INDIGO “SANG TAK KASAT MATA”

INDIGO “SANG TAK KASAT MATA”

BAB I PERTEMUAN TAK TERDUGA

(Rumah Akbar, Palembang)

"Tik…tik…tik" suara berdetik jarum jam terdengar disertai angin malam berhembus masuk kedalam rumah ada yang aneh memang terasa olehnya

Angin itu berhembus ke kanan dan kiri dibelakang seorang bocah, di dalam hatinya sudah tersirat bahwa kejadian itu bukan gejala alam dari angin yang lewat tanpa permisi di belakangnya.

Saat itu malam pukul 22.30 WIB bulan April iklim kemarau masuk ke Indonesia, ruangan tengah tempatnya belajar mengerjakan pekerjaan sekolah tertutup rapat tidak ada satu jendela pun terbuka.

Hati membisikan agar tidak melihat ke arah belakang namun tubuh berkata lain, keinginan tak terhindarkan.

Bukan orang tua maupun adiknya, ia melihat seseorang dengan kain kafan berdiri tegak disudut ruangan.

Tinggi, putih, tubuh berisi, namun wajah tak diketahui, aku terlalu takut melihat wajah makhluk halus.

Banyak masyarakat Indonesia mengenal makhluk itu, jenis makhluk ghaib dengan kain kafan dan tali terikat di kain nya, ada yang bilang tempat kesukaan nya adalah pohon pisang yang sudah tua, disana akan lebih mudah mendapatinya.

Cara kita berjalan adalah dengan melangkahkan kaki, tetapi berbeda dengan makhluk halus itu ia melompat untuk berjalan sama seperti kangguru.

Perbedaan nya kangguru adalah makhluk yang disukai tetapi ia ditakuti oleh banyak orang.

Ya, Pocong sebutan nya.

Ku tutup buku tulis matematika dengan cepat hingga pena pun masih berada di dalam buku. Namun pikiranku kacau saat itu, ingin segera pergi dari ruang tamu.

Tentu saat itu aku ketakutan dan tidak ingin percaya dengan apa yang kulihat, meski lampu ruangan menyinari dengan terang ketenangan tidak menghingapi melainkan ketakutan.

Bagi anak kelas 2 SMP takut dengan hal itu sama dengan pengecut tapi apakah ada orang dewasa yang masih takut sepertiku…saat mengalami kejadian itu.

Pasti…pasti…karena setiap orang memiliki ketakutan…terutama terhadap setan atau hantu.

“Braakkk” kaki kiriku menyentuh meja tamu, namun beruntung hanya sedikit kena

Sekarang aku bisa berlari ke kamar ku… anehnya tujuan pertamaku adalah kamarku di tengah rumah tapi pada akhirnya aku berhenti di kamar kedua orang tuaku.

“Bu…ibu …buka bu…Ayah!” panggilku mengedor-gedor pintu kamar ayah dan ibu

Beberapa detik berselang tak ada tanggapan aku kembali mengedor lebih keras hingga keduanya keluar membuka kan pintu kamar

“Ada apa, kak? Malam-malam berisik” Tanya ibuku sambil mengusap-ngusap mata

“Itu...itu ada pocong di ruang tamu” jelasku sambil menunjukkan jari kearah ruang tamu

“Ha? Pocong?” ibu terkejut dengan ucapan ku

“Yah, ada pocong…kakak lihat di ruang tamu”

Ayah ku yang masih setengah sadar tadinya bergegas melompat dari tempat tidur dan bergegas keruang tamu

“Pocong? Dimana?”

“Itu diruang tamu”

Ayah ku mengambil sapu lidi di samping tempat tidur, langsung keluar menuju ruang tamu. Aku dan ibuku mengikuti dari belakang…hingga sampai di tempat kejadian.

Tapi secara ajaib pocong itu menghilang tanpa jejak seperti apa yang kulihat barusan seperti imajinasi

“Mana kak?, mana pocongnya” tanya ayah kepadaku

Aku ke sudut ruangan dan berusaha menjelaskan dengan ketakutan didalam diri,

"Itu tadi disitu yah, disudut guci keramik, dia tegak, warna putih”

“Yah sudah tidak ada kok, palingan cuma salah lihat”

Mendengar perkataan ayah aku tersadar kembali, mungkin salah lihat…aku pasti mengantuk…tidak mungkin pocong, aku saja melihatnya cuma sekilas hanya beberapa detik pasti salah lihat…imajinasi saja.

“Ya sudah kakak tidur sana, sudah malam besok lagi saja belajarnya” tambah ibu

“Iya bu” aku hanya menurut saja, berusaha menghilangkan ingatan buruk ini

Berharap ini hanya mimpi yang tidak terulang lagi…tapi aneh walau hanya mimpi apakah perasaan ini adalah kebohongan…perasaan yang membuat tubuh dan hati bergetar mengingatkan akan pengalaman buruk…perasaan takut… ketakutan.

Mungkin sebagian orang tidak akan percaya penglihatan dan ceritaku, tapi ini adalah kenyataan dan kejadian yang aku alami sendiri.

Fakta atau dusta tidak tahu yang mana, itu pikirku dahulu tidak percaya akan kekuatan ghaib.

Namun lama-kelamaan aku mulai menyadari ada sesuatu didalam diri mengubah hidupku, hidup keluargaku dan hidup orang lain.

Banyak anak di dunia yang memiliki kelebihan dan keistimewaan seperti ku, membuat kami didekati…dijauhi…di ejek…bahkan dianggap aneh…tapi kami selalu berusaha untuk hidup normal seperti orang lain…karena kami anak “INDIGO”

***

( 2 Tahun Kemudian, 20 Juli 2017 )

(Sudut Pandang Ferdi)

Tahun 2017 di kota kelahiran ku…sebutan kota Pempek di aliri Sungai Musi dapat dinikmati dari jembatan sejarah “Ampera”.

Aku masuk ke SMA unggulan di Palembang, “SMA Negeri xx Palembang” hasil belajarku tidak sia-sia, pagi…siang…dan malam selalu belajar.

Pertanyaan untukku sendiri…apakah di masa SMA ini aku harus belajar dengan keras lagi seperti di SMP atau aku harus menikmati masa mudaku agar tidak kecewa.

Karena sesuatu amat berharga dan penting tidak dapat terulang kembali membuat kenangan dan pengalaman, suka dan duka.

"Waktu” adalah hal sangat penting bagi semua orang terutama bagiku, sesuatu selalu bergerak maju tidak dapat mundur, berisi kenangan-kenangan bersama orang-orang.

Sekarang aku harus menentukan waktu sendiri, jalanku sendiri, ingin jadi apa aku di masa depan?

Entah bagaimana pemikiran anak-anak lain tentang masa depannya, tapi aku sudah memutuskan sejak tahun pertamaku.

Setelah lulus dari SMA ini, aku akan pergi ke Bandung dan mengemban pendidikan di Institut Teknologi Bandung.

Mungkin terlalu awal bagiku untuk menentukannya dan terlihat seperti sebuah mimpi untuk sekarang, tapi aku tidak tahu Tuhan akan berkata apa tentang mimpiku ini. Apakah akan berhasil atau gagal?

“Tettt…tettt…tetttt…” bel berbunyi menandakan sekolah sudah masuk

Hari ini memang sudah masuk sekolah tapi aku dan siswa baru lain harus mengikuti MOS lagi untuk mengenal dan mengikuti organisasi apa saja yang ada di sekolah.

“Hei Akbar, apa kabar?” sapa teman lama ku bernama Agus

“Baik gus, kau sendiri?”

“Baik juga, Alhamdulillah”

Teman lama sejak SMP-ku selalu duduk sebangku, saling bekerja sama dalam hal mata pelajaran, ia sangat cerdas dalam hitung-hitungan.

Tingkah sangat aktif tidak bisa diam seperti anak-anak berumur 4 tahun, dalam berbicara pun asal ceplas-ceplos.

Tapi kelebihan agus membuatku tidak bisa lepas darinya adalah sikap baik dan jujur, selalu menolong orang lain tanpa pandang bulu dan rajin beribadah.

Karena agus aku berubah saat SMP, kini aku lebih baik dalam hal agama, selalu menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan shalat 5 waktu di masjid.

Bahkan sekarang aku menjabat sebagai ketua remaja masjid di komplek perumahanku, entah apa yang dilihat orang lain dariku hingga memberikan jabatan seperti itu bahkan terpilih dua kali, tahun ini adalah periode kedua aku menjabat sebagai ketua Irma (Ikatan Remaja Masjid).

“Kita sekelas lagi yo bar”

“Ha, aku juga sebenarnya aneh kenapa kita selalu ketemu”

“Mungkin takdir”

“Jijik aku dengarnya, enak juga yang ngomong kayak gitu ke aku cewek kalo kau malah najis”

“Jahat juga ya perkataan kau, sakitttttt sekali hatiku bar” sambil memegang dadanya agus sedikit tertawa

Aku hanya tersenyum melihat kelakuan temanku itu, “Gila kau gus…gus”

“Kita duduk sebangku lagi ya”

“Nggak ah, pasti nanti aku dikira kakak kamu lagi kayak di SMP”

“Heeehhh, justru bagus kan bar. Kamu ada adik di sekolah”

“Bacot ente”

Percakapan diiringi candaan menghiasi perjalanan kami menuju kelas, entah perasaanku saja kami dilihati banyak orang.

Aku dan Agus memang akrab sejak SMP bahkan seperti kakak beradik, kedua orang tua kami pun sudah saling kenal, kami sering bermain, belajar, menginap bersama selama 3 tahun.

Tapi di waktu itu pula aku tidak pernah menceritakan hal-hal berbau aneh kepada Agus, mengenai penglihatan bayang-bayang hitam dan putih, suara-suara dimalam maupun siang hari.

Entah kenapa sejak kejadian penampakan pocong waktu itu aku mulai merasa kejadian-kejadian aneh bertambah.

Aku selalu bermimpi di dalam tidur seakan-akan aku berada di dunia nyata, seingatku didalam mimpi aku pernah mencubit pipi sendiri dan sakit kurasakan.

Hingga aku bangun semua itu seperti kenyataan bahkan membuatku berkeringat dan kehabisan nafas, padahal aku selalu berwudhu dan berdoa sebelum tidur tapi hal itu seakan tidak berpengaruh.

Tapi keanehan bahkan bisa dibilang kutukanku adalah mimpi yang berada dialam tidurku selalu terjadi dan menjadi kenyataan di kehidupan sehari-hariku.

Bahkan seperti ramalan masa depan…aku selalu mencari jawaban atas apa yang terjadi padaku…mencari…dan terus mencari.

Buku, majalah, internet dan media social lain hingga pada bulan Oktober 2016 aku menemukan jawaban, tertera di internet.

Menurut pakar dan ahli spiritual aku mengalami “Precognitive Dream”,”Future Sight” (Penglihatan Masa Depan) atau Second Sight (Penglihatan kedua).

Sebuah persepsi Ekstrasensorik yang melibatkan informasi masa depan dimana informasi masa depan.

Dimana informasi tersebut tidak dapat disimpulkan dari kondisi (akal, hukum fisika, dan hukum alam) yang terjadi saat ini. Keberadaanya dianggap sebagai bentuk lain dari indera tambahan.

Setelah menemukan penjelasan itu aku tahu jika banyak orang yang memiliki kemampuan sama sepertiku di dunia ini. Seorang dengan kemampuan anehnya karena sesuatu kejadian atau bawaan lahir hingga membangkitkan Indera Keenam atau Sixth Sense

***

(Sudut Pandang Ainur)

Gerbang masuk terbuka lebar, banyak siswa-siswi berlalu lalang keluar masuk sekolah sementara aku masih berdiri menunggu papaku pulang mengendarai motornya.

Aku Ainur, siswi SMA Negeri xx Palembang merupakan siswi penerima jalur prestasi.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dimana tempat menuntut ilmu agar impian dimasa depan dapat terwujud, meski aku tahu jika kejadian sama akan terulang kembali saat SMP aku tetap bertahan

“Halo Ainur” sapa teman satu SMP nya dulu

“Lho Ainur masuk sini juga ya?” tanya teman sekelasnya bernama Indah

“Iya ndah, kalian juga masuk sini ya. Hebat banget kalian”

“Iya dong kan kami pinter”

“Pinter ngibul, hahaha”

Ketiganya saling melontarkan tawa tapi tahu jika tawa candaan itu terasa seperti hinaan,

“Ainur dapat kelas berapa?” tanya Indah

“Aku di kelas IPS 2”

“Wah berarti tetanggan dong, tapi aku lebih maju di IPS 1”senyum tipis terlihat menandakan kemenangan dirinya terhadap Ainur seorang siswi berprestasi di SMP nya kini berada di bawah dirinya

“Yah tapi aku masuk jalur undangan prestasi, kalian masuk jalur madirikan. Tapi untung juga kita sama-sama dikelas IPS ya bisa sharing-sharing ilmu” sebuah kalimat pedas dilontarkan oleh Ainur seperti tepat mengenai wajah mereka

“Ya sudah yuk Indah kita masuk ke kelas nanti telat”

“Iya deh dari pada disini terus bisa telat”

Seperti permainan kemenangan di dapat oleh Ainur tapi ia menyadari jika apa yang barusan ia lakukan akan menambah musuh baginya di masa akan datang.

Namun jika ia kalah maka permainan pun akan game over sehingga banyak masalah menunggu nantinya.

Kedua pilihan sulit harus diambil oleh seorang siswi baru SMA bermasalah tetapi ia sudah memantapkan jika ia membutuhkan kemenangan.

“Padahal masih pagi sudah ada masalah, yah tidak usah dipikir lebih baik aku juga ke kelas”

Pagi atau pun siang bagiku adalah waktu yang paling kubenci di dunia, aku ingin dunia selalu malam agar aku selalu berada di rumah tidak perlu bertemu orang-orang.

Sejak dulu aku disibukkan dengan berbagai macam kegiatan, les, belajar dan sekolah selalu bertemu dengan berbagai macam orang. Namun pada akhirnya semua orang selalu sama, “munafik”.

***

(Sudut Pandang Akbar)

(SMA Negeri xx Palembang, Toilet Pria)

“Kepada Siswa Siswi baru harap masuk ke kelas masing-masing untuk pemberitahuan materi di Aula Sekolah” suara pengumuman dari Ketua Osis kepada siswa baru

“Sialan pakek kebelet buang air pula” ocehku sendiri

Waktu sesampai di kelas aku langsung kebelet buang air kecil padahal jam kelas sudah masuk, jika terlambat bisa gawat.

"Tetapi beruntung ada agus yang mau memilih tempat duduk jadi tidak terlalu khawatir lagi” kata batinku

“Haaah selesai juga” segera kusiram dan keluar dari kamar mandi

“Kamar mandinya pakek bau lagi” kataku sambil membenarkan ikat pinggang

“Hiks…hiks…hiks” suara tangisan anak kecil, sangat lembut dan tenang seakan memanggil seseorang

Aku tahu jika suara itu adalah keanehan, karena sedari tadi di WC itu tidak terlihat anak-anak yang lewat.

Tempat masuk pun hanya satu jalu sementara di pinggir-pinggir hanya tertutupi tanaman dan tumbuhan hijau.

Tidak bisa masuk dan keluar kecuali lewat pintu itu, tapi dihati kecil berbisik “Jika anak kecil sungguhan bagaimana?”

Kakiku yang semula ingin pergi dari tempat itu tiba saja melangkahkan kaki ke sumber suara itu.

Selangkah demi selangkah, disaat itu pula kakiku mulai berat diisi ketakutan mendalam. Padahal aku sudah sering mendengar suara-suara seperti ini tapi masih saja takut.

“Hiks…Hi..hi..hi...hikss" tangisan itu mulai memanjang seperti tawaan

Suaranya bertambah kecil dan berada di belakang tembok WC wanita, “Bangsa*, lagian ngapain anak kecil main-main kesini?”

Aku kini tersadarkan, tapi terlambat khayalanku sudah kemana-mana dan tidak bisa berpikir jernih hingga…

“Hei!” suara lembut tetapi menusuk mengejutkanku

“Waaaaaa” aku ketakutan hingga duduk jongkok, seluruh tubuhku gemetaran kututupi wajahku dengan tangan agar tidak melihat penampakan

“Hei kamu sedang apa?” Tanya seseorang kepadaku

“Ha?” dia bicara, langsung kuangkat saja wajahku…beruntung disana aku bukan melihat penampakan tetapi seorang perempuan berseragam sekolah sama sepertiku

“Haaa, aku pikir siapa tadi?, ternyata orang” ketakutanku mulai berkurang tapi tubuhku masih gemetaran

“Kamu…” “Eh iya aku…” perempuan itu menunjuk ku dengan tatapan tajam

“Kamu juga bisa lihat mereka?” pertanyaan dari cewek itu sangat mengejutkanku, meski aku adalah orang telat mikir tapi kini aku langsung tahu maksud perkataannya

“Melihat mereka?” tanya ku

“Iya anak perempuan yang menangis di belakang itu”

Bulu kudukku langsung berdiri lagi, takut…cemas…rasanya seperti naik rooler coester

“Ha anak perempuan?” aku melihat kebelakang WC tapi tidak melihat apapun “Mana ada anak perempuan cuma ada yang nangis kok tadi, itu pun pasti aku salah denger”

“Nggak, dia memang ada sekarang dia sudah berhenti menangis. Dia sedang melihat kita berdua”

"Bangsa*, siapa perempuan ini, mungkin dia setan juga kali tiba-tiba muncul habis itu tahu ada suara bahkan lihat anak kecil” kata batinku

Tanpa panjang lebar aku meninggalkan cewek itu dengan gelengan kepala, hingga tepat agak jauh aku masih merasakan hawa tidak enak.

Berlari adalah keputusan yang tepat. Aku meninggalkan cewek itu sendirian maklum ketakutan sudah kembali menghantuiku

Aku berlarian di koridor sekolah menuju kelas, tidak terlihat ada siswa lain semua sudah masuk kelas.

Setiba di depan pintu kelas aku bersyukur masih belum ada guru yang masuk, hanya terlihat suasana kelas ribut sekali serasa di pasar.

***

(Kelas X IPS 2, SMA Negeri xx Palembang)

“Bar, sini” Agus melambaikan tangan kode agar aku tahu dimana tempat dudukku

Aku menghampirinya tepat di barisan belakang, anehnya aku tidak melihat tasku disamping kusrinya

“Mana tas aku?” tanyaku kepada Agus

“Itu di depan” tunjuk agus

“Lah katanya mau duduk sebangku lagi?”

“Nggak jadi aku sudah janji duluan dengan Harry untuk duduk sebangku kemarin malam”

“Harry?”

“Iya, itu dia” tunjuk seorang anak laki-laki berkacata mata bulat dengan badan kurus dan agak tinggi, nama lengkapnya Harry Prasetyo tapi sering dipanggil Tio

“Gus” Harry menghampiri Agus karena sesuatu keperluan

“Yo, kenalin teman SMP…Akbar” Agus mengenalkan ku kepada teman sejak kecilnya

“Bar, ini Tio kawan sejak kecil aku”

“Halo aku akbar” aku memulai bersalaman

“Tio” kedua tangan kami saling menjabat berkenalan

“Ohh jadi sudah duduk dengan Tio, lalu mana tas aku”

“Itu di depan” tunjuk nya

“Kan kau lebih senang duduk didepan jadi sudah ku sewa duluan tempatnya untuk kau”

Pada awalnya aku merasa kesal karena dia sudah bohong tapi melihat agus sudah menemukan tempat duduk kesukaanku pada akhirnya aku tidak bisa apa-apa.

Selain itu aku memang ingin jauh-jauh dahulu dari sifat pecicilan agus.

“Ya sudah dak apa, yang penting juga makasih sudah patenkan tempat duduk untuk aku”

Segera saja aku menuju kursiku dan ingin duduk dengan tenang, maklum setelah kejadian di WC tadi aku sudah tidak ada tenaga lagi.

Kuletakan tas dibelakang kursi agar aku lebih leluasa duduk, sebelum itu aku mengeluarkan buku novel favoritku “Laskar Pelangi” yang baru aku beli minggu lalu.

Beberapa menit kulalui dengan damai dan ketenangan mulai kembali tiba saja rusak dengan masuknya seorang cewek.

Semua siswa dikelas mulai membicarakannya, aku hanya melirik sedikit ke arah cewek itu setelah itu melanjutkan kembali membaca novel.

“Aneh kenapa pula dengan cewek itu, lebih baik aku tidak usah dekat-dekat denganya” pikirku

Hingga ia berhenti di depan mejaku, bertanya…

"Maaf, apa disini sudah ada yang nempati tempat duduknya?”

“Hemm” Aku meliriknya terlebih dahulu, hingga aku meletakan novelku

“Padahal aku ingin jauh-jauh dari cewek ini kenapa malah kesini?” kata batinku

“Nggak ada sih tapi kalo mau duduk disebelah saja bisa masih kosong kok” kataku untuk menyuruhnya pergi dengan nada sopan

“Nggak apa kok disini saja lebih dekat dengan meja guru” ia masih berdiri menunggu izin dariku agar dia dapat duduk di sebelahku

“Ya sudah tidak apa deh” aku kembali melanjutkan membaca novel

“Makasih” senyuman manis terlihat dari bibirnya

“Gila cantik juga kalau dilihat-lihat, manis pula” kata pikiran kotorku

Tapi bukan hanya aku yang berpikiran seperti itu, meski aku membaca tapi aku bisa mendengar pembicaraan orang lain.

Terutama pembicaraan besar cowok, ditambah pembicaraan cewek yang kelewatan batas mengenai cewek di samping ku ini.

“Hei bukan nya dia Ainur dari SMP xx itu ya?, gila cantik juga cuy”

“Iya coba gebet aja”

“Kukira dia tidak senang dekat-dekat dengan cowok”

“Nggak tuh palingan cuma modus doangkan, udah sok pinter sok cantik lagi”

Semua pembicaraan itu terdengar bagiku seperti sebuah ejekan dan hinaan, tapi aku tidak tahu masalah apa yang terjadi.

Padahal kulihat dia cewek yang baik, sopan dan cerdas, aku tahu hal itu sangat tahu karena aku selalu menilai penampilan luar dan dalam seseorang.

Aku melihat kearahnya, wajah manis tadi kini berubah pahit pasti sangat sakit jika aku menjadi dirinya.

Yah tapi aku juga pernah merasakan hal yang sama saat kecil dulu, hingga aku bertemu dengan Agus.

“Sudah jangan di dengar, biarkan seperti angin lalu” nasihatku

“Ngomong-ngomong kita belum kenalan aku Akbar Ferdi panggil saja Akbar, kalau namamu?”

“Halo Akbar, senang kenalan denganmu”

Aneh raut murung di wajahnya berubah kembali ceria seperti sebelumnya, sangat cepat hingga aku tahu…dia menahannya…menahan rasa sakit dan menggantinya dengan wajah ceria.

Aku juga dulu pernah merasakan hal itu, cukup senyum dan tertawa semua pasti akan baik-baik saja.

Itu pikirku dahulu tapi tidak sekarang, jika senyum dan tawa hanya bagian luar tetapi di dalam hati kesakitan semakin besar, seakan ingin cepat mati!

“Jangan ditahan…lampiaskan saja” kataku

***

(Sudut Pandang Ainur)

(Kelas X IPS 2, SMA Negeri xx Palembang)

Seorang laki-laki yang baru kukenal belum beberapa menit duduk bersama aku merasa ia mengerti diriku. Entah mengapa ia merasakan apa yang aku rasakan, aku mulai berpikir apakah laki-laki itu sama dengan diriku.

Pertama kali aku melihat laki-laki yang membuatku penasaran sekaligus kagum, apakah aku lebih baik berteman dengannya saja?

“Ngomong-ngomong siapa namamu?”

“Aku Akbar, Akbar Ferdi”

“Halo Akbar , senang kenalan denganmu salam kenal aku Ainur Rahma”

“Ainur ya, atau ku panggil Rahma saja. Eh tapi di kelas ini ada juga yang namanya Rahma nanti malah susah untuk manggil”

Aku tertawa kecil melihat sikap lucunya,

“Terserah sih mau panggil apa, yang penting jangan panggil “Ain” saja karena itu artinya mata, kalau kata mamaku dulu diartikan sebagai mata jahat”

“Oh oke kalau begitu nama panggilan Ainur, nama panggilan pendek Nur jadi artinya Cahaya”

“Iya boleh”

Percakapan kecil itu membuka lembar baru dalam kehidupanku, ini pertama kali aku merasa senang berbincang dengan laki-laki.

Walau tinggi tubuhnya agak pendek tetapi ia cukup tampan dan baik hati perasaanku mengatakan akan lebih baik aku berteman dengannya.

Setelah kejadian dikamar mandi tadi aku berpikir ia juga bisa melihat makhluk halus sepertiku.

“Nur kudengar kau masuk lewat jalur prestasi tapi kenapa malah masuk jurusan IPS?” suaranya memecah imajinasiku

“Karena aku merasa lebih bisa di IPS dibandingkan IPA selain itu nilaiku tidak mencukupi untuk masuk jurusan IPA”

“Hemmm begitu ya, oke kalau begitu aku jujur saja. Meski ada Ainur di kelas ini tapi aku yang akan menjadi juara satu di kelas ini”

Tantangan tegas kudapatkan dari seorang laki-laki yang baru ku kenal tetapi sudah mengajak bersaing, tapi ia berbeda dari orang-orang di SD dan SMP ku dulu.

Mereka bersaing dengan membicarakanku lewat belakang wajah tetapi ia dengan tegas menantang di depanku seakan menampar wajah. Bingung ingin ku balas apa tantangan ini, senang bercampur bingung kurasakan menjadi satu.

“Baik”

Percakapan pertama berakhir setelah wali kelas kami masuk aku mencoba meliriknya, ku lihat tatapan penuh harapan dan semangat di matanya.

Apakah kau sama seperti teman laki-lakiku sebelumnya,berteman denganku, mendekatiku dan menembak ku untuk dijadikan pacar atau kau punya alasan lain. Mungkin…karena aku menganggap ia berbeda...tapi apa arti tatapan tajam itu?

“Mulai hari ini kita adalah teman sekaligus rival” kata laki-laki bernama Akbar itu

Benar ternyata tatapan itu bukti…bahwa kita adalah teman…sekaligus…rival…Akbar.

Didalam kelompok sosial aku tetap memilih menyendiri sambil membaca buku, duduk di kursi dengan membatasi pandangan orang dengan buku.

Keputusan yang kubuat adalah sebuah kesalahan namun harus kuteruskan, aku tidak ingin kejadian di SD dan SMP terjadi kembali.

Kejadian perkelahian berujung pada kesurupan, walaupun orang lain memulai aku terus bersabar tetapi saat kemarahan memuncak emosiku melahap semua pandangan dan dia pun datang membisikkan

“Ayo lebih keras lagi jangan berhenti” sebuah bisikan halus ditelingaku saat itu membuat hilang akal sehat

Kejadian terus berlangsung aku yang dimakan emosi menjambak dan mencakar teman wanita sekelas bahkan pernah anak kelas lain yang mencoba menganggu.

Setelah perkelahian itu aku merasakan ada yang aneh dengan diriku, kejadian itu terus menerus terjadi aku sering berkelahi dengan wanita disekolahku.

Aku selalu menang namun aneh aku merasa senang, bukan contoh baik bagi siswa jika berkelahi, sejak saat itu aku di juluki “Putri Es” atau “Putri Gila”.

Julukan itu tidak ada pengaruh bagiku karena prestasi akademik dan non akademik yang aku capai, menjadi urutan pertama adalah kunci untuk membuat orang yang membenciku diam.

Semua menjadi cepat menyebar tentang diriku hingga banyak laki-laki mendekatiku, menembak dan menjadikan ku pacar mereka.

Dari kelas 1 SMP jika bisa dihitung hampir puluhan kali aku di ditembak oleh cowok. Alasan mereka menyukaiku selalu sama cantik, baik, pintar dan rajin beribadah.

Aneh…hubunganku selalu tidak berjalan dengan lancar belum satu bulan aku sudah putus dengan pacarku.

Saat aku putus beberapa hari kemudian aku berganti pacar lagi…hal itu berulang selama tiga kali…hingga aku merasa jika aku hanya dipermainkan.

Hatiku sakit hingga tidak percaya pada laki-laki lagi semua yang dikatakan mereka selalu manis di awal tetapi menyakiti di akhir apakah itu sifat alami mereka.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak berpacaran terlebih dahulu dan mementingkan pelajaran.

Ku pikir itu akan mudah tetapi mereka yang tahu masalahku menyebarkan jika aku hanyalah “Play girl” sang penggoda laki-laki.

“Sudah cukup!” entah laki-laki atau perempuan sama saja karena sifat ku mereka menjauhi dan saat memerlukan mereka menghampiri

Apakah aku hanya alat bagi orang lain tapi ini karma bagiku karena sering berganti pacar bukan, aku bisa menerimanya hingga sebuah perkataan menyakitkan saat itu.

“Ainur…kamu ini musuh semua orang. Baik saja di depan tapi di belakang sifatnya busuk”

Saat itu aku kehilangan kendali atas diri membuatku menyerang membabi buta hingga menyebabkan keributan besar di kelas.

Semua orang berkumpul untuk melerai tetapi ada juga menonton saja hingga aku tidak bisa bergerak dan tidak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian aku tersadar melihat kejadian aneh di depan mata, anak-anak yang mencari gara-gara padaku mengalami kesurupan atau kerasukan.

Guru-guru sedikit panik dan mencoba menenangkan murid, di dalam peristiwa itu aku melihat salah satu cewek yang kesurupan tersenyum ke arahku.

Entah perasaan saja atau memang ini karena ku, tanpa pikir panjang para guru menyuruh para murid untuk keluar dan pulang lebih awal hingga tiba saat para ahli agama datang untuk mengusir setan yang merasuki siswa.

“A..innnn…n” bisikan itu terdengar kembali di gendang telinga

Aku mencari-cari dimana asal suara itu tapi keadaan terlalu kacau hingga aku syok dan berpikir

“Apakah ini salahku?”

(Rumah Ainur 18.30 WIB, Setelah kejadian kesurupan)

Setelah kejadian kesurupan di sekolah aku mulai merasa aneh pada diriku, aku lebih sering mendengar bisikan-bisikan di malam hari bahkan lama-kelamaan suara tawa, tangisan dan rintihan yang entah darimana asalnya.

Emosiku terlalu sering keluar hingga aku sering marah bahkan kepada orang tua, kejadian memuncak saat aku kelas 2 SMP semua masalah yang ku pendam pecah dan membuat aku hilang akal.

Julukan “Putri Es”, Play Girl, dendam pada laki-laki dan masalah lain membuat aku mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau ke perut.

Beruntung saat itu mama dan papa berhasil menghentikan jika tidak semua terlambat, tapi aku sudah tidak tahan tinggal di dunia ini, marah, duka dan rasa tertekan membuat aku gila.

“Hiks….hiks….hiks….” tangisan mama membuatku mengurungkan niat

Papa yang saat itu bersikap dingin berusaha menelpon seseorang beberapa jam kemudian keadaan mulai tenang, hanya tetangga sebelah rumahku yang tahu dan membantu saat itu.

Beberapa saat kemudian seorang Ustadz datang ke rumah dan memeriksa keadaanku, tak perlu waktu lama

“Putri bapak ada yang ngikutin”

“Ngikutin? Gimana pak ustadz maksudnya”

“Kayaknya ada makhluk halus yang suka dengan anak bapak dan nempel di badannya”

“Bisa di keluarin tidak pak ustadz saya kasihan dengan putri saya”

“Bisa kok”

Dengan tenang pak ustadz mengatakan kebisaan untuk membantuku, setengah jam kemudian aku diruq’yah oleh pak ustadz di dalam masjid.

Aku di baca-bacai do’a, disuruh minum air putih yang sudah di komat-kamit hingga tubuhku tegang saat pak ustadz mencoba mengeluarkan jin dari tubuhku.

Memakan waktu cukup lama untuk ruq’yah yang aku ingat saat itu pukul 22.00 WIB, memang aku merasakan dampak dari ruq’yah itu tapi di dalam hatiku masih tersimpan perasaan aneh.

Aku tidak terlalu memikirkannya yang penting aku sudah sembuh sekarang…pikirku…hingga saat ini…aku merasakan jika dia kembali.

(Sudut Pandang Akbar)

(UKS, SMA Negeri xx Palembang)

Sudah seminggu aku bersekolah disini, memang sekolah ini unggul peraturan ketat tak bisa dihindari. Stres dan lelah membanjiri tubuh seperti angin lalu tugas dan pekerjaan rumah tak henti-henti membebani.

Ditambah kegiatan klub membuat waktu bermain menjadi sedikit, aku masuk kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja entah apa alasanku masuk klub itu.

Dengan sendiri aku sudah menyatu dengan PMR, walau senioritas dan disiplin menjadi utama semua terbayar ketika menjalani semua bersama.

“Kebersamaan” adalah prinsip utama di Palang Merah walau banyak masalah datang di awal pertemuan aku bisa bertahan karena ada teman-teman seperjuangan.

Aku bertugas piket menjaga ruang UKS bersama Rahmadania dan Khairina, menyapu, mengepel, membereskan tempat tidur dan memeriksa kelengkapan obat P3K.

Semua selesai dengan cepat bahkan hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam, ruangan UKS di sekolahku ini sangat luas.

Bahkan sudah mendapat penghargaan sebagai ruang kesehatan terluas dan terbersih no-2 se kota Palembang setelah UKS SMA Negeri 1 Palembang.

“Disini sudah selesai tinggal giliran nunggu UKS saja, takut kalau ada pasien sakit”

“Iya kalau begitu aku tinggal ya, Akbar bisa jaga yang pertama kan?” pinta Khairina

“Iya bisa hari ini juga mata pelajaran Matematika pasti cuma latihan lagi. Pak nya kan jarang masuk, Rahma sendiri bagaimana mau nunggu atau balik ke kelas?” tanyaku kepada Rahmadania teman sekelasku

Aku dan Rahma berada dikelas yang sama yaitu di Jurusan IPS 2, berbeda dengan Khairina seorang anak di Jurusan IPA 4.

Jumlah seluruh kelas angkatanku ada 8 kelas yang masing-masing terdiri dari 30-34 siswa, pikirku sekolah unggulan hanya menerima sedikit siswa tapi siswa disini terlalu banyak entah apa alasannya, “uang atau pendidikan”.

“Aku disini saja lah” jawab Rahma

“Ya sudah aku tinggal dulu ya Ma, Bar” kata Khairina sambil berlalu

Kepergian Khairina membawaku ke suasana canggung, berdua dengan wanita aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.

Aku yang sudah seminggu lebih duduk dengan Ainur hanya bisa membahas soal pelajaran beruntung dia sedari tadi bermain HP.

Yah mau bagaimana pun aku harus mencairkan suasana,

“Ma aku mau ke kantin sebentar, mau nitip nggak?”

“Heh iya boleh lah aku nitip Teh tante Gun”

“Oke, makanannya?”

“Tidak ah masih kenyang, apalagi masih pagi gini”

“Siap aku pergi bentar” aku segera memakai sepatu dan menuju kantin

(Koridor Sekolah, Pukul 09.30 WIB)

Di dalam hati aku merasa sangat lega karena terbebas dari suasana canggung itu tetapi saat kembali aku harus melakukan sesuatu.

"Yah nanti saja ketika sudah kembali” pikirku.

Jalan kaki ku sedari tadi melambat ketika memasuki area kantin belakang dan terhenti pada sebuah ruangan kotor dan lama “Gudang Sekolah”.

"Ada yang aneh dengan gudang ini " aku menatap tajam ruangan tak berpenghuni itu hingga sesuatu bergerak didalamnya. Ukuran tubuhnya seperti manusia meski hanya terlihat sebuah bayangan hitam, dalam keadaan itu tubuhku terkejut dan tidak merespon gerakan “Kenapa tidak bisa gerak sih?”

Semakin lama aku merasa bayangan makhluk itu semakin besar dan mendekati jendela yang tidak tertutup gorden.

Aku melihatnya…sebuah penampakan mahkluk hitam besar berdiri menatapku dengan mata merah menyala.

“Kalau begini aku pasti kerasukan, mending pergi saja” itu adalah rencanaku tetapi apa guna karena tubuhku tidak bisa di gerakkan

“Hei!” seseorang menepuk bahuku

“Hehhhhh, waaaaa” aku sangat terkejut hingga mengeluarkan air mata disaat berjongkok

“Tidak apa-apakan?” suara halus menanyaiku membuat aku berbalik badan dan melihat siapa yang berada dibelakangku hantu atau manusia

“I..iya aku tidak apa” ternyata seorang siswi perempuan dengan rambut panjang terurai tanpa menggunakan hijab berdiri di belakangku

“Haah ku kira hantu tadi” aku menghela nafas dan mengusap air mata agar tidak kelihatan seperti seorang pengecut

“Kamu melihatnya juga?” pertanyaan yang sering kudengar dari seseorang ketika aku melihat makhluk halus kembali di lontarkan oleh wanita itu

Aku tidak ingin membicarakan masalah makhluk halus bersama orang lain, karena dulu kata kakekku jika aku mengalami hal ghaib lebih baik disimpan sendiri dan jangan beritahu orang lain.

Pikirku alasannya hanya 2 yaitu jika aku menceritakan hal ghaib maka ia akan kembali padaku dan yang kedua jika aku menceritakan pada orang lain mereka pasti akan terlibat.

Tapi saat itu aku sadar melihat aura dari siswi itu sangat besar dan menyengat, seperti sebuah tekanan mengintimidasi.

Tubuh tinggi dengan kulit putih, rambut panjang semampai namun wajahnya sedikit murung seakan tidak memiliki kebahagiaan.

“Tidak…tidak apa-apa kok”

“Kau tidak melihatnya dengan jelas tapi aku melihat semua yang tidak terlihat dengan jelas”

“Ha?” perkataan barusan membuatku bingung

“Makhluk itu masih berdiri di gudang, ditambah ada makhluk lain yang bergentayangan di sekolah…seorang siswi dan anak kecil…mereka sering muncul”

“Lah kenapa malah bahas hal-hal serem sih” aku bicara pada diri sendiri

“Siapa namamu?” wanita itu bertanya padaku dengan raut muka seram

Aku lantas menjawab saja “Akbar…Akbar Ferdi…kau bisa memanggilku Ferdi”

“Ferdi ya…kau punya penunggu yang kuat” setelah mengetahui namaku dan mengatakan hal aneh ia pergi begitu saja menaiki tangga menyisakan pertanyaan besar untukku

“Anak aneh”

Kantin di sekolah ini ada dua tepatnya di Utara dan Selatan, kantin di Utara berdekatan dengan Koperasi serta bertemuan dengan gudang menyeramkan itu.

Sejak saat itu aku tidak pernah melintasi gudang sekolah sendirian dan jika ingin melintasinya aku mengajak teman atau bahkan memutar jalan agar tidak berhadapan dengan makhluk di dalam gudang sekolah.

Hari demi hari bukannya menjauhi tetapi aku malah penasaran mengingat hal-hal aneh sering terjadi padaku.

***

(Jum'at 13 Oktober 2017, SMA Negeri xx Palembang)

Senja menghampiri hari diiringi nyanyian angin menghembus meniup pepohonan, sekolah telah selesai sejak pukul 3 sore tapi aku masih berada disini.

Yah, aku latihan PMR untuk menghadapi lomba kedua di masa SMA, lomba pertamaku telah dilakukan pada bulan September lalu hasilnya sangat buruk benar-benar buruk.

Walau baru pertama kali lomba kami benar-benar tegang dan hanya mendapatkan juara harapan.

pPra juri begitu tegas dan menakutkan tidak menginginkan satupun kesalahan.

Tentu karena tugas Palang Merah adalah mengobati luka bukan menambah derita, aku semakin tertarik dalam ektrakulikuler ini.

Bukan hanya mempelajari Pertolongan Pertama saja tetapi disini aku belajar banyak tentang Kepemimpinan, Sejarah Dunia, Donor Darah, dan mendalami kegiatan Remaja Sehat Peduli Sesama.

“Satu…dua…tiga..angkat tandu rata-rata air”

Aku bertugas sebagai seorang Leader di dalam tim Penolong mungkin suaraku yang besar dan tegas atau kemampuan pertolonganku lebih baik dari teman-temanku membuat aku ditunjuk sebagai pemimpin.

Setelah mengobati pasien yang luka aku dan timku beranjak melewati setiap rintangan yang disiapkan, aku masih sangat ingat setiap rintangan itu.

Rintangan jalan sempit sebuah rintangan dimana aku dan timku harus melewati jalan kecil berbatu ditambah ukuran tandu yang lebih besar daripada jalan membuat rintangan ini cukup sulit.

“Turunkan tandu…bersiap untuk melewati rintangan Rawa-rawa”

Rintangan yang membuat pakaian kotor dimana aku dan timku berusaha melewati sebuah rawa-rawa dengan menyeret tandu dan pasien dari bawah.

Kotor, bau dan pengap itu adalah kesulitan di rintangan ini tetapi ini masih mudah di bandingkan rintangan selanjutnya.

“Huhhh gila capek juga” baru dua rintangan masih satu lagi

“Oke semua, kali ini yang paling berat dan tidak kita suka” walau kami mengatakan hal seperti itu nyatanya rasa senang sekaligus tegang yang kami rasakan seperti telah menunggu hal ini dari dulu

Rintangan danau atau air merupakan rintangan mengangkat korban dari satu sisi ke sisi lain dengan menyebrangi air.

Karena di sekolah tidak memiliki danau maka kami menggunakan Kolam bagian luar sekolah.

Sedikit demi sedikit kami memasuki kolam, dengan menggotong korban di bahu sungguh sesuatu yang paling berat.

Saat di tengah-tengah kolam air kolam sudah sampai ke dadaku ditambah beban korban yang berat tidak karuan membuatku ingin menyerah dan melepaskan tandu itu dari atas.

Tapi jika begitu korban akan tenggelam di kolam dengan ikatan self belt dan tidak bisa bergerak, aku tahu teman-temanku pun merasakan dingin di sekujur tubuh.

Karena air membasahi dan tandu yang terus-menerus bertambah berat sungguh penderitaan amat mendalam.

Semangat dan keinginan kami menyelesaikan rintangan ini lebih besar hingga kami berhasil melewatinya.

Rasa puas dan lelah menghampiri kami berlima kecuali Adrian hanya tidur tenang di atas tandu sementara kami merangkul beban berat badannya.

“Latihan sampai sini dulu saja besok kita lanjut lagi, besok ada rintangan tebing jadi siap-siap mental kalian” kata senior bernama Rizki

“Siap iya kak” jawab serentak seluruh anggota PMR kelas 10

***

(Koridor Sekolah Utara, SMA Negeri xx Palembang)

Latihan berat selesai dengan lancar rasa puas sekaligus lelah tak terhindarkan setelah ini aku ingin pulang, mandi dan membaringkan badan.

Sebelum itu aku dan teman-temanku harus membereskan setiap alat-alat latihan, waktu lama dibutuhkan karena alat latihan tidak sedikit serta meja dan bangku sekolah pun harus dikembalikan ke tempat.

“Harus cepat habis ini pulang lalu istirahat” kataku berjalan melintasi koridor sekolah sambil membawa bendera PMI dan tas P3K

Jalanku sedari tadi santai mendadak mempercepat ritme, sebuah firasat tidak enak terasa hingga aku sadar tempat yang kulewati adalah jalan menuju gudang sekolah.

Tidak punya banyak waktu dan lelah sudah membesar di seluruh tubuh mau tidak mau aku harus melewati koridor ini sendirian dengan keberanian.

“Tik…tik…tik…” suara mengganjal dari atas lantai aku menengok kearah tangga beberapa detik hingga aku memalingkan wajah

Suara apakah itu? Aku menebak jika itu adalah suara orang menuruni tangga sambil memukul pegangannya karena pegangan tangga terbuat dari besi atau ada seseorang di dalam kelas yang membunyikan sesuatu hingga suara terdengar hingga keluar.

Berpikir positif… cukup itu perlu aku lakukan sekarang karena semakin aku takut maka semakin senang pula setan untuk menganggu.

“Hahhhh” aku melanjutkan jalan dengan santai…sendirian…

”Braakkk!” suara benda jatuh mengejutkanku seperti sebuah pistol baru menembakan peluru rasa kejut tak terhingga membanjiri ku. Aku lari secepat kilat namun sebuah kejadian tak terduga…di dalam hidupku…menemui hal semacam ini...lagi.

Aku melihat hantu wanita dengan kepala hampir putus dimana terdapat dasi merah di lehernya…darah mengalir dari atas kepala hingga kakinya yang melayang di udara.

Kepalanya menunduk sementara tubuhnya menggantung di dinding koridor sekolah, saat itu aku menjadi patung bergerak tidak bisa mempunyai mulut tidak bisa bicara

“Allahu Akbar…Allahu Akbar” aku menyebut nama Allah di dalam hatiku

Aku terus melihat hantu wanita itu entah kenapa lama-kelamaan ia mendekat, bulu kudukku sudah tidak hanya berdiri tetapi siap lepas dari kulit. Kakiku lemas tak berdaya, aku berharap ada orang yang menolong,

“Apa itu? Kenapa aku melihat ini?” itulah saat pertama kali aku melihat hantu dengan jelas di sekolah

“Pergilah! Wahai Tuhan yang Maha Pengasih usirlah jiwa jahat yang berani menampakan diri…pergilah ke alammu wahai Jin” seorang wanita datang mengucapkan do’a mengusir hantu itu sambil memegang botol minum ia menyipratkan air ke arah hantu wanita

Aku hanya melihat aksinya diam tak dapat bicara hingga pikiranku kosong sepenuhnya, “Sadarlah!” wanita itu mengusapkan air ke wajahku hingga aku dapat sadar

Seketika aku tersadar hantu wanita itu sudah tidak ada lagi hanya ada siswi aneh yang kutemui waktu itu di depan gudang sekolah.

Serasa di dalam mimpi percaya tidak percaya ini adalah kejadian nyata pengalaman pertama bertemu mereka hingga menjadi lembar pertama untuk kehidupanku yang mulai berubah.

BAB I....SELESAI

Terpopuler

Comments

나의 햇살

나의 햇살

sama kyk aku tapi hanya kadang² yg dimimpiku menjadi kenyataan

2022-07-31

1

Winda Yunita

Winda Yunita

hai kam aku mampir ya . jangan lupa mampir di karya ku ya kak

2022-06-23

1

nath_e

nath_e

hai kak...sy mampir Krn penasaran..overall is ok cm sy mau nanya ini brp kata ya,kok panjang bgt?? sekedar saran kak klo bisa per bab min 500 kt aja biar pembaca nda bosan plus bisa kasih like lebih banyak itu jd keuntungan buat kita😁...ok ttp semangat yaa...sy kasih like n rate 5 biar semakin populer...

noted..sy nda minta kunjungan balasan yaa, Krn sebaiknya begitu Krn dukungan sesama author terkadang jd spam ke karya🙏

2022-05-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB I PERTEMUAN TAK TERDUGA
2 BAB II KUNCI UNTUK JAWABAN
3 BAB III GADIS BERDASI MERAH
4 BAB IV AWAL CERITA...?
5 BAB V PERTENGAHAN...
6 BAB VI AKHIR CERITA....?
7 BAB VII "AWAL DAN AKHIR...?"
8 BAB VIII LOMBA!
9 BAB IX AKHIR BARU !!!
10 BAB X LOMBA, UJIAN, LIBURAN 1
11 BAB XI CERITA DI PANTAI PASIR PUTIH
12 BAB XII PULANG
13 BAB XIII PULANG 2
14 BAB XIV PERMULAAN
15 BAB XV PERMULAAN 2
16 BAB XVI OPINI....
17 BAB XVII CERITA KETIGA DAN TANGGAPAN
18 BAB XVIII TIDAK BIASA
19 BAB XIX PERSIAPAN
20 BAB XX PERSIAPAN SORE
21 BAB XXI PERSIAPAN MALAM
22 BAB XXII KETIDAK PATUHAN
23 BAB XXIII PENGIKUT
24 BAB XXIV PENGIKUT 2
25 BAB XXV PENGIKUT 3
26 BAB XXVI APA ARTINYA….?
27 SELING 1
28 BAB XXVII CHETAH SD
29 BAB XXVIII PERTEMUAN MALAM
30 BAB XXIX TANGGUNG JAWAB 1
31 BAB XXX MURID BARU ITU TERNYATA TAHU
32 BAB XXXI MURID BARU ITU TERLALU JAUH
33 BAB XXXII CERITA KE-EMPAT DAN TANGGAPAN
34 BAB XXXIII TERKEJUT MELIHAT NYA ADALAH HAL BIASA
35 BAB XXXIV DUNIA LAIN ADALAH SATU TEMPAT YANG SAMA
36 SELING 2
37 SELING 3
38 BAB XXXV TERGESA GESA ADALAH SIFAT MANUSIA
39 BAB XXXVI AYAH DAN ANAK SEHARUSNYA AKUR
40 PENGUMUMAN
41 BAB XXXVII KATA-KATA TERAKHIR ADALAH SEBUAH PERMINTAAN
42 BAB XXXVIII DATANGNYA BADAI
43 BAB XXXIX MANUSIA YANG MELAWAN HUKUM ALAM
44 BAB XXXX MANUSIA TAK BISA MELAWAN HUKUM ALAM
45 BAB 41 SETELAH BADAI ADALAH KETENANGAN
46 SELING 4
47 SELING 5
48 BAB 42 KERETAKAN ADALAH SEBUAH AWAL
49 BAB 43 PERMINTAAN MAAF ATAU NIAT TERSEMBUNYI?
50 BAB 44 LAMPU ADALAH CAHAYA PENTING DALAM KEHIDUPAN
51 SELING 6
52 BAB 45 CERITA KELIMA DAN TANGGAPAN
53 BAB 46 LIBURAN ADALAH SALAH SATU CARA MENGHILANGKAN STRES?
54 BAB 47 RUMAH TUA 1
55 SELING 7
56 SELING 7,5
57 RUMAH TUA 2
58 RUMAH TUA 3
59 TAHUN BARU 2023
60 RUMAH TUA 4
61 RUMAH TUA 5
62 RUMAH TUA 6
63 RUMAH TUA 7
64 PENGUMUMAN RAMADHAN 1444H
65 SELING 8
66 RUMAH TUA 8
67 RUMAH TUA 9
68 RUMAH TUA 10
69 SELAMAT TAHUN BARU 2024
Episodes

Updated 69 Episodes

1
BAB I PERTEMUAN TAK TERDUGA
2
BAB II KUNCI UNTUK JAWABAN
3
BAB III GADIS BERDASI MERAH
4
BAB IV AWAL CERITA...?
5
BAB V PERTENGAHAN...
6
BAB VI AKHIR CERITA....?
7
BAB VII "AWAL DAN AKHIR...?"
8
BAB VIII LOMBA!
9
BAB IX AKHIR BARU !!!
10
BAB X LOMBA, UJIAN, LIBURAN 1
11
BAB XI CERITA DI PANTAI PASIR PUTIH
12
BAB XII PULANG
13
BAB XIII PULANG 2
14
BAB XIV PERMULAAN
15
BAB XV PERMULAAN 2
16
BAB XVI OPINI....
17
BAB XVII CERITA KETIGA DAN TANGGAPAN
18
BAB XVIII TIDAK BIASA
19
BAB XIX PERSIAPAN
20
BAB XX PERSIAPAN SORE
21
BAB XXI PERSIAPAN MALAM
22
BAB XXII KETIDAK PATUHAN
23
BAB XXIII PENGIKUT
24
BAB XXIV PENGIKUT 2
25
BAB XXV PENGIKUT 3
26
BAB XXVI APA ARTINYA….?
27
SELING 1
28
BAB XXVII CHETAH SD
29
BAB XXVIII PERTEMUAN MALAM
30
BAB XXIX TANGGUNG JAWAB 1
31
BAB XXX MURID BARU ITU TERNYATA TAHU
32
BAB XXXI MURID BARU ITU TERLALU JAUH
33
BAB XXXII CERITA KE-EMPAT DAN TANGGAPAN
34
BAB XXXIII TERKEJUT MELIHAT NYA ADALAH HAL BIASA
35
BAB XXXIV DUNIA LAIN ADALAH SATU TEMPAT YANG SAMA
36
SELING 2
37
SELING 3
38
BAB XXXV TERGESA GESA ADALAH SIFAT MANUSIA
39
BAB XXXVI AYAH DAN ANAK SEHARUSNYA AKUR
40
PENGUMUMAN
41
BAB XXXVII KATA-KATA TERAKHIR ADALAH SEBUAH PERMINTAAN
42
BAB XXXVIII DATANGNYA BADAI
43
BAB XXXIX MANUSIA YANG MELAWAN HUKUM ALAM
44
BAB XXXX MANUSIA TAK BISA MELAWAN HUKUM ALAM
45
BAB 41 SETELAH BADAI ADALAH KETENANGAN
46
SELING 4
47
SELING 5
48
BAB 42 KERETAKAN ADALAH SEBUAH AWAL
49
BAB 43 PERMINTAAN MAAF ATAU NIAT TERSEMBUNYI?
50
BAB 44 LAMPU ADALAH CAHAYA PENTING DALAM KEHIDUPAN
51
SELING 6
52
BAB 45 CERITA KELIMA DAN TANGGAPAN
53
BAB 46 LIBURAN ADALAH SALAH SATU CARA MENGHILANGKAN STRES?
54
BAB 47 RUMAH TUA 1
55
SELING 7
56
SELING 7,5
57
RUMAH TUA 2
58
RUMAH TUA 3
59
TAHUN BARU 2023
60
RUMAH TUA 4
61
RUMAH TUA 5
62
RUMAH TUA 6
63
RUMAH TUA 7
64
PENGUMUMAN RAMADHAN 1444H
65
SELING 8
66
RUMAH TUA 8
67
RUMAH TUA 9
68
RUMAH TUA 10
69
SELAMAT TAHUN BARU 2024

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!