BAB III GADIS BERDASI MERAH

(SMA xx Palembang, Istirahat Kedua)

(Sudut Pandang Akbar)

Setelah kejadian Shata menembak Ainur dikelas aku merasa Nur mulai menjauh, rasa agak aneh jika ia marah padaku sementara tidak pada teman-teman lain yang melakukan hal sama. Jika masalah aku dan Cindi di perpustakaan berbeda cerita, aku akan menjelaskannya saat jam pelajaran sudah selesai. Begitu niatku tapi tak kusangka saat aku ingin menjelaskan Ainur dan Agustina terus menghindariku, tepat saat itu aku berpikir “Mereka memusuhiku”

Saat jam istirahat kedua aku memiliki janji untuk bertemu Cindi kembali di perpustakaan, membahas masalahku lebih mendalam. Aku tahu jika masalah Aku dan Cindi tidak segera di selesaikan maka keadaan lebih buruk lagi, tapi melihat rumor yang beredar kurasa Ainur dan Agustina belum menceritakan kejadian itu

“Selamat, sekarang tinggal ke perpustakaan saja” kataku berlari menuju perpustakaan

Di perjalanan menuju perpustakaan sebuah peristiwa menjadi pemicu riuh satu sekolah, kakak kelas 11 yang sedang menuju toilet tiba-tiba pingsan di dalam. Tapi ada satu hal membuatku tertegun,

“Ya katanya dia lihat hantu cewek”

“Eh yang bener”

“Iya”

Aku yang ingin melihat kejadian lebih jelas memasuki toilet, disana sudah ada anggota PMR lainnya Khairina, Venita, Kak Azizah dan kak Diajeng ditambah Fahri dan kak Fani sebagai pengangkut tandu.

“Nah pas sekali ada Akbar, bar bantu angkat tandu”

“Eh, iya kak siap” aku tanpa dipandu memegang satu sisi tandu

“Oi yang lainnya, kalau tidak ada urusan jangan halangi jalan” kata kak Fani membentak

“Kak kita kurang satu cowok lagi” Fahri memberitahu keadaan kepada kak Fani

“Cowok satu bisa pegang tandu di situ tidak?” pinta kak Fani kepada cowok yang berada disana

Namun tidak ada satu cowok pun yang mengangkat tangan ataupun maju membantu sehingga membuat kak Fani marah

“Woi sudah belum lama sekali!” bentak kak Fani kepada anggota wanita penolong

“Iya sabar Fan ini lagi dipasang self belt tahu” kak Diajeng juga mulai naik pitam

Bagi sebagian kasus korban kami membaginya sesuai jenis kelamin, jika korbannya perempuan akan di tolong oleh anggota perempuan jika korbannya laki-laki akan ditolong oleh anggota laki-laki. Meski ada beberapa kasus walaupun laki-laki menjadi penolong perempuan.

Masalah yang membuat kak Fani bukanlah biasa, bagaimana tidak tempat kejadian berada di lantai 2, turunnya jadi masalah ditambah tidak ada laki-laki yang mau ikut membawa tandu di sisi lain.

“Sudah Fan” kata kak Azizah

“Kok aku jadi deg-degan ya” Fahri mengeluarkan kata yang tak seharusnya

“Kalau ragu tidak usah ikut biar aku sama Akbar saja” kak Fani tidak bisa mengendalikan emosinya

“Tidak kak bukan begitu” jelas Fahri

“Angkat tandu rata-rata air” komandoku “Kak Azizah sama kak Diajeng pegang bagian tengah tandu juga, kak Fani di belakang sendirian. Bisa kan?” kataku menyelesaikan masalah

“Yang lain kalau tidak bantu cepat pergi” kataku

Tak ada respon! langsung saja aku memberika aba-aba untuk segera ke UKS”…Satu…dua…tiga”.

Benar dugaanku menuruni tangga sangat sulit, memang aku dan anggota lainnya pernah melewati rintangan tangga tapi korbannya Adrian yang berat dan tingginya tidak terlalu menyusahkan bisa di bilang “Kecil”. Kali ini berbeda dengan korban yang kami bawa,

“Berat juga perempuan ini banyak dosa kali” kata Kak Fani sambil menuruni tangga

“Sabar kak sebentar lagi sampai” kata Fahri sudah menginjakan kaki di lantai dasar

(UKS SMA Negeri xx Palembang)

Beberapa menit kemudian kak Andri korban atau pasien yang terjatuh di toilet berhasil di bawa ke UKS, ia dibaringkan ke tempat tidur berusaha untuk disadarkan. Keringat dan kelelahan mendatangi kami yang membawa pasien itu ke UKS,

“Gila si Andri makan apa dia sampai seberat ini?” kak Azizah membuka pembicaraan sambil berkipas

Beberapa anggota berkumpul di UKS, petugas piket Venita dan Aurel serta rombongan yang membawa pasien kemari, cukup ramai di tempat agak sempit ini. Ditambah diluar UKS sudah terlihat rombongan siswa menutupi pintu untuk melihat keadaan kak Andria atau lebih tepatnya hanya “kepo”

“Bu Septi sudah datang?” tanya kak Aisyah datang dari kerumunan orang diluar

“Sudah itu lagi di dalam” balas kak Azizah

Aku teringat janjiku untuk bertemu Cindi di perpustakaan, membuat aku tidak enak karena disini masih banyak urusan. Tapi melihat banyak orang disini kurasa tidak apa-apa pergi sekarang diam-diam.

Aku mendekati kak Azizah untuk meminta izin, “Kak Akbar duluan ya, masih ada urusan”

“Iya dek tidak apa, makasih ya sudah bantu tadi”

“Nggak apa kok kak kan sudah tugas” kataku “Ya sudah Akbar kembali ke kelas ya”

Aku pergi mengambil sepatu dari rak sepatu melewati rombongan manusia yang menutupi pintu, bukan kelas tujuanku tapi perpus. Namun saat aku beranjak dari UKS menuju Perpustakaan teringat aku pada sebuah kejadian,

“Katanya dia melihat hantu cewek di kamar mandi. Mungkin…hantu wanita yang aku lihat waktu itu…kepala buntung dengan dasi merah” pikir batinku

“Kutanya sama Cindi saja lah”

***

(Perpustakaan SMA Negeri xx Palembang)

(Sudut Pandang Ainur)

“Woii...haahh…awas hei aku juga mau lihat!” suara gaduh menarik perhatianku

Tempatnya tidak lain adalah Unit Kesehatan Sekolah, banyak murid berkumpul disana seperti menunggu sesuatu atau lebih tepatnya ada sesuatu. Aku ingin kesana dan melihat ada apa tapi sekarang ada tugas yang harus kupenuhi. Sudah beberapa minggu aku menjadi anggota MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) ini adalah rapat perdana seluruh anggota.

Meski ada perasaan menganggu karena masalah di kelas saat istirahat pertama aku rasa diriku baik-baik saja jika tidak ada cowok brengsek itu di depanku. Tetapi jika di ingat-ingat saat memasuki pintu perpustakaan aku teringat kejadian memalukan itu lagi.

“Kuharap dia kapok” kataku cukup keras

Entah kebetulan atau tidak seseorang yang kubicarakan datang lewat di hadapanku, Ferdi kenapa dia datang ke Perpustakaan lagi.

“Hah?” aku terkejut melihat dia berhenti di depanku

“Mau apa lagi kau datang kemari? Masih mau melakukan perbuatan tidak senonoh?”

“Jaga ucapanmu Nur, kau itu salah paham tahu aku tidak melakukan apa-apa dengan cewek itu. Aku sudah menjelaskan kesalahpahaman ke Agustina, untungnya dia mengerti dan berpikiran positif”

“Lalu kau pikir aku percaya padamu?” aku tidak mendengar penjelasannya aku ini sangat egois, itu perasaanku saat ini

Langsung saja kutinggalkan Ferdi masih berdiri di depan pintu perpustakaan sambil meninggalkan pesan pada diri sendiri “Kurasa kesalahpahamanku dengan Ferdi tidak akan selesai”.

Aku duduk di lantai bersama teman angkatanku sementara telah hadir guru pembibing Organisasi MPK duduk saling berhadapan dengan kami. Kak Armen selaku ketua umum memberikan secarik kertas kepada Pak Taslim sebagai Wakil Kesiswaan sedangkan Pak Yitno masih membaca Koran dengan serius.

Aku penasaran apa yang dilakukan Ferdi setelah kutinggal, meliriknya kearah sudut Perpustakaan tempat dimana kejadian tidak senonoh yang ia lakukan pagi tadi.

“Ngapain dia kesini lagi?” hatiku berbisik

“Hemm ternyata ada rapat ya?, Cin kita cari tempat lain saja yuk nggak enak kalau disini” bisik-bisik Ferdi bersama anak bernama Cindi itu

“Nggak usah disini saja, sebentar lagi juga mau masuk ke kelas. Aku kesini cuma mau kasih kamu ini” aku melihat cewek itu berbisik sambil memberikan sebuah benda yang tidak ku ketahui

“Dasar! nggak akan aku maafkan kamu!” kataku membuat teman sebelahku menoleh

***

(Sudut Pandang Akbar)

Setelah bujukanku ditolak Cindi memberikan sebuah cermin kecil seperti kaca bedak untuk wanita berias, aku sempat bingung untuk apa ia memberikan benda ini. Aku ingin bertanya tapi ia sudah tahu jika aku akan melakukannya, walau hanya kontak mata ia mengerti dan menjelaskan alasannya.

“Kamu pasti mau tahu kenapa aku berikan cermin kan?” balasku menganggukan kepala saja

“Ada beberapa alat atau sarana untuk melihat hantu atau makhluk halus, apakah kau tahu itu? Benda itu seperti cermin, kaca dan air, benda itu memantulkan sebuah bayangan dari dunia lain. Dengan kata lain benda itu dapat menjadi alat bantu untuk melihat hantu…cermin itu sudah ku baca’i sedikit mantra jadi akan lebih jelas kamu melihat wujud mereka”

“Memangnya bisa ya? Kukira itu cuma mitos atau cerita-cerita saja” aku meletakan cermin itu ke lantai

“Banyak cerita tidak masuk akal atau hanya sekedar mitos yang membuat orang tidak percaya. Tapi bagi mereka yang sudah mengalaminya alasan seperti itu sudah tidak berguna” perkataan Cindi semakin tidak kumengerti

“Jadi intinya dengan cermin ini aku bisa melihat hantu dengan jelas?” tanyaku

“Tergantung, jika makhluk itu ingin menampakkan diri maka cermin akan memantulkannya tetapi jika kekuatan mahkluk itu lemah maka cermin tidak dapat memantulkan wujudnya. Ada beberapa syarat agar semuanya bisa bekerja, kau bisa coba di rumah atau pun sekarang…”

“Hah sekarang?” aku mengambil cermin kecil itu dan melihat kearah cermin “Tidak ada, bagaimana menemukan mereka?”

“Coba kau cari sambil melihat cermin”

Aku memindahkan cermin ke kanan dan kiri tapi tidak ada hasil apapun, “Aku tidak melihat apapun”

“Karena kekuatan mereka lemah, mereka tidak ingin menampakkan diri. Jika kau tahu disini terdapat dua atau tiga, duanya adalah penjagaku sementara satunya penjaga perpustakaan ini. Aku sering berkomunikasi dengannya apakah kau ingin melihatnya?”

“Ah, tidak terima kasih. Mungkin nanti saja ku pikir-pikir aku belum siap mental. Malah pingsan pula kalau lihat mereka”

“Begitu ya, baiklah tapi cepat atau lambat kau harus mempersiapkan mental”

“Ah iya siap” kumasukkan cermin itu ke saku celana sebelah kanan, beruntung muat jadi bisa di bawa kemana-mana

“Apakah ada lagi yang ingin kau tanyakan?”

“Kurasa tidak ada lagi yang penting aku sudah mulai mengerti keadaanku”

“Bagus, kalau begitu giliranku untuk minta tolong kepadamu”

“Eh minta tolong? Minta tolong apa Cin?”

“Kau ingat hantu perempuan yang kita temui di koridor sekolah? seperti siswi sekolah kita dengan dasi merah dilehernya”

Seketika aku teringat kejadian kakak kelas yang pingsan di toilet sebelum aku datang kemari, hebat…padahal aku ingin menceritakannya duluan tapi sepertinya Cindi sudah tahu. Namun aku merasa ada maksud aneh dalam pembicaraan Cindi seperti Udang di balik batu.

“Benar juga, sebelum aku kesini aku menolong kakak kelas yang pingsan di toilet perempuan. Katanya dia melihat hantu perempuan yang kita lihat kemarin. Sekarang kakak itu sedang dirawat di UKS”

“Begitu ya, pantas aku dengar ada keributan di luar jadi itu karena ulah hantu kakak itu” sambil menatapku Cindi memberitahu permintaannya dengan serius

“Sekarang aku ingin kau memenuhi permintaanku Ferdi, sabtu malam bisa kah kau datang ke sekolah” sebuah permintaan yang sulit ku pahami tujuannya

“Heh kenapa?” tanyaku serius

“Sebenarnya aku ingin mengungkap hantu perempuan itu, tapi karena pihak sekolah melarang murid datang ke sekolah malam-malam itu menyulitkanku. Kalau tidak salah kau pernah menginap di sekolahkan”

Aku mengartikan setiap perkataannya, hingga teringat saat aku menginap di sekolah untuk mempersiapkan diri sebelum lomba. Yang aneh kenapa Cindi bisa mengetahui hal itu padahala kami belum lama berkomunikasi.

“Iya sih waktu aku mempersiapkan diri sebelum lomba di SMK xx. Memangnya kenapa?”

“Aku tahu permintaanku ini sulit tapi bisakah kau menolongku mengungkap misteri hantu senior perempuan di sekolah kita ini?” bisiknya agar tidak ada orang mendengar

“Hah, maksudmu kita berdua mau bertemu dengan hantu senior itu di sekolah malam hari?” seketika sekujur tubuhku lemas pikiranku kacau untuk menjawab iya atau tidak

“Aku tahu kau pasti tidak mau karena ini terlalu berbahaya apalagi kita belum mengenal satu sama lain, meski begitu aku yakin jika kau adalah orang baik karena itu aku ingin kau membantuku”

“Yaaa…. gimana ya kalau boleh jujur aku sangat takut sih kau tahu kan kalau aku bukan orang pemberani selain itu kenapa kau melakukan hal seperti ini maksudku menolong hantu?”

“Dia meminta tolong…” kepalaku langsung tertarik melihat Cindi saat ia mengatakan hal aneh itu

“Hantu kakak itu meminta tolong…kau harusnya tahu jika hantu bergentayangan itu artinya ia memiliki urusan belum selesai di dunia. Karena itu aku ingin menolong tapi jika aku sendirian tidak akan bisa”

“Itu ide gila, maaf kurasa aku tidak bisa melakukan permintaanmu karena terlalu berat, disamping itu aku sendiri menentang idemu dan tidak akan aku biarkan kau melakukannya”

“Disekolah ini sangat banyak jiwa yang bergentanyangan, aku yang melihat mereka, mendengar jeritan mereka tidak sanggup lagi ditambah dengan membantu mereka mungkin aku juga mengetahui semua kebusukan sekolah ini”

“Kebusukan, maksudmu kebusukan apa?” tanyaku tetapi Cindi pergi tanpa sepatah kata pun

Perkataanku barusan terdengar oleh semua orang di dalam perpustakaan, aku dilihati bahkan oleh guru yang sedang melakukan rapat MPK. Cindi sendiri sudah melewati pintu kaca dan pergi berjalan meninggalkan perpustakaan, tak ingin masalah berlanjut aku pun kembali ke kelas dengan perasaan malu bercampur penasaran.

Hari demi hari terlewati aku ingin sekali mendegar penjelasan Cindi mengenai pembicaraan di perpustakaan waktu itu, namun setelah kejadian itu Cindi tidak masuk sekolah selama 2 hari.

"Apakah ini salahku lagi?” sebuah pernyataan yang menyadarkan diriku sendiri. Hari ini adalah hari Jum’at, sekolah akan pulang lebih cepat itupun kalau tidak ada latihan jadi aku bisa beristirahat di rumah.

Oh ya mungkin aku sendiri lupa akan satu hal penting, selama dua hari berlalu aku menggunakan cermin pemberian Cindi dan hasilnya sangat mengejutkan aku bisa melihat setan-setan yang menampakan diri. Tapi keberanianku masih kecil olehkarena itu aku setelah melihat dari bayangan cermin entah aku lari, membalik cermin atau melempar cermin itu menjauh.

***

(FLASH BACK)

Selasa sore terasa dingin dan sejuk, terdengar rintik hujan menggetarkan atap rumah terdengar seperti dengungan alat musik. Hari ini aku cukup lelah apalagi setelah kejadian di perpustakaan, membuat malu diriku.

“Hahhh, masalah dengan Ainur belum selesai sekarang dengan Cindi pula” kataku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri “Sudah lebih baik besok aku minta maaf saja lah”

Saat ini dirumah hanya ada adik perempuanku saja, ibu dan adik laki-lakiku sedang berada di rumah nenek karena ada urusan keluarga. Hari Minggu acara tapi persiapan dimulai hari ini, aku sendiri pun tidak mengetahui acara apa itu tapi ya nanti juga tahu.

Ku masukan kepalaku ke dalam bak mandi karena itu adalah kebiasaanku untuk mendinginkan kepala setelah sekolah, mungkin ini adalah kebiasaan aneh tapi untukku dengan itu pikiranku lebih jernih.

Pukul 17.00 WIB sebelum senja tiba aku berpikir untuk mandi lebih awal, biasa aku mandi saat azan magrib berkumandang karena bisa langsung shalat tanpa kotor-kotoran lagi. Kubuka baju sekolah dan kugantungkan ke hanger, tapi tanganku terhenti saat ingin membuka celana.

Ku keluarkan sebuah cermin pemberian Cindi sambil melihat bayanganku di kamar mandi, kupikir tidak akan ada yang terjadi, hingga sebuah bayangan muncul di belakangku.

Sedikit demi sedikit bayangan itu menggumpal seperti asap “Eh apaan tuh?” kataku sambil memasati lebih jelas

Bayangan itu menghilang saat aku membalikkan badan untuk melihatnya, perasaan merinding pun datang membuat aku tidak jadi mandi. Aku menunggu kepulangan ayahku dari bekerja agar bisa mandi, selama itu aku menonon TV di ruang tamu hingga keberanianku terkumpul.

Keesokan harinya, peristiwa itu menjadi pembuka akan kehebatan cermin itu hari Kamis malam Jum’at saat pulang dari masjid untuk Tahlilan kugunakan cermin itu di perjalanan. Terlihat kontras Kuntilanak bergantungan di atas pohon beringin di dekat rumahku, wajahnya di tutupi rambut kusut dan panjang. Saat itu aku bersama kedua adikku, aku tidak ingin adikku menjadi korban rasa penasaran jadi kusuruh mereka untuk lebih cepat berjalan. “Dia ngikutin nggaknya” tanya dalam hatiku

“Ayo Ri, Set cepat la kakak sudah kebelet pipis” aku mendorong adik-adikku

Bukan hanya dua kejadian itu saja, aku juga sering melihat bayang-bayang hitam dan putih, tuyul dan pocong tetapi penampakan kuntilanak itu adalah yang terjelas bagiku.

Namun bagiku itu adalah sebuah mainan, karena setiap aku melihat penampakan aku memutar, melempar jauh cermin itu bahkan lari ketakukan. Oleh karena itu aku tidak terlalu sering menggunakan cermin itu sampai aku bisa mendapat saran baru dari Cindi.

***

(Kelas X IPA 2, SMA Negeri xx Palembang)

(Sudut Pandang Akbar)

“Assalamualaikum” salamku di jawab oleh teman sekelas Cindi

“Wah Ferdi datang lagi, cari Cindi lagi ya?” tanya Sukma ketua kelas X IPA 2

“Iya hari ini dia masuk tidak ya?”

“Nggak masuk lagi Cindi, sudah dua hari nggak ada kabar”

“Nggak ada surat gitu, atau telpon dari orang tuanya?”

Pembicaraan kami semakin memanjang entah bagaimana aku dan Sukma sudah berada di luar koridor, kulihat Sukma memiliki tubuh tinggi serta agak berisi, dilihat sekilas pun aku tahu dia adalah orang yang tegas dan cekatan.

“Ngomong-ngomong kenapa kau sering mencari Cindi? Pasti ada urusan pentingkan?”

“Iya sebenarnya aku ingin berterima kasih ke Cindi tapi dia tidak hadir terus aku jadi bingung dengan dia”

“Yah tapi aku cukup menghormati Ferdi loh karena aku sendiri sudah tahu kalau Cindi itu punya kelebihan dari anak lain tapi sayangnya dia sering menyendiri. Karna itu saat awal semester dia dijauhi oleh teman-teman sekelas, aku sendiri sebagai ketua kelas bingung bagaimana sering di panggil wali kelas untuk melapor keadaan Cindi”

“Tampaknya kau sudah banyak berubah ya sejak kita pertama bertemu, atau mungkin memang begini sifatmu, sungguh tidak kusangka kau begitu perhatian”

“Tapi tidak sepertimu Ferdi, walaupun kau dari kelas lain kau mau berteman dengan Cindi, karena namamu lama kelamaan Cindi menjadi banyak teman, meski dia tidak masuk teman-teman lain khawatir dengan keadaannya”

“Yah aku tidak melakukan apa-apa kok, seharusnya itu adalah usahanya sendiri”

“Oh iya Fer, aku juga ingin tahu waktu itu Cindi pernah bilang ramalan ke kami kalau ada hantu yang bergentayangan di sekolah tapi saat itu kami tidak percaya. Lalu kemarin ada kasus senior kita pingsan di WC katanya dia lihat hantu perempuan, apakah kau tahu tentang itu?”

“Kalau itu aku kurang tahu sih” aku berbohong agar tidak menimbulkan masalah ke depannya

“Begitu ya, ya sudah kalau begitu aku masuk dulu jam istirahat hampir selesai”

“Oh aku ingin tanya soal ramalan Cindi. Apa isi dari ramalannya?”

“Sebenarnya sih bukan ramalan tapi seperti pesan, katanya disekolah ini ada beberapa hantu bergentanyangan karena ada masalah yang belum terselesaikan. Mereka katanya meminta tolong, kami sebenarnya tidak percaya dengan ceritanya tapi setelah kejadian kemarin kami mulai cemas. Bahkan ada cerita lama tentang sekolah kita”

“Cerita? Cerita apa?”

“Kau belum tahu ya?” aku menggelengkan kepala tanda tidak tahu “ Dulu disekolah kita ada siswi yang bunuh diri dari lantai 3 ada yang bilang kalau dia lompat dari atap tapi sebelum lompat dia mengikat dasi merah ke leher. Ada juga versi lain katanya siswi itu gantung bunuh diri dengan memakai dasi merah menurut cerita siswi itu gantung diri di ruang kosong lantai dua itu di kelas kau”

Aku terkejut mendengar cerita Sukma, mungkin karena itu aku menjadi lebih sering melihat dan mendengar makhluk-makhluk halus. Aku mendapatkan informasi besar, kurasa lebih baik aku selidiki terlebih dahulu meski ketakutan menyelimuti tapi rasa penasaranku mengalahkan.

***

(Kelas X IPS 2, SMA xx Palembang)

(Sudut Pandang Ainur)

Mataku melihat seorang anak laki-laki berlarian di koridor lantai dua, “Ferdi?” kenapa dia berlarian. Hari selasa kemarin mungkin aku salah paham dengannya, karena setelah melihat langsung saat ditengah rapat aku sedikit memperhatikannya. Ia seperti membicarakan sesuatu yang serius dengan siswi bernama Cindi, tapi saat terakhir mereka sepertinya bertengkar. Apakah itu sifat asli Ferdi, membuat emosi wanita naik atau memang musuh wanita?

“Hahh, lebih baik masuk saja ah” kataku sambil membawa beberapa buku

Bulan ini jadwalku sangat padat, aku di daftarkan lomba puisi dan membantu sangar seni mengikuti lomba menari. Setelah itu bulan desember langsung di pertemukan dengan Ujian Tengah Semester, walau begitu aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan karena aku harus menjadi nomor satu.

“Eh, apa ini?” aku melihat sebatang coklat di atas mejaku

“Itu tadi Shata yang kasih, kayaknya dia masih suka Ain deh” kata Agustina

“Hah yang bener” amarahku mulai naik, entah kenapa sekarang jika aku mendengar nama Shata aku naik pitam “Mana orangnya?” tanyaku kepada Agustina

“Sudah pergi dari tadi sih”

“Dasar cowok, aku nggak akan ketipu lagi. Aku sudah tidak percaya cowok lagi” batinku

Kejadian Shata ini membuat perasaan ku tidak enak, entah apa yang terjadi padaku kurasa aku mulai kembali pada diriku dahulu. Apakah aku akan bunuh diri lagi? Sebelum terjadi aku ingin melakukan sesuatu.

“Hei kalian sudah tahu belum cerita tentang siswi yang bunuh diri di sekolah kita?” aku mendengar cewek-cewek bergosip, setelah melihat coklat pemberian Shata aku mengambilnya aku sudah tahu apa yang harus kulakukan untuk kedepannya

“Iya aku juga dengar, katanya juga bunuh dirinya di ruang kosong kelas kita itu” sambil menunjuk ruangan kosong di belakang

Yah memang aneh karena di sekolah cuma di kelas kami yang ada ruang kosong begitu, ruangan tidak terlalu luas mungkin 2 kali 3 meter, disana kami menggunakannya untuk meletakkan alat-alat piket tapi anak-anak cowok juga menggunakannya sebagai tempat untuk makan saat istirahat.

Aku juga berpikir jika ruangan itu agak aneh makanya selama setengah tahun ini aku jarang ke ruangan kosong, seperti ada seseorang di dalam sana memanggilku untuk menolong.

Meski aku memiliki kemampuan indera ke-enam tapi mata batinku sudah di tutup oleh Ustadz saat aku melakukan Ruqyah jadi aku tidak bisa melihat mereka. Meski begitu aku bisa merasakan kehadiran mereka…bahkan aku tahu mereka ada di dekatku.

“Cerita apa memang” tanyaku kepada mereka

“Oh Ainur, sini duduk sini” Alma memberikan sedikit tempat di kursinya agar aku bisa duduk

“Ainur belum tahu ya, kalau dulu di sekolah kita pernah ada yang bunuh diri bahkan terjadi 2 kali tapi korbannya tidak pernah di ketahui”

Aku terkejut mendengar cerita Alma dan geng-nya tapi rasa penasaranku juga besar “Lalu?” tanyaku

“Katanya sih siswi yang bunuh diri itu stress dengan pelajaran jadi dia gantung diri, kasusnya di tutupi pihak sekolah bahkan ada yang bilang kalau siswi itu lompat dari atap sekolah. Kepalanya pecah, dan jatuh tepat di belakang halaman gedung kelas kita ini”

“Ihh kok serem sih”

“Sekarang hantunya masih sering gentayangan di sekolah ini, tapi cerita yang selalu kita tahu siapa yang pakai dasi merah hari senin sampai larut malam maka dia di datangi oleh hantu siswi itu. Hantunya sering mencari siswa yang suka memakai dasi merah makanya dia sering di sebut Siswi dasi merah”

Bulu kudukku langsung berdiri, di ikuti angin sepoi-sepoi meniup bagian belakang tubuhku seperti suatu kejadian ganjil. Aku hanya berpikir positif saat itu tapi hal itu berkebalikan dengan perasaanku seakan aku tahu dia yang di ceritakan beara di belakangku, berdiri menatap kami sambil mendengar ceritanya.

“Hei cepat duduk pak Adnan lagi di jalan” Ferdi masuk dengan tergesa-gesa meletakan buku di meja guru

Cerita kami terputus karena kedatangan Ferdi, tapi aku bernafas lega karena sebuah perasaan berat telah hilang dari pundak. Tapi aku langsung membuang jauh-jauh pikiran itu karena saatnya menjalankan rencanaku.

“Hei Ferdi!…” aku mendekati Ferdi yang ku lihat wajahnya seperti ketakutan karena kedatanganku

"Ini!” aku memberikan coklat pemberian Shata kepada Ferdi “Tolong kasih ini ke Shata teman SMP-mu, omongi juga aku tidak butuh coklat dan juga jangan dekati aku lagi!” kataku sambil membentak Ferdi

“Eh…” Ferdi tampak bingung tetapi ia tetap mengambil coklatnya

Satu masalah selesai tapi masih ada masalah yang belum ku selesaikan dan masalah itu adalah kesalahpahaman ku dengan Ferdi, sudah lama sejak kejadian itu dan jarak antara kami semakin menjauh ditambah kejadian hari ini mungkin dia… akan membenciku.

***

(Sudut Pandang Akbar)

Aku berlari ke lantai dasar di dekat gudang, melewati tangga selatan karena langsung ke tempat kejadian aku bertemu dengan hantu perempuan berdasi merah.

“Kringgg…kringgg…kring” bel masuk berbunyi

Beruntung aku sudah sampai di lantai dasar , aku harus segera menyelesaikan rasa penasaranku sebelum pelajaran selanjutnya dimulai. Ku keluarkan cermin pemberian Cindi dari saku kananku, langsung saja kucari hantu berdasi merah itu. Ku putar-putar cermin itu, bahkan kepalaku ikut berputar ke kanan dan kiri sambil mataku menatap tajam pantulan cermin.

“Tidak ada, apa mungkin dia sedang tidak ada disini” aku bergumam kecil

Beberapa menit telah ku lalui kesana kemari seperti orang aneh, beruntung bel sudah berbunyi dan tidak ada orang lewat sedari tadi jika tidak aku pasti di cap orang gila.

Tepat di sebelahku ada kelas XI IPA tapi mereka seperti tidak keluar kelas karena sudah ada tugas, untungnya mereka tidak melihatku.

“Mungkin ada di WC” kataku teringat

Baru saja aku berbalik badan untuk pergi ke WC tempat kasus kakak kelas pingsan kemarin,

"Ferdi!” kata seseorang yang membuat kakiku berhenti tergerak

“Sedang apa disini bukannya masuk ke kelas sebentar lagi pelajaran Pak kan?” Pak Adnan guru sejarah baru yang katanya tidak suka murid melanggar aturan sekolah memanggilku

“Ah iya pak Akbar ke kelas sekarang” kataku langsung pergi ke kelas

“Tunggu dulu bapak titip buku letakan di meja depan nanti, bapak ke ruang guru sebentar ada yang ketinggalan” Pak Adnan menyerahkan beberapa buku kepadaku

“Baik pak” aku mengambilnya dan langsung pergi ke kelas karena tidak ingin berlama-lama

“Tap…tap…tap…” bunyi langkah kaki ku menaiki tangga

Langkahku semakin cepat tidak ingin menerima masalah dari Pak Adnan, karena aku mendengar di kelas lain ada siswa yang makan di kelas saat jam pelajarannya meski itu saat jam istirahat baru berakhir. Dia mengeluarkan siswa itu dari kelas dan satu kelas jadi kena imbasnya.

“Hosh…hosh…hosh” nafasku mulai habis, dari lantai satu ke lantai tiga benar-benar melelahkan ditambah aku masih harus berjalan ke kelas karena aku melewati tangga selatan

Langkahku mulai melambat sampai di tengah jalan aku melihat Pak Adnan mulai menaiki tangga dengan Pak Riko guru Sosiologi. “Anji*… cepet amat sih” aku segera berlari lagi

Sampai di kelas aku meletakkan buku Pak Adnan di meja depan dan memberitahu teman-teman,

"Hei cepat duduk pak Adnan lagi di jalan” kataku langsung duduk di kursi-ku

“Haaahhh capek juga, tapi aku masih belum menemukan hantu perempuan berdasi merah itu” pikiranku melayang sendiri sampai sesuatu mengejutkan datang “Braakk!” Ainur datang sambil memukul meja.

“Hah!” aku benar-benar terkejut kenapa dia, apakah kemarahannya padaku semakin membesar

“Hei Ferdi!… Ini!” Ainur memberikan sebuah coklat kepadaku, saat itu aku bingung “Eh, apakah dia mau minta maaf dengan memberikan coklat kepadaku atau malah dia mau menembakku” pikirku

“Tolong kasih ini ke Shata teman SMP-mu, omongi juga aku tidak butuh coklat dan juga jangan dekati aku lagi” kata Ainur sambil membentak

“Heh?” bingung ingin menjawab apa tapi aku mengerti maksudnya, agar tidak terjadi masalah kuambil saja coklatnya

“Makasih” Ainur meninggalkanku dengan wajah marah tak terhingga

“Dasar apa pula sih Fadil ini, malah melibatkan aku dalam masalah percintaannya” batinku

Selang beberapa menit Pak Adnan masuk ke kelas dan tidak kusangka guru baru itu mendengar dan melihat kejadianku dengan Ainur. Teman-teman sekelas tertarik dan menambah bumbu untuk memperbesar percakapan antara Ainur dan Shata.

“Jadi Ainur suka sama Shata ya?” tanya Pak Adnan

“Nggak lah pak, mana mungkin” Ainur membantah perkataan Pak Adnan

“Tapi kenapa Shata datang ke kelas kita terus sih aku sendiri sudah capek kalau suka ya bilang suka, ini malah tarik ulur. Kasihan Ainurnya kan”

“Hehhh kami tidak setuju nanti Bareta marah lagi kalau Ainur di rebut cowok lain”

“Oh iya kan Batol juga suka” kata Haliya dengan nada suara mengejek

“Wah kayaknya Ainur madona kelas IPS 2 ya” Pak Adnan memberikan sebuah julukan aneh kepada Ainur

“Tapi benar juga loh Nur, di ruang guru juga terdengar hubungan Ainur dan Shata, tapi nggak tahu wali kelas kalian setuju atau tidak ya” ucapan Pak Adnan mulai pedas

Benar juga belakangan ini aku juga terdengar hubungan antara Ainur dan Shata ,bahkan sampai ke kelas 12. Kurasa aku mulai berpikir jika Ainur sudah berhasil lepas dari bayang-bayang masa lalunya, "Yah syukur lah…tapi…perasaan apa ini” sebuah perasaan tidak enak muncul pada diriku.

***

(Sepulang Sekolah, Pukul 15.40 WIB)

(Sudut Pandang Akbar)

Shalat Ashar telah ditunaikan, sekolah sudah selesai tanpa ada tugas dan PR, kurasa ini adalah hari terbaik dalam hidup “Bebas dari tugas”.

Sekarang aku hanya harus menuju ke UKS untuk latihan sebentar, yah karena kami akan di sibukkan oleh banyak lomba ke depannya. Apalagi bulan depan akan di langsungkan Ujian Tengah Semester, meski begitu aku harus tetap fokus untuk belajar karena aku tidak ingin kalah dari Ainur.

Aku sekarang tahu sedikit setelah mendengar banyak cerita tentangnya, baik itu di SD dan SMP yang selalu mendapat peringkat pertama dan juara umum di setiap angkatan bahkan dia sanggup mempertahankan peringkat satu sampai tiga tahun.

Aku saja beruntung bisa bertengger di peringkat 10 besar, oleh karena itu Ainur bukan lawan mudah untuk di kalahkan apalagi dia sangat di sukai oleh banyak guru.

“Sebelum ke UKS lebih baik mencari sebentar” pikiranku terbesit tentang tempat kutakuti di sekolah

Gudang sekolah, suasananya masih saja sama, kotor, berisi barang-barang bekas seperti meja, kursi dan borol-botol bekas ditambah bau menyengat khas kayu sudah lapuk. Belum apa-apa ketakutan sudah menghingapi serasa ingin mengurungkan niat karena alasan sendiri.

“Cerminnya” kuambil cermin di saku sekaligus menghadap belakang seraya mencari hantu perempuan itu

Beberapa menit kucari di depan pintu gudang tidak ada penampakan, “Hemmm tidak ada” aku pun berpikir untuk masuk kedalam gudang

Niatku di tentang oleh takdir, pintu gudang itu di gembok oleh sekolah. Gemboknya pun ada dua, gembok kunci dan gembok rantai ditambah pintunya di kunci “Seperti ada harta karun saja di dalam”

“Sudahlah lebih baik ke UKS dulu saja” tiba-tiba aku teringat cerita Sukma mengenai hantu dasi merah kalau siswi itu bunuh diri dengan loncat dari gedung sekolah, tepatnya dari atap sekolah gedung utara tempatnya tidak jauh dariku sekarang. “Kucoba dulu saja ah”

Kantin Utara tempatnya sangat berbeda dengan kantin Selatan, hal ini karena dari kantin Utara terdapat jalan pintas menuju Toilet Pria dan Wanita di lantai dasar kelas 10 ditambah juga bisa langsung tembus ke tempat wudhu masjid.

Ditengah-tengah jalan pintas itu terdapat seperti sebuah halaman cukup luas dan katanya disana tempat korban bunuh diri ditemukan.

“Allahu Akbar…Allahu Akbar” aku berdzikir di dalam hati

Tepat aku berada di tengah-tengah jalan pintas kantin utara, halaman yang di penuhi oleh rumput liar dan sebuah bau aneh seperti bau Jambu biji matang tetapi serasa busuk. Sebuat firasat tersirat seperti aku mengenali kejadian ini, benar aku teringat sebuah mimpi…perasaaan hati sudah dibanjiri dengan rasa aneh berupa ketakutan dan kebingungan.

Kuambil cermin Cindi kuarahkan pantulan ke atas gedung sekolah, “Hehh…ekkk…Allahu Akbar...Lailahaillallah!” tubuh ku berhenti bergerak setelah melihat penampakan di depanku

Seseorang dengan tubuh melayang di udara, tanpa kepala hanya batas leher sampai kaki tersisa. Darah menghiasi tubuh dan pakaiannya, “Apa ini? Gila! Cepat gerak! kaki..tangan…cepat gerak!” kataku di dalam hati

“Whaaaaaa! Setaannn” aku akhirnya bisa berlari, entah apapun itu pikiranku sangat kosong dan bercampur aduk dengan ketakutan, saat itu aku hanya berpikir “Aku harus selamat…cari orang…cari tempat yang ramai" tapi aku tidak bisa melakukan tujuan itu karena tubuhku melakukan hal lain

Aku berlari dari kantin Utara sampai koridor lantai dasar, lariku lebih cepat dan cepat nafasku sudah tidak tertahan serasa jantung dan paru-paruku akan meledak. “Whaaaa!!! Danc**” kali ini aku menuju ruang UKS

Sampai aku melihat kebelakang “Deg..deg...deg” jantungku kembali meledak setelah melihat hantu tanpa kepala itu mengejarku di belakang, melayang dengan darah di seluruh tubuhnya,

“Hiyyy, toolongggg!”

lariku semakin tidak menentu karena takut, di saat itu berpikir “Bodoh, kenapa aku melakukan ini? Kalau aku takut kenapa aku malah sok berani menemui setan”

“Heh Siapa itu?” seorang siswa dari sebuah kelas keluar dan melihat dari pintu, Aldo salah satu teman baru ia mengikuti ekstrakulikuler Paskibra

“Benar juga, ada Paskib” sampai di kelas yang berisi Paskibra dan anggotanya aku menumpang bersembunyi

“Allddoo, tolong!” aku memegang erat baju muslim Aldo

“Eh, kenapa ini Bar?” tanya Aldo bingung, selain itu ia di lihati oleh Senior dan teman angkatannya

Saat itu aku sadar, dan langsung saja melepas pelukanku dari Aldo dan memeriksa keadaan di luar, ku lihati bagian atas koridor “Alhamdulillah tidak ada lagi” syukurku di dalam hati

Kini aku bernafas lega tapi suatu kesalahpahaman sepertinya akan dimulai hal ini karena aku memeluk Aldo tanpa alasan. Apalagi ada senior Paskibra yang selalu konflik dengan seniorku di PMR, bisa di bilang tidak rukun.

“Bar, Kenapa kok kayak di kejar setan gitu” tanya Aldo

Aku ingin menjawab jujur agar tidak ada kesalahpahaman, “Aku tadi melihat setan, aku tadi di kejar setan” itu yang mau kuberitahu tapi apakah itu lebih baik atau malah membuat masalah baru.

“Ah tidak apa kok do, aku tadi di kejar sama temanku jadi main lari-larian. Maaf ya, kak, semuanya maaf ya” minta maafku sambil membungkukan badan

Sekarang waktunya untuk pergi, “ Do, aku duluan ya” aku menuju ruang UKS di tengah jalan aku kembali berlari hingga ke tempat tujuan

“Assalamualaikum” salamku kepada semua

“Wa’alaikum salam” jawab semua yang berada di dalam UKS

Keadaanku saat ini tidak baik , jantungku maih berdegup kencang, tak henti darah mengalir deras dan air mata hampir keluar namun kutahan. Lebih baik aku izin tidak latihan terlebih dahulu, kalau saja di tengah latihan setan itu muncul lagi, mati aku!

“Kak hari ini Akbar izin tidak latihan ya”

“Eh kenapa? Padahal kamukan leader tim” kata kak Azizah

“Ada urusan sih kak, jadi Akbar nggak bisa latihan sore ini”

“Oh gitu, ya sudah tidak apa” kak Aisyah memberi izin

“Heh Cin, jangan lembek begitu kan dia leader di tim PP”

“Kan masih ada Adrian, kau juga tahu kan Zah Ferdi itu latihan keras setiap hari. Selain itu dia tidak pernah bolos latihan” kata-kata kak Aisyah membuat hatiku senang, ketakutan di dalam hatiku berkurang sedikit

“Ya sudah lah. Tapi izin dulu dengan yang lain” kata Kak Azizah

“Nggak bisa langsung pulang kak, Akbar sudah telat banget olehnya” aku ingin segera pergi dari sekolah karena firasat burukku kembali datang

“Ya sudah langsung saja” kak Azizah memberikan izin aku pun langsung bersalaman dengan semua senior yang ada

“Mau kemana Bar?” tanya kak Fani

“Ada urusan kak, jadi Akbar langsung pulang”

“Oh ya sudah hati-hati ya pulangnya” kata kak Fani

“Gus temani aku sampai gerbang!” aku mengajak Agus

“Eh iya bentar” ia berhenti membenahi tas PP dan langsung berdiri untuk menemaniku

“Agusss, mau kemana itu belum selesaikan…” Kak Salsa salah satu senior yang cukup galak menghadang Agus

“Eh kak Agus mau nemani Akbar, bentar saja” eluh Agus

“Dak, ini hukuman karena kau mainin obat P3K” Kak Salsa sudah mulai marah

“Yah gus kalau nggak bisa dak usah di paksa” hal ini pasti karena kesalahannya lagi, akhir-akhir ini Agus mulai berubah semenjak mengikuti geng Adrian dan Harry, sikapnya jadi lebih buruk dan tidak seperti dulu lagi

Kuambil sepatu dari rak, kugendong tas dan sedikit melirik jam “Jam setengah Lima sore”.

“Kak Akbar duluan ya”

“Iya hati-hati ya” kata semua serentak

Untungnya aku melihat ekstrakulikuler Pramuka melakukan latihan di luar, yap dengan begini kejadian tidak di inginkan bisa dihindari. Aku berjalan pelan sambil mengatur nafas karena setelah berlarian tadi semua tenagaku habis tak bersisa, kolam luar sekolah pun terlihat sangat jernih mampu membuang semua ketakutanku.

Latihan pramuka dengan semangat pun membersihkan pikiranku dari hantu tadi, “Gila tadi hampir saja, coba saja Cindi lihat itu tadi” terlintas di benakku tentang Cindi

“Banyak hantu di sekolah ini yang bergentayangan meminta tolong” kata Cindi di ingatanku

“Berarti itu bukan hantu perempuan berdasi merah tapi hantu lain, gila berarti di sekolah ini penunggunya banyak” langkahku terhenti di depan tangga menuju perpustakaan, aku teringat permintaan Cindi sewaktu di perpus “Apakah Cindi nggak masuk sekolah karena dia mau menyelesaikan masalah hantu di sekolah ini sendirian?” pertanyaan untukku sendiri “Kemarin dia bilang malam sabtu atau sabtu malam ya?”

BAB III " GADIS BERDASI MERAH ".....SELESAI

Episodes
1 BAB I PERTEMUAN TAK TERDUGA
2 BAB II KUNCI UNTUK JAWABAN
3 BAB III GADIS BERDASI MERAH
4 BAB IV AWAL CERITA...?
5 BAB V PERTENGAHAN...
6 BAB VI AKHIR CERITA....?
7 BAB VII "AWAL DAN AKHIR...?"
8 BAB VIII LOMBA!
9 BAB IX AKHIR BARU !!!
10 BAB X LOMBA, UJIAN, LIBURAN 1
11 BAB XI CERITA DI PANTAI PASIR PUTIH
12 BAB XII PULANG
13 BAB XIII PULANG 2
14 BAB XIV PERMULAAN
15 BAB XV PERMULAAN 2
16 BAB XVI OPINI....
17 BAB XVII CERITA KETIGA DAN TANGGAPAN
18 BAB XVIII TIDAK BIASA
19 BAB XIX PERSIAPAN
20 BAB XX PERSIAPAN SORE
21 BAB XXI PERSIAPAN MALAM
22 BAB XXII KETIDAK PATUHAN
23 BAB XXIII PENGIKUT
24 BAB XXIV PENGIKUT 2
25 BAB XXV PENGIKUT 3
26 BAB XXVI APA ARTINYA….?
27 SELING 1
28 BAB XXVII CHETAH SD
29 BAB XXVIII PERTEMUAN MALAM
30 BAB XXIX TANGGUNG JAWAB 1
31 BAB XXX MURID BARU ITU TERNYATA TAHU
32 BAB XXXI MURID BARU ITU TERLALU JAUH
33 BAB XXXII CERITA KE-EMPAT DAN TANGGAPAN
34 BAB XXXIII TERKEJUT MELIHAT NYA ADALAH HAL BIASA
35 BAB XXXIV DUNIA LAIN ADALAH SATU TEMPAT YANG SAMA
36 SELING 2
37 SELING 3
38 BAB XXXV TERGESA GESA ADALAH SIFAT MANUSIA
39 BAB XXXVI AYAH DAN ANAK SEHARUSNYA AKUR
40 PENGUMUMAN
41 BAB XXXVII KATA-KATA TERAKHIR ADALAH SEBUAH PERMINTAAN
42 BAB XXXVIII DATANGNYA BADAI
43 BAB XXXIX MANUSIA YANG MELAWAN HUKUM ALAM
44 BAB XXXX MANUSIA TAK BISA MELAWAN HUKUM ALAM
45 BAB 41 SETELAH BADAI ADALAH KETENANGAN
46 SELING 4
47 SELING 5
48 BAB 42 KERETAKAN ADALAH SEBUAH AWAL
49 BAB 43 PERMINTAAN MAAF ATAU NIAT TERSEMBUNYI?
50 BAB 44 LAMPU ADALAH CAHAYA PENTING DALAM KEHIDUPAN
51 SELING 6
52 BAB 45 CERITA KELIMA DAN TANGGAPAN
53 BAB 46 LIBURAN ADALAH SALAH SATU CARA MENGHILANGKAN STRES?
54 BAB 47 RUMAH TUA 1
55 SELING 7
56 SELING 7,5
57 RUMAH TUA 2
58 RUMAH TUA 3
59 TAHUN BARU 2023
60 RUMAH TUA 4
61 RUMAH TUA 5
62 RUMAH TUA 6
63 RUMAH TUA 7
64 PENGUMUMAN RAMADHAN 1444H
65 SELING 8
66 RUMAH TUA 8
67 RUMAH TUA 9
68 RUMAH TUA 10
69 SELAMAT TAHUN BARU 2024
Episodes

Updated 69 Episodes

1
BAB I PERTEMUAN TAK TERDUGA
2
BAB II KUNCI UNTUK JAWABAN
3
BAB III GADIS BERDASI MERAH
4
BAB IV AWAL CERITA...?
5
BAB V PERTENGAHAN...
6
BAB VI AKHIR CERITA....?
7
BAB VII "AWAL DAN AKHIR...?"
8
BAB VIII LOMBA!
9
BAB IX AKHIR BARU !!!
10
BAB X LOMBA, UJIAN, LIBURAN 1
11
BAB XI CERITA DI PANTAI PASIR PUTIH
12
BAB XII PULANG
13
BAB XIII PULANG 2
14
BAB XIV PERMULAAN
15
BAB XV PERMULAAN 2
16
BAB XVI OPINI....
17
BAB XVII CERITA KETIGA DAN TANGGAPAN
18
BAB XVIII TIDAK BIASA
19
BAB XIX PERSIAPAN
20
BAB XX PERSIAPAN SORE
21
BAB XXI PERSIAPAN MALAM
22
BAB XXII KETIDAK PATUHAN
23
BAB XXIII PENGIKUT
24
BAB XXIV PENGIKUT 2
25
BAB XXV PENGIKUT 3
26
BAB XXVI APA ARTINYA….?
27
SELING 1
28
BAB XXVII CHETAH SD
29
BAB XXVIII PERTEMUAN MALAM
30
BAB XXIX TANGGUNG JAWAB 1
31
BAB XXX MURID BARU ITU TERNYATA TAHU
32
BAB XXXI MURID BARU ITU TERLALU JAUH
33
BAB XXXII CERITA KE-EMPAT DAN TANGGAPAN
34
BAB XXXIII TERKEJUT MELIHAT NYA ADALAH HAL BIASA
35
BAB XXXIV DUNIA LAIN ADALAH SATU TEMPAT YANG SAMA
36
SELING 2
37
SELING 3
38
BAB XXXV TERGESA GESA ADALAH SIFAT MANUSIA
39
BAB XXXVI AYAH DAN ANAK SEHARUSNYA AKUR
40
PENGUMUMAN
41
BAB XXXVII KATA-KATA TERAKHIR ADALAH SEBUAH PERMINTAAN
42
BAB XXXVIII DATANGNYA BADAI
43
BAB XXXIX MANUSIA YANG MELAWAN HUKUM ALAM
44
BAB XXXX MANUSIA TAK BISA MELAWAN HUKUM ALAM
45
BAB 41 SETELAH BADAI ADALAH KETENANGAN
46
SELING 4
47
SELING 5
48
BAB 42 KERETAKAN ADALAH SEBUAH AWAL
49
BAB 43 PERMINTAAN MAAF ATAU NIAT TERSEMBUNYI?
50
BAB 44 LAMPU ADALAH CAHAYA PENTING DALAM KEHIDUPAN
51
SELING 6
52
BAB 45 CERITA KELIMA DAN TANGGAPAN
53
BAB 46 LIBURAN ADALAH SALAH SATU CARA MENGHILANGKAN STRES?
54
BAB 47 RUMAH TUA 1
55
SELING 7
56
SELING 7,5
57
RUMAH TUA 2
58
RUMAH TUA 3
59
TAHUN BARU 2023
60
RUMAH TUA 4
61
RUMAH TUA 5
62
RUMAH TUA 6
63
RUMAH TUA 7
64
PENGUMUMAN RAMADHAN 1444H
65
SELING 8
66
RUMAH TUA 8
67
RUMAH TUA 9
68
RUMAH TUA 10
69
SELAMAT TAHUN BARU 2024

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!