Pukul delapan pagi kami berangkat menuju gedung AJ Foods. Sepanjang perjalanan Amel terus sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia senyum-senyum sendiri saat melihat akun sosmednya.
"Rangga sangatlah sempurna. Dia pria idaman para wanita. Senang sekali rasanya dia akan jadi atasan kita di kantor. Aku akan lebih bersemangat dalam bekerja!"
"Jangan mengagungkan dia seperti itu, Mel. Kau kan tidak tahu seperti apa Rangga yang sebenarnya."
Entah mengapa aku kelepasan bicara.
"Hah? Apa maksudmu berkata begitu? Apa kau mengenalnya?"
Amel mulai menaikkan nada bicaranya. Mungkin aku sudah melewati batas.
"Maaf. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya mengingatkanmu. Jika kau mengagumi seseorang, kagumilah secara wajar saja. Jangan berlebihan!"
Amel menggerutu. Ini pertama kalinya aku mengkritik Amel soal Rangga. Aku merasa tak enak hati juga padanya.
"Jangan marah, Mel. Aku kan sudah meminta maaf." Aku berusaha merayu Amel. Selama kami berteman, aku tidak pernah bertengkar dengan Amel. Kenapa hanya karena Rangga, aku dan Amel jadi perang dingin begini?
"Aku tidak marah. Hanya saja... Aku merasa ada yang kau sembunyikan dariku. Apa kau? Sebenarnya sudah mengenal Rangga?"
"Apa? Tidak mungkin, Mel! Jangan bercanda!" Aku memaksakan tawaku. Amel menatapku dengan penuh tanda tanya.
"Jangan menatapku seperti itu! Aku tidak berbohong, Mel. Serius!!"
...💟...
Gedung AJ Foods,
Cecilia, Amel dan Hana menuju ke ballroom AJ Foods yang terletak di lantai paling atas gedung yaitu lantai sepuluh. Disana sudah banyak orang yang datang, bahkan orang yang dari cabang luar kota juga hadir. Sejauh ini AJ Foods sudah membuka cabang di kota Yogyakarta dan Bali. Dan beberapa tahun belakangan melakukan ekspansi dengan membuka cabang di New York.
AJ Foods sebagai perusahaan makanan yang cukup besar, setiap tahun mengadakan acara penghargaan untuk para karyawannya yang berprestasi, yang memenuhi target-target yang ditentukan perusahaan. Dan tahun ini Cecilia di prediksi akan mendapat penghargaan kembali untuk ketiga kalinya.
Gemuruh suara musik sudah mulai terdengar dan itu sebagai tanda kalau acara akbar hari ini akan segera di mulai.
Beberapa lampu sorot tertuju ke panggung utama.
Tempat duduk yang ditata dengan begitu rapi, sudah siap menjadi saksi perhelatan akbar tahun ini di AJ Foods.
Cecilia mencari tempat duduk atas namanya, yang sudah diatur oleh panitia sambil sesekali melihat sekeliling. Dia duduk bersebelahan dengan Amel dan Hana.
Cecilia mulai gelisah. Karena dia tak juga melihat keberadaan Alvian. Acara sudah di mulai dari satu jam yang lalu. Cecilia makin tak tenang.
Dia takut kalau orang-orang akan berpikir ada sesuatu diantara dia dan Alvian. Karena tak biasanya Alvian tak datang di acara penting kantor Cecilia.
Cecil akhirnya memutuskan untuk menjauh dari keramaian dan menghubungi ponsel Alvian.
Tuuutt tuuut . Nada telpon tersambung. Alvian mengangkat telepon.
"Halo, Mas. Kau ada dimana? Kenapa belum sampai? Acaranya sudah dimulai sejak tadi." Cecilia menggerutu.
"Maaf Cil, ini masih dijalan. Beberapa menit lagi aku sampai disana."
"Baiklah. Aku akan menunggumu." Cecilia memutuskan sambungan telepon.
Saat sedang menuju ballroom kembali, terdengar pembawa acara memanggil nama Cecilia.
Dari tempat duduknya, Amel melambaikan tangan, dan memberi kode pada Cecil kalau dia memenangkan penghargaan sebagai manajer terbaik tahun ini.
Cecilia nampak terkejut, namun sangat senang karena kerja kerasnya selama satu tahun ini terbayar sudah.
Cecilia naik ke atas panggung dan menerima medali emas yang diserahkan langsung oleh Presdir AJ Foods, Adi Jaya Santosa.
Saat hendak melakukan sambutan atas penghargaan yang dia terima tahun ini, tiba-tiba munculah Alvian dari bawah panggung dan langsung naik mendampingi Cecilia.
Cecilia yang awalnya tak bisa tersenyum, sekarang bisa tersenyum lega karena suaminya akhirnya datang di saat yang tepat.
...💟...
Usai acara, Cecilia dan Alvian langsung dihampiri oleh awak media yang ingin mewawancarai mereka berdua, terutama Alvian.
Wartawan menanyakan tentang bagaimana kelanjutan pencalonan Alvian sebagai anggota legislatif.
Cecilia merasa risih karena dikelilingi oleh para pencari berita yang terkadang menanyakan hal-hal diluar konteks. Cecil ingin menjauh dari kerumunan wartawan, dan seraya memberi kode pada Alvian kalau dia tidak ingin berada disana, namun Alvian memeluk pinggang Cecil dengan erat dan memintanya untuk tersenyum lebar didepan awak media.
Maklum saja, selama ini mereka dianggap sebagai role model pasangan suami istri yang di idolakan oleh para netizen, karena rumah tangga mereka yang terlihat harmonis dan kompak, meski mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.
Usai wawancara Cecilia membawa Alvian menjauh dari keramaian, dan menuju ke tempat parkir.
Masih terlihat raut wajah kesal yang Cecilia tampakkan didepan Alvian.
"Lain kali jangan terlambat seperti ini, Mas. Aku tidak mau kalau orang-orang berpikir kau tidak mendukung karirku." Cecilia mulai meluapkan kekesalannya.
"Aku minta maaf. Lalu lintas di hari libur sangatlah padat. Aku harap kau mengerti."
Cecil menyilangkan tangannya.
"Jangan menekuk wajah cantikmu seperti itu. Kau terlihat jelek jika marah." ledek Alvian.
"Apa katamu?"
"Tersenyumlah! Aku suka dengan senyuman manis di wajah istriku." Alvian terus merayu Cecilia.
Cecilia akhirnya menyunggingkan senyumnya.
"Kau akan lebih cantik jika selalu tersenyum. Oh ya, apa acaranya sudah selesai?" Alvian membelai lembut wajah Cecil.
"Sepertinya sudah selesai. Tapi, Pak Presdir memintaku untuk datang ke ruangannya dulu bersama manajer yang lain. Beliau bilang ingin mengenalkan putranya yang baru kembali dari Amerika."
"Oh, begitu."
Saat sedang melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba ponsel Alvian berdering, dan itu dari Shasha, manajernya.
"Angkat saja, Mas. Dari Shasha kan?"
"Iya. Tunggu sebentar, Cil." Alvian memberi jarak dari tempat Cecil berdiri.
"Halo Sha, ada apa? Oh, iya. Acaranya sudah selesai. Iya, baiklah. Sampai bertemu disana!"
Alvian kembali menghampiri Cecilia.
"Ada apa? Shasha menyuruhmu datang?"
"Iya, hari ini mendadak ada syuting. Kau tidak marah kan?"
"Tidak. Pergilah! Jangan sampai Shasha menunggu."
"Baiklah. Kabari aku jika kau sudah di rumah."
Cecilia mengangguk.
"Aku pergi ya, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati dijalan, Mas!"
Cecilia hanya memandangi tubuh Alvian yang kian menjauh. Alvian menuju ke mobilnya yang terparkir lalu masuk ke dalam mobil. Dan tak lama mobil itupun melaju keluar dari area parkir.
Kau semakin jauh Mas, makin tak bisa kuraih. Kini semuanya telah berbeda. Kau sudah jauh Mas, sangat jauh.
Matanya mulai berkaca-kaca. Ada rasa terpendam yang ingin Cecil keluarkan. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia harus bisa mengakui sesuatu. Sesuatu yg berat namun itulah kenyataannya.
"Aku... Akan melepasmu Mas... Aku sudah siap melepasmu, mulai hari ini..."
Dan air mata itupun sudah mengalir di pipinya tanpa Cecil sadari.
...💟...
-Bandara-
Seorang pria tampan turun dari pesawat yang baru saja datang dari penerbangan luar negeri. Pria itu merapikan baju dan tak lupa memakai kaca mata hitam yang akan menambah kesan maskulin dalam dirinya.
Ia berjalan mencari keberadaan orang yang akan menjemputnya di bandara.
"Kak Rangga!!" teriak seseorang dari kejauhan.
Pria bernama Rangga tadi, melambaikan tangan ke arah suara yang memanggilnya dan berjalan menghampiri si pemilik suara.
"Danny!!! Kau terlihat makin dewasa saja." Pria bernama Rangga itu memeluk Danny.
"Apa kabar Kak? Akhirnya Kak Rangga kembali ke Indonesia." Danny membalas pelukan Rangga.
"Sudah lama aku tak melihat kota ini. Ayo! Aku sudah tak sabar ingin berkeliling!"
...💟💟💟...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
👑Meylani Putri Putti
kenapa cecel nangis mak melepas alvin
2021-07-10
1