Ketika guru belum masuk ke kelas Keila dan teman-temannya sedang asyik bercanda gurau dan bercerita banyak hal.
“Terima kasih Kei ini pulpennya” Dina meletakkan di meja.
“iya” kata Keila tanpa melihat ke arah Dina.
Beberapa menit kemudian Keila mencari pulpen yang di pinjam Dina “pulpennya lu letak di mana Din?” Tanya Keila.
“Di meja Sisi” Dina
“Sisi, lu ada lihat pulpenku si mejamu” Keila yang masih terus melihat di bawah meja.
“Tidak” Jawab Sisi singkat terkesan malas menjawab.
“Yakin diletak situ?” tanya Keila ke Dina lagi.
“Iyalah. Seharusnya langsung lu ambil saja Kei agar tidak hilang.” Bentak Dina.
Dina pun ikut membantu Keila mencari pulpennya.
“Kok lu yang jadi marah sih. Enggak sadar diri banget syukur di pinjamkan.” Ucap Keila tanpa sadar.
Deg.. detak jantung Keila. Ketika sadar dengab perkataannya yang kasar.
“Berpikirlah berulang kali untuk mengatakan sesuatu hal agar kau tidak menyesal nantinya.”
“Kok lu jadi meeendahkanku sih Kei Hikz..Hikz” Dina sudah menangis. "Baru pinjam pulpen doang"
Teman-teman yang lain hanya melihat kami yang sedang berdebat tanla berpihak ke siapa pun.
Guru masuk ke kelas karena mendengar suara tangisan dan perdebatan kami yang cukup kuat.
"Ada apa ini” tanya buk Guru.
“Dina dan Keila bertengkar buk” salah satu teman sekelas Keila menjawab.
“Dina, Keila maju ke depan” Perintah Bu Guru.
“Dina kenapa kamu menangis?”
“Keila bilang Dina tidak tau diri karena sudah meminjam pulpennya”
“Kenapa kamu berbicara kasar seperti itu Keila!”
“Maaf buk Keila salah.. Hikz..hikz” Keila juga ikut menangis.
“Sekarang pulpennya mana?”
“Tadi sudah Dina letak di meja dan Keila juga sudah tau. Tapi sekarang hilang”
"Ada yang melihat pulpennya Keila" Bu Guru bertanya dengan murid yang lainnya.
“Pulpennya yang ini ya” Sisi menunjukkan pulpen di tangannya.
“Iya yang itu” jawab Dina sedangkan Keila hanya melihat dan masih terus menangis sesenggukan karena ia sangat menyesal dengan perkataannya ke Dina.
“Bukannya tadi sudahku tanya denganmu” Batin Keila namun tidak bisa mengatakan apa yang saat ini ingin diutarakannya.
“Balikkan ke Keila. Kamu dapat dari mana?”
“Sisi jumpa di bawah Buk. Kirai tidak ada yang punya jadi saya ambil”
“Hei seharusnya kau tidak mengambil sesuatu yang bukan milikmu”
“Pulpennya kan sudah di dapat. Sekarang bersalaman dan jangan bertengkar lagi. Sudah Keila jangan menangis lagi. Ibu harap ini jadi pelajaran buat kamu untuk tidak merendahkan orang lain lagi.”
Keila mengangguk.
“Eh... tunggu bukannya Sisi harus minta maaf ke kami juga” Batin Keila.
“Saat mulut tak bisa berucap! keadilan pun tidak akan pernah ada”
Keila dan Dina di suruh duduk kembali. Sedangkan murid yang lain pada mengejek Keila pelit dan sombong. Bahkan anak laki-laki yang disukai Keila pun mengejeknya.
Keila sangat kesal dan muak melihat Sisi yang saat ini mendekati Dina dan menyuruh Dina bersabar. Padahal apa yang terjadi saat ini karena Sisi yang senang sekali mengambil milik orang lain namun selalu membuat tampang bodoh seakan-akan ia tidak bersalah.
Ia juga kesal dengan Bu guru yang tidak menanyakan Sisi secara mendetail dan tuntas. Bukannya Itu juga cara agar Sisi bisa berubah untuk tidak melakukan hal yang sama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments