Penawaran Itu

Dengan langkah gontai, ia segera masuk ke dalam kamar tidur tempat biasa ia menginap disini. Di layangkannya pandangan ke sekelilingnya.

Kamar ini masih seperti yang dulu. Ranjang tua yang masih kokoh dan terawat, meja rias dan sebuah lemari pakaian. Hanya itu furniture di kamar ini.

Mungkin ke depannya ia merasa perlu menghadirkan meja belajar tempat dia biasa membaca buku, muthalaah, dan menulis.

Dengan cekatan Annisa segera mengeluarkan barang-barang miliknya.

Sebenarnya tak banyak barang yang di bawanya. Hanya beberapa lembar pakaian, gamis, jilbab, buku-buku penting, dan beberapa perhiasan miliknya.

Tak lupa laptop dan ponsel kesayangannya. Dan satu lagi, boneka beruang warna pink yang mungkin akan menjadi teman tidurnya di saat suaminya tak ada di sisinya.

Ia menarik nafasnya dalam-dalam, untuk kemudian menghembuskannya.

"Ya Allah, semoga semua berjalan dengan baik," gumamnya.

Dalam kesendiriannya, ia merasa begitu rapuh. Dia harus mengakui hal itu. Bagaimanapun dan serapat apapun ia menutupi rasa di hatinya, tetap saja hatinya sakit. Dia cuma wanita biasa yang memiliki rasa sedih.

Hanya dalam tempo sebulan, dia di haruskan untuk memutuskan sesuatu yang sangat sulit. Dia harus merelakan suaminya menikah lagi dan tanpa di sertai rasa sakit hati. Sungguh, ini mustahil kan?

Egonya sebagai wanita jelas tak akan pernah mau berbagi. Kendati pun ia tahu betul hukumnya seorang laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu.

Dia. Muhammad Fikri Maulana. Pemilik wajah tampan dan tubuh yang kokoh itu. Lelaki yang menikahinya dua tahun yang lalu, hari ini sudah melangsungkan akad nikah dengan seorang wanita yang bahkan sampai hari ini masih berstatus sebagai santriwati di sebuah pesantren yang tertua di kota Martapura.

Dia sendiri juga ikut menghadiri pernikahan itu sebagai simbol persetujuannya untuk di poligami.

"Ya Allah.." Erangnya.

Tubuhnya luruh begitu saja ke lantai.

Sedapatnya ia menyembunyikan sakit di dalam hatinya, tapi tetap saja kentara. Ia tidak bisa berpura-pura. Ia sakit, sakit dan sakit.

***************

Annisa Maulida. Begitulah namanya. Lahir 27 tahun yang lalu. Dia tumbuh dan di besarkan di tengah keluarga yang taat terhadap agama.

Kakeknya adalah seorang tuan guru di kampungnya dan ayahnya juga merupakan kepercayaan seorang ulama terkenal di daerahnya.

Masa kecil dan remajanya di habiskan untuk menimba ilmu di pondok pesantren tertua di kota Martapura. Praktis, hidupnya berisi dengan petuah-petuah agama, kitab kuning dan wirid.

Dan terakhir dia mencoba memulai aktifitas sebagai seorang penulis novel setelah dia resmi menikah dengan Fikri.

Pertemuannya dengan Fikri pun bukanlah sebuah kebetulan. Tahu sendiri kan, di pesantren itu pergaulan dengan lawan jenis sangat di batasi?

Yap, pernikahannya memang melewati proses yang bernama perjodohan.

Fikri.

Laki-laki itu datang ke rumahnya bersama kedua orang tuanya. Mengajak ta'aruf dan akhirnya menikah.

Dan orang tua mana yang bisa menolak Fikri sebagai menantu di dalam keluarga mereka?

Bukan cuma wajahnya yang tampan, tapi dia juga alim ilmu agama. Dia pernah menimba ilmu di pondok pesantren Daarul Musthofa Hadramaut.

Dan setelah kembali ke Indonesia, dia pun mengajar di pondok pesantren tertua di kota Martapura itu, sekaligus membuka majelis pengajian di rumah pribadinya di daerah Tunggul Irang seberang.

Adalah sebuah kebanggaan di kalangan orang tua di daerahnya kalau anak perempuannya bisa menikah dengan kalangan pemuka agama, walaupun mungkin hanya menjadi istri kedua atau ketiga. Apalagi Annisa waktu itu memang di jadikan sebagai istri pertama. First lady !

Tak ada penolakan dari Annisa saat itu.

Hal itulah yang mendasari Annisa, mengapa ia sangat memaklumi siapapun orang yang datang menawarkan putri mereka untuk di nikahi suaminya.

Diapun sebenarnya sudah menyiapkan mentalnya kalau akhirnya harus mengalami hal ini. Dan akhirnya kenyataan terbukti kan? Ia tak bisa mengelak.

Bukan karena suaminya yang ingin berpoligami. Tapi orang lah yang menawarkan putrinya untuk di nikahi. Sungguh, ini hanyalah persoalan keadaan.

Annisa tersenyum miris mengingat nasibnya.

Sosok suaminya yang memang cukup di kenal di daerah ini. Bukan cuma dirinya, tapi juga keluarga besarnya.

Boleh di katakan, pernikahannya adalah pernikahan publik, dalam artian segala kejadian di dalam rumah tangganya akan selalu di ketahui masyarakat dan menjadi tranding topic.

********************

flashback sebulan yang lalu...

Sore itu Fikri kedatangan tamu sepasang suami istri. Mereka berdua merupakan orang tua salah seorang santriwati yang dikenalnya bernama Zahra.

Setelah menjawab salam, mempersilahkan mereka berdua duduk, dan berbasa basi, Fikri pun mulai menanyakan maksud kedatangan mereka.

"Apa kabar Abah, Mama? Adakah yang bisa Ulun bantu?" tanyanya sopan.

"Begini Ustadz," ucap Pak Burhan, Abah Zahra. "Kedatangan Kami ke sini bermaksud ingin menanyakan sesuatu ...." Kelihatan jelas raut muka Pak Burhan yang nampak ragu-ragu.

"Ada apa Bah?" Fikri mengurai senyum untuk menenangkannya.

"Maafkan sebelumnya, Ustadz," desahnya.

"Apakah Ustadz ada niat untuk menikah lagi?"

Fikri berusaha menyembunyikan keterkejutannya.

Dia kembali mengurai senyum untuk menetralkan suasana setelah sebelumnya menggelengkan kepala.

"Maaf Abah, kenapa Pian menanyakan hal itu pada Ulun? Jujur saja, Ulun mencintai istri Ulun dan tidak berniat untuk menikah lagi," ucapnya

Laki-laki tua itu tersenyum.

"Tapi bukankah seorang laki-laki itu boleh memiliki istri lebih dari satu?"

Fikri mengangguk.

"Betul. Tapi dengan syarat, harus bisa adil."

"Adil dalam artian bisa membuat nyaman istri-istri nya dalam mengarungi biduk rumah tangga," sambungnya.

Laki-laki tua di hadapanku tersenyum simpul.

"Abah percaya, Ustadz Fikri sudah paham dengan ilmu berumah tangga. Dan Abah yakin, tidaklah salah memilih jodoh untuk putri Abah."

"Ustadz, Abah memiliki seorang putri yang baru berusia 19 tahun. Namanya Zahra. Dia dulu pernah di ajar Ustadz sewaktu masih duduk di kelas 3 wustho. Sekarang dia sudah duduk di kelas 3 Ulya."

Fikri berusaha mengingat para santriwati yang pernah dia ajar dulu. Tapi tak ada gambaran yang jelas mengenai wajahnya.

Maklum, dia sudah mengajar selama beberapa tahun. Dan santriwati-santriwati yang dia ajar jumlahnya ratusan, bahkan bisa ribuan. Mana mungkin dia ingat wajahnya?

Bahkan sebagian di antara mereka ada yang memakai cadar.

Fikri menggelengkan kepala.

"Maaf, Bah. Uln tidak bisa mengingat yang mana putri Pian. Soalnya santriwati yang Ulun ajari di kelas 3 wustho itu banyak. Bahkan Ulun tak hafal wajah mereka. Apalagi sebagian dari.mereka bercadar."

"Tak apa, Ananda Ustadz. Mama mengerti," Sahut wanita tua di samping Pak Burhan yang sejak tadi diam saja.

Wanita tua itu meraih tasnya. Ia mengambil selembar foto dari tasnya.

"Ini fotonya, Nak." Ia menyerahkan selembar foto kepada Fikri.

Dia menatap foto itu. Darah mudanya berdesir. Jujur, gadis itu terlihat cantik sekali dan masih sangat muda.

Fikri menghela nafas panjang.

"Ulun belum bisa memutuskan sekarang, Abah. Ulun harus berkonsultasi dulu dengan Abah dan Mama, juga istri Ulun, Annisa. Istikharah dan musyawarah, itu penting kan?"

Kedua orang tua itu mengangguk paham.

"Baiklah Ustadz. Kami tunggu kabar baik dari Ustadz."

Dia mengangguk perlahan.

"Abah sangat berharap, Ustadz mau memikul amanah untuk menjaga putri Abah dan membimbingnya menjadi istri salehah. Jujur saja, selama ini dia sangat manja kepada Kami. Semoga setelah menikah dengan Ustadz, dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi." Harap laki-laki tua itu sambil menghela nafas.

Kedua orang tua itu bangkit dari tempat duduknya. Dan menyalami tangannya. Fikri melepas kepulangan mereka dengan lambaian tangan dan teriring salam.

Tiba-tiba saja kepalanya serasa dihimpit beban berat. Ya Allah, sanggupkah dia berpoligami...?

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

bari liat poto aja udah berdesir,,tanda tanda tidak adanya kesetiaan,, bila mencintai kenapa harus menyakiti apa lagi menduakan. adil nonsen

2023-02-21

1

Aas Azah

Aas Azah

Fikri atas dasar apa kamu mau menikahinya, bukankah kamu bilang sangat mencintai istri mu Anisa,tak ada seorang wanita pun yang ikhlas dimadu walaupun mulutnya berkata tapi jauh didalam hatinya berat untuk mengikhlaskan 😭

2022-12-27

0

Risky Titi sarlinda

Risky Titi sarlinda

wuhu bilang aja mau banyak istri alasan ini itu segala kalau gak mau bilang gak mau apa pakai tanya keluarga segala dasar lelaki huh geram aku gedek nah kan jadi ni aku perang

2022-09-23

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan Kedua
2 Penawaran Itu
3 Menangislah, Sayang
4 Membuat Keputusan
5 Acara Tujuh Bulanan
6 Kakak Pulang, Sayang
7 Mulai Dari Awal
8 Hanyalah Sebentuk Rindu
9 Tak Semudah Teori
10 Koq Air Tehnya Pahit Sih?
11 Aku Bukan Pelakor
12 Jodoh Yang Terbaik
13 Perubahan
14 Malas Berbicara
15 Dua Garis Merah
16 Kedatangan Kak Ruqayyah
17 Teman Takdir
18 Acara Tapung Tawar
19 Istri Rasa Pacar
20 Menginap Di Rumah Sakit
21 Mengunjungi Dokter Kandungan
22 Suami Bucin
23 Acil Marni
24 Kak Rania Pendarahan Lagi
25 Selamat ya, Kak
26 Hadiah Kelahiran
27 Hawa Nafsu
28 Kedatangan Tamu
29 Karena Kami Satu Marga
30 Dasar Lelaki
31 Bidadari Dunia Akhirat
32 Jomblo Akut
33 Waktu Dhuha
34 Rasanya Nano Nano
35 Assalamu alaikum, Ifah
36 Hanya Ingin Berteman
37 Belajar Yang Lain
38 Tak Kuat Menahan Cemburu
39 Tak Seindah Teori !
40 I Love You, Suamiku
41 Bahagia Itu Sederhana !
42 Pasti Ada Akhirnya
43 Zahra Merajuk Lagi
44 Bahasa Yang Berbeda
45 Sebuah Pengakuan
46 Hanya Ada Centang Satu
47 Tidak Ada Orang Miskin
48 Dia Itu Tetap Saudara Kita
49 Andai Waktu Bisa Di Ulang
50 Andai Waktu Bisa Di Ulang (2)
51 Bukan Soal Cemburu
52 Kunjungan Ke Asrama Putri
53 Kunjungan Ke Asrama Putri (2)
54 Cinta, Cintailah Cinta
55 Pertemuan Dengan Ifah
56 Pertemuan Dengan Ifah (2)
57 Diam-diam Ada Yang Jatuh Cinta
58 Banyak Menyimpan Teka-Teki
59 Tak Ada Lagi Keraguan
60 Please Ceraikan Ulun, Kakak !
61 Kembali Ke Rumah Orang Tua
62 Annisa, Maafkan Aku
63 Kita Tunggu Saja
64 Rasanya baru Kemarin
65 Bukan Tanpa Alasan
66 Sudah Tidak Ada Jalan Lain
67 Kunjungan Mama Zahra
68 Malam terakhir
69 Perceraian Fikri-Zahra
70 Bayangan Masa Lalu
71 Lebih Dari Cemburu
72 Kita Harus Bisa Memilih
73 Di Balik Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan
74 Kita Tidak Boleh Iri Hati
75 Tidak Ada Yang Salah Di Antara Kita
76 Berubah Menjadi Akuntan
77 Beberapa Hari Kemudian
78 Titipan Dari Zahra
79 Mutiara Yang Harum
80 Dari Kekaguman Berubah Menjadi Cinta
81 Tidak Akan Jatuh Ke Lubang Yang Sama
82 Tembang sunyi Annisa
83 Pengumuman
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Pernikahan Kedua
2
Penawaran Itu
3
Menangislah, Sayang
4
Membuat Keputusan
5
Acara Tujuh Bulanan
6
Kakak Pulang, Sayang
7
Mulai Dari Awal
8
Hanyalah Sebentuk Rindu
9
Tak Semudah Teori
10
Koq Air Tehnya Pahit Sih?
11
Aku Bukan Pelakor
12
Jodoh Yang Terbaik
13
Perubahan
14
Malas Berbicara
15
Dua Garis Merah
16
Kedatangan Kak Ruqayyah
17
Teman Takdir
18
Acara Tapung Tawar
19
Istri Rasa Pacar
20
Menginap Di Rumah Sakit
21
Mengunjungi Dokter Kandungan
22
Suami Bucin
23
Acil Marni
24
Kak Rania Pendarahan Lagi
25
Selamat ya, Kak
26
Hadiah Kelahiran
27
Hawa Nafsu
28
Kedatangan Tamu
29
Karena Kami Satu Marga
30
Dasar Lelaki
31
Bidadari Dunia Akhirat
32
Jomblo Akut
33
Waktu Dhuha
34
Rasanya Nano Nano
35
Assalamu alaikum, Ifah
36
Hanya Ingin Berteman
37
Belajar Yang Lain
38
Tak Kuat Menahan Cemburu
39
Tak Seindah Teori !
40
I Love You, Suamiku
41
Bahagia Itu Sederhana !
42
Pasti Ada Akhirnya
43
Zahra Merajuk Lagi
44
Bahasa Yang Berbeda
45
Sebuah Pengakuan
46
Hanya Ada Centang Satu
47
Tidak Ada Orang Miskin
48
Dia Itu Tetap Saudara Kita
49
Andai Waktu Bisa Di Ulang
50
Andai Waktu Bisa Di Ulang (2)
51
Bukan Soal Cemburu
52
Kunjungan Ke Asrama Putri
53
Kunjungan Ke Asrama Putri (2)
54
Cinta, Cintailah Cinta
55
Pertemuan Dengan Ifah
56
Pertemuan Dengan Ifah (2)
57
Diam-diam Ada Yang Jatuh Cinta
58
Banyak Menyimpan Teka-Teki
59
Tak Ada Lagi Keraguan
60
Please Ceraikan Ulun, Kakak !
61
Kembali Ke Rumah Orang Tua
62
Annisa, Maafkan Aku
63
Kita Tunggu Saja
64
Rasanya baru Kemarin
65
Bukan Tanpa Alasan
66
Sudah Tidak Ada Jalan Lain
67
Kunjungan Mama Zahra
68
Malam terakhir
69
Perceraian Fikri-Zahra
70
Bayangan Masa Lalu
71
Lebih Dari Cemburu
72
Kita Harus Bisa Memilih
73
Di Balik Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan
74
Kita Tidak Boleh Iri Hati
75
Tidak Ada Yang Salah Di Antara Kita
76
Berubah Menjadi Akuntan
77
Beberapa Hari Kemudian
78
Titipan Dari Zahra
79
Mutiara Yang Harum
80
Dari Kekaguman Berubah Menjadi Cinta
81
Tidak Akan Jatuh Ke Lubang Yang Sama
82
Tembang sunyi Annisa
83
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!