...🍁🍁🍁...
"Papa suka dengan pencapaianmu, Galang. Selamat ya! Usaha percetakan yang kau rintis lima tahun lalu, berkembang sangat pesat." Leonard Abraham, pria paruh baya pemilik Brahms Corp mengulurkan tangannya pada Galang.
"Terima kasih, Pa. Ini semua berkat do'a dari Papa juga."
"Ini semua karena kerja kerasmu. Setelah keluar dari Brahms Corp, kau mampu menunjukkan pada dunia bahwa kau bisa meraih kesuksesan."
Leonard Abraham mengadakan pertemuan rutin setiap bulan, untuk mengevaluasi hasil kerja kedua putranya.
"Lalu kau, Rocky?! Bagaimana hasil kerja kerasmu selama satu bulan ini?"
"Aku yakin Papa sudah mendengarnya. Tidak perlu bertanya lagi padaku." Jawab Rocky sinis.
"Papa memang sudah mendengarnya. Tapi, apa tidak ada sedikit saja pembelaan darimu?"
"Aku tidak perlu membela diri."
"Hmm? Jadi ... apa usaha lain yang kau lakukan agar membuatmu berhasil kali ini? Kau sudah menjalankan bisnis konstruksimu itu selama lima tahun. Sedikitpun tak ada prestasi yang kau dapat. Percuma saja kau jauh-jauh kuliah di luar negeri kalau usaha segini saja tidak mampu!"
"Pa, jangan menyalahkan Rocky. Aku yakin Rocky sudah berusaha semaksimal mungkin." Bela Galang.
"Tidak perlu membelanya! Sekarang sebaiknya kalian keluar dari ruangan ini, dan renungkan baik-baik. Tenggat waktu kalian hanya sampai akhir tahun ini. Mengerti?"
"Iya, Pa, mengerti."
Rocky dan Galang meninggalkan ruang kerja Papa mereka di Brahms Corp.
...🍁...
"Kak, beritahu caranya supaya aku bisa berhasil seperti kakak."
"Rocky! Kuncinya hanya satu. Sabar. Kau harus bersabar setelah semua usaha kerasmu membangun bisnis."
"Papa akan membunuhku jika aku gagal lagi kali ini!!"
"Jangan putus asa! Kakak akan carikan proyek kecil-kecilan untukmu. Bersabarlah!! Kalau begitu, kakak permisi dulu ya! Kakak masih ada pekerjaan."
"Iya, Kak. Hati-hati dijalan!"
...🍁...
"Bos, coba lihat ini!"
"Apa ini, Don?"
Donny menyerahkan sebuah selebaran pada Rocky.
"Ini Ki Damar Atos. Dia paranormal yang sedang naik daun, Bos."
"Lalu apa hubungannya denganku?"
"Ini adalah solusi dari kegagalan Bos selama lima tahun ini."
"Gila!! Kau menyuruhku pergi ke dukun? Yang benar saja!!!"
"Bukan dukun, Bos. Tapi paranormal!"
"Sama aja!!"
"Berbeda, Bos. Ki Damar ini, bisa menerawang apa yang terjadi dengan diri Bos. Kita harus melakukan semua usaha, Bos. Termasuk yang berhubungan dengan hal-hal diluar nalar. Bagaimana, Bos? Bos harus tetap mencobanya."
Rocky nampak berpikir sejenak.
"Kau yakin dia orang pintar?"
"Yakin, Bos! Aku sudah menyelidikinya dengan teliti. Dia itu ... seperti memiliki kemampuan indigo."
.
.
.
.
Meski tak yakin dengan apa yang dikatakan Donny, namun Rocky tetap mendatangi paranormal bernama Ki Damar Atos. Ki Damar tinggal di sebuah rumah mewah yang dijaga ketat oleh beberapa penjaga.
"Don? Kau yakin ini rumahnya? Ini lebih mirip rumah pengusaha minyak."
"Benar, Bos ini rumahnya. Memangnya Bos pikir rumah Ki Damar itu ditengah hutan seperti yang ada di televisi itu? Bos ada-ada saja!" Donny terkekeh melihat tuannya terkejut.
Begitu memasuki rumah, mereka berdua disambut oleh perempuan cantik yang memperkenalkan dirinya sebagai resepsionis. Ia mencatat nama dan nomor telepon Rocky, kemudian memberinya nomor antrian. Rocky dan Donny duduk menunggu nama mereka dipanggil. Mirip antrian saat pergi ke dokter, hihi.
"Don, kira-kira berapa biayanya untuk konsultasi ke Ki Damar ini?" Bisik Rocky di telinga Donny.
Saat ini kondisi keuangan Rocky tidak bagus. Ia tak bisa sembarangan menggunakan uangnya. Apalagi jika Ki Damar ini ternyata hanya menipu mereka.
"Itu lihat, Bos! Sudah ada tarifnya terpasang di papan." Donny menunjuk ke arah papan pengumuman di ruang tunggu.
"Hah?! Sepuluh juta? Yang benar saja!! Kau tahu bukan jika kondisi keuanganku sedang tidak bagus. Kau malah membawaku ke tempat seperti ini hanya untuk buang-buang uang saja! Aku tidak bisa melanjutkan ini! Aku akan pulang saja!" Rocky berdiri dari duduknya namun segera di cegah oleh Donny.
"Bos!! Tunggu dulu!! Aku yang akan membayarnya."
"Heh?!? Kau?"
"Iya, Bos. Karena aku yang sudah membawa Bos kemari, maka aku akan membayar biayanya."
"Kau gila? Dapat dari mana uang sebanyak itu?"
"Aku mengumpulkannya dari gajiku, Bos."
"Lalu bagaimana jika semua ini tidak berhasil? Sia-sia saja uangmu itu!"
"Bos baca dulu lanjutan tulisannya. Jika tidak berhasil, maka uang akan kembali kepada pasien."
"Huh! Ada-ada saja! Apa dia melakukan praktek perdukunan, huh?"
"Tidak, Bos! Bos tenang saja! Ki Damar tidak membantu untuk hal-hal bersifat negatif. Percayalah!"
"Tuan Rocky Abraham." Perempuan resepsionis tadi memanggil nama Rocky.
Mereka dituntun ke sebuah ruangan didalam rumah mewah itu.
"Silahkan masuk! Ki Damar sudah menunggu."
"Terima kasih, Mbak." Balas Donny.
Tok tok tok,
"Masuk!!" Suara dari dalam kamar mempersilahkan mereka berdua masuk.
Rocky tercengang karena mendapati Ki Damar Atos bukanlah lelaki tua seperti layaknya kakek-kakek. Ia adalah lelaki muda yang berpakaian rapi dengan setelan jas dan berdasi.
Rocky mengerutkan dahi saat melihat penampilan Ki Damar.
"Silahkan duduk!" Ki Damar mempersilahkan mereka berdua duduk.
Ruangan ini lebih mirip seperti ruang periksa dokter yang akan memeriksa pasiennya.
"Anda baru pertama kali kesini, Tuan Rocky?" Tanya Ki Damar.
"I-iya. Saya tidak menyangka kalau ... Ki Damar masih sangat muda."
"Hahahah, banyak yang mengira kalau saya sudah tua. Kalau begitu, langsung saja, ceritakan apa yang menjadi masalah Anda."
Donny menjelaskan panjang lebar tentang kesialan yang dialami bosnya selama lima tahun terakhir.
Ki Damar menganggukkan kepala seraya mengetahui kegundahan hati Rocky.
Selama Donny bercerita, Rocky hanya terdiam. Ia meratapi nasibnya sendiri yang cukup menyedihkan.
"Saya mengerti apa yang dialami oleh Tuan Rocky. Kesialan demi kesialan tak kunjung pergi menghantui Tuan Rocky. Kalau boleh saya bertanya ... apakah saya bisa membuka membicarakan semua tentang Tuan secara gamblang?"
"Iya, silahkan, Ki. Saya benar-benar ingin bisa berhasil dalam bisnis saya ini." Ucap Rocky tegas.
"Baiklah."
Ki Damar memandangi Rocky dengan seksama.
"Ada seseorang yang merasa tersakiti oleh Anda ... "
"Eh?!" Rocky dan Donny terkejut bersama.
"Siapa itu, Ki?" Lanjut Rocky.
"Seorang perempuan."
"Perempuan? Siapa?"
"Saya tidak bisa menyebutkan siapa sosok perempuan ini. Anda sendiri yang harus mencari jawabannya."
"Apa yang terjadi dengan perempuan ini?" tanya Rocky lagi.
"Anda sudah sangat menyakitinya. Menyakiti hatinya."
"Apa yang harus saya lakukan?"
"Cari dia! Dan minta maaf padanya. Itu adalah solusi dari kesialan Anda selama ini."
"Bagaimana saya mempercayai perkataan Ki Damar?"
"Silahkan saja buktikan! Jika Anda sudah berhasil mendapat maaf dari dia, usaha Anda sedikit demi sedikit akan mulai lancar."
Rocky saling pandang dengan Donny. Ada berjuta pertanyaan memenuhi otaknya.
.
.
"Kira-kira siapa ya, Don? Perempuan itu?"
"Bos harus memikirkannya dengan baik. Bisa saja itu adalah orang terdekat Bos."
"Hmmm. Benar juga ya. Mama?" Rocky berteriak penuh semangat.
"Mungkin saja aku banyak berdosa pada Mama. Benar, 'kan?"
"Bisa juga Bos. Tidak ada salahnya kalau kita coba. Tapi ... Bos harus meminta maaf dengan tulus pada Nyonya. Seperti kata Ki Damar tadi. Ucapan maaf bukan hanya terucap di bibir, tapi dari hati."
"Iya-iya! Kau ternyata sangat cerewet!"
"Ini sudah malam, sebaiknya besok saja Bos menemui Nyonya."
Rocky mengangguk mantap.
.
.
.
.
Keesokan harinya,
TING TONG
Bel apartemennya berbunyi tepat setelah Rocky keluar dari kamar mandi. Ia segera memakai kaos dalam hitam dan celana boxer andalannya.
"Siapa yang datang pagi-pagi? Jangan-jangan si Donny!"
Rocky berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Mama!!!" Rocky berseru gembira melihat Mamanya berdiri di depan pintu.
"Pucuk dicinta ulampun tiba." Ucap Rocky dengan memeluk erat Mamanya.
...🍁🍁🍁...
-------tobe continued-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
YuRà ~Tamà💕
Kok gak tahu siapa yg dia sakitin...🙄🙄
2022-03-20
0
Saniyah
Ke kijokobodo aja rock 😂
2021-06-17
1
Rey
Ceritanya menarik
2021-05-29
1