Perempuan itu lebih memilih mendinginkan tubuhnya di bawah terik matahari, bukan di antara sayap-sayap hujan yang membasahi bumi.
Kutemukan ribuan ombak yang menggumpal dalam binar matanya, mengecambahkan tanda tanya di kepala kupu-kupu yang setia melingkarkan rindu yang terlalu biasa untuk kusederhanakan dengan ayunan kata-kata.
Drtt..
Ponsel Annisa bergetar. Ada notifikasi pesan untuk aplikasi WhatsApp muncul di layar.
[Hari ini acara tujuh bulanan untuk Kakakmu, Rania. Annisa datang ya]
Annisa tersenyum senang. Terbayang di benaknya kebahagiaan yang sedang menyelimuti keluarga kakaknya, Kak Yahya dan Kak Rania. Mereka tengah menanti kehadiran anak pertamanya. Aihh..
[Iya Kakak. Insya Allah]
Annisa meletakkan ponsel kembali ke tempat tidur dan melanjutkan aktifitasnya di kamar ini.
Sudah beberapa hari Annisa tinggal sendiri di tempat ini. Ada rasa sunyi dia rasakan. Tapi semua itu coba ditepisnya.
Annisa menghabiskan waktunya dengan membersihkan rumah, menata ulang perabotan dan memberi hiasan sekedarnya. Tak lupa juga dengan menata halaman depan dan belakang. Tujuannya tak lain agar dia semakin betah tinggal disini.
Dia juga mulai rajin menulis. Puisi, cerpen, novel, bahkan cuma sekedar diary. Boleh di katakan, menulis merupakan terapi yang sangat efektif agar dia bisa segera bisa mengendalikan rasa sedih yang menderanya.
*****************
Siang yang cerah.
Annisa mengendarai motor matic kesayangannya menyusuri jalan di kota Martapura. Tak ngebut sih. Karena dia tak perlu terburu-buru untuk segera sampai ke rumah ibu.
Ketika motornya melintas di sebuah toko perlengkapan bayi, tiba-tiba sebuah ide melintas dalam pikirannya.
Dia menepikan motornya tepat di halaman toko itu. Lalu melangkah masuk ke dalam.
Pandangannya takjub dengan berbagai macam perlengkapan bayi dan anak yang di pajang di toko itu. Semuanya lucu dan menggemaskan. Annisa tersenyum senang.
"Ada yang bisa di bantu, Kak?" Seorang karyawan toko menghampirinya.
Dia mengangguk ramah.
"Iya. Saya memerlukan selimut buat bayi. Itu lo yang di buat dari bahan katun yang nyaman," ucapnya.
Sebenarnya dia kurang tahu apa yang di butuhkan kak Rania untuk persiapan kelahiran bayinya. Tapi dia rasa selimut bayi cukup baik sebagai hadiah di acara hari ini.
Sekejap kemudian, di hadapannya telah tersaji beberapa pilihan untuk selimut bayi. Annisa memilih warna nuansa kuning yang netral untuk semua jenis kelamin.
Dia juga memilih sebuah boneka beruang berwarna coklat muda berukuran sedang untuk Kak Rania.
"Ini Dik," Dia menyerahkan barang yang dia pilih. "Di bungkus pakai kertas kado ya?"
Karyawan toko itu mengangguk.
"Tunggu sebentar ya Kak."
Annisa mengangguk.
Setelah menyelesaikan pembayaran, dia pun segera bergegas keluar dari toko itu. Terbayang di benaknya kegembiraan kakaknya menerima hadiah ini nantinya.
Dengan hati riang, Annisa pun segera melanjutkan perjalanan menuju rumah ibu.
*****************
Annisa melangkah memasuki ruangan yang sudah ramai dengan rombongan ibu-ibu.
"Assalamu alaikum," sapanya.
Ia mengembangkan senyumnya..
"Wa alaikum salam."
Annisa menghambur ke dalam pelukan ibunya.
"Alhamdulillah ... akhirnya anak Mama yang cantik ini datang juga." Ibu mengelus kepalanya.
Annisa tersipu malu.
"Pasti Nisa datang, Ma." Annisa tertawa.
Merekapun berjalan bersisian menuju ke ruangan dalam.
"Hai, Ading.." Annisa mengelus perut Kak Rania.
Kak Rania tertawa.
"Hai, Acil." Kak Rania menyahut dengan menirukan suara seperti anak kecil.
"Selamat ya, Kak. Semoga kehamilan Kakak lancar sampai lahiran nanti," ucap Annisa tulus.
"Makasih ya, Ding."
"Makasih juga atas hadiahnya. Repot amat sih, bawa kado segala."
Annisa tertawa.
"Nisa kan sayang sama keponakan Nisa." Annisa kembali mengelus perut kak Rania.
"Semoga Pian jua cepat di beri momongan ya, Ding,"
Degg. Annisa tertegun.
Anak?
Annisa menghela nafas. Salah satu hal yang menjadi pertimbangannya mengizinkan suaminya menikah lagi adalah soal ini.
Dua tahun menikah tapi sampai saat ini dia belum memiliki momongan.
Bukan soal berprasangka buruk dengan kesehatan reproduksinya, tapi dia memilih untuk tak mau ambil resiko. Dia tak ingin menjadi pihak yang di salahkan seandainya suaminya ke depannya tak mendapatkan keturunan.
Keturunan memang hal yang sangat penting terutama bagi keluarga suaminya. Walaupun sebenarnya suaminya sendiri tidak pernah menekan harus ada keturunan, tapi dia sendiri sudah merasa mulai ada 'bisik-bisik tetangga' mengenai kesehatan reproduksinya itu.
*****************
Sore menjelang senja.
Dengan langkah gontai, Annisa memasuki rumahnya. Dia kembali menutup pintu. Di nyalakan nya lampu-lampu di seluruh area rumah. Lantas di hembuskannya nafas dalam-dalam.
Ya Allah..
Kesunyian ini kembali merayapi hatinya.
Annisa mengelus perut ratanya. Dan tersenyum miris.
Terkadang dia merasa seperti Siti Sarah yang merelakan suaminya untuk menikahi Siti Hajar..
"Tak akan ada yang berubah pada Kakak, Sayang. Ada atau tidaknya seorang anak di dalam kehidupan kita, Kakak akan terus menyayangimu. Kakak menerimamu apa adanya." Masih terngiang-ngiang kata-kata suaminya berusaha menepis kegundahannya saat itu.
"Tapi seorang anak itu pengikat kasih sayang orang tuanya, Kak."
Lelaki itu tersenyum teduh.
"Ada begitu banyak pengikat kasih sayang di antara Kita, Ading. Kita terikat oleh perjanjian atas nama Tuhan yang telah mempersatukan Kita dengan kehendakNya."
"Dialah yang menumbuhkan cinta di antara Kita sehingga Kita bisa hidup dengan harmonis. Apakah semua itu masih kurang?"
"Soal anak, InsyaAllah jikalau Dia berkehendak, pasti akan hadir dalam rumah tangga kita. Percayalah, Ding."
"Tapi Ading mulai merasakan bisik-bisik ...."
Lelaki itu membungkam bibir Annisa dengan ciumannya. Seketika dia terlena.
"Gak usah di dengarkan kata orang." Fikri kembali memeluknya
Annisa mengangguk.
Senja luruh dalam pelukan malam. Azan magrib sudah berkumandang beberapa saat yang lalu. Annisa terpekur di sajadah usai menunaikan shalat magrib.
Dirasakannya ada yang mengembun di kedua matanya. Dia menghela nafas berat. Diraihnya kitab suci Al-Quran yang terletak di meja belajarnya..
*Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang di muliakan?
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: Salaman", Ibrahim menjawab: "Salamun" (kamu) adalah orang-orang yang tidak di kenal.
Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian di bawanya daging anak sapi gemuk (yang di bakar),
Lalu di hidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: "Silahkan kamu makan".
(Tapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, "janganlah kamu takut," dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).
Kemudian isterinya datang dan memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".
Mereka berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan" Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dia tak sanggup lagi membendung air matanya membaca ayat-ayat cintaNya. Betapa dia merasakan ada ketenangan menyeruak, memenuhi hatinya yang rapuh.
Maha kuasa Allah dengan segala kehendakNya. Maha benar Allah dengan semua rencanaNya.
Suara azan isya mulai sayup terdengar, menggetarkan sanubarinya
Allahu Akbar.. Allahu Akbar ...
Asyhadu alla ilaa ha illallah ...
Asyhadu alla ilaa ha illallah ...
Asyhadu anna Muhammad ar Rasulullah ...
Asyhadu anna Muhammad ar Rasulullah ...
***************
* Al Qur'an terjemah, QS Adz Dzariyat, ayat 24-30.
***************
Alhamdulillah.. akhirnya selesai juga part 5. Gimana tanggapan kalian?
InsyaAllah ceritanya akan terus berlanjut.
Jadi buat kakak-kakak author yang hebat-hebat, tolong kritik dan saran serta bimbingannya ya. Soalnya Jannah masih awam sekali soal penulisan..
dan buat para reader kesayangan, di tunggu like, komen, dan vote nya.
makasih ya buat semuanya.
salam hangat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Aas Azah
baru juga dua thn,apa kabar orang yang sudah 5-10 thn yg blm mempunyai momongan, berikhtiar dan berdoa pada Allah insyaallah di ijabah 🤲
2022-12-27
0
Ardika Zuuly Rahmadani
modus
2022-03-08
0
atin p
👍👍👍
2022-01-21
0