kita akan kumpul menjadi satu keluarga yang bahagia”
“Oke siap Ma Pa"
Proses operasi akan segera dilaksanakan, Reihan mulai gelisah dengan proses operasi yang sedang berlangsung. Kegelisahan Reihan memang nampak jelas di wajahnya disatu sisi Meira mencoba menenangkannya.
“Duduklah sebentara mas, jangan gelisah terus. Sebagai seorang ayah kamu harus bisa tenang pasrahkan semuanya kepada Allah SWT” Reihan menghela napas yang panjang setelah itu duduk sebari berdo’a untuk keselamatan putrinya.
Kehilangan memang selalu memberikan duka yang amat mendalam, ketika ia kehilangan mendiang istirnya setelah melahirkan putri mereka maka tinggal Mecca lah salah satu harapannya untuk tetap hidup, entah seeperti apa jadinya jika ia benar-benar kehilangan putri kesayangannya itu.
Operasi telah usai dan dokter menghampiri Reihan dan Meira sebari diajukannya sebuah pertanyaan kepada dokter tersebut.
“Dok bagaimana keadaan putriku sekarang?” tanya Reihan dengan harap-harap cemas yang nampak jelas sekali diwajahnya.
“Operasi berjalan dengan lancar dan berhasil melakukan cangkok ginjalnya, tinggal menunggu ia sadar akibat dari obat bius” jawab dokter.
“Alhamdulillah, Terimakasih ya Allah” ucap Reihan yang sekarang bisa bernapas dengan lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments