To My Youth
Aku baik-baik saja itu yang selalu aku katakan kepada diri sendiri. Menghipnotis diri agar mau menerima kenyataan bahwa inilah hidupku dan aku harus melaluinya walaupun banyaknya jarum yang membuatku selalu terluka dikala melaluinya.
Aku anak yang cengeng itu yang mereka katakan ketika mereka mengingat aku belasan tahun yang lalu. Tapi tidak dengan sekarang, mereka heran ketika aku menangis tanpa bisa berhenti sebelum rasa sakit didadaku hilang. Karena sosokku yang sekarang sangat dingin dan jarang tersenyum, itu sebabnya ketika aku menangis mereka heran dan akan cepat lupa kapan terakhir aku pernah menangis.
Aku pikir tidak ada seseorang yang baik-baik saja bahkan ketika mereka melempar senyum yang menawan sekalipun. Tapi setidaknya mereka masih bisa tersenyum dan aku bersyukur atas itu.
Bohong kalau aku tidak menginginkan cinta yang tulus dari satu orang yang aku harapkan dapat mencintaiku tanpa melihat keadaan keluargaku dan juga kekuranganku. Namun sampai sekarang aku tidak pernah mendapatkannya.
Aku merasa aku adalah wanita yang lemah dengan segala beban yang mereka tumpuhkan ke pundakku dan aku juga wanita yang mudah lelah dengan semua mimpi yang ingin aku gapai namun tidak pernah sampai.
Kenapa kalian tidak pernah bertanya apa yang aku rasakan.
Apa kalian tau, aku juga ingin menikmati masa mudaku seperti anak-anak lainnya, aku ingin seperti kamu dan mereka yang bisa menghabiskan waktu untuk menikmati indahnya dunia.
Tapi aku tidak mampu untuk menuntut banyak hal dari kedua orang tuaku. bahkan aku juga tidak mampu menyisihkan uang gajiku untuk kesenanganku sendiri. Saat ini untuk bisa melihat mereka bahagia saja aku sudah bersyukur.
...----------------...
KEILA NAURA DAANII
Pendiam, dingin, sabar, dan tidak mudah jatuh cinta. Ia anak terakhir dari 3 orang bersaudara, kakak pertamanya Kirana Aira Daanii, dan kakak keduanya Keenan Akbar Daanii. Dan Ia berasal dari keluarga yang biasa saja.
Keila menghabiskan waktunya hanya di rumah bahkan ketika kedua orang tua dan saudaranya pada pergi ia akan menjaga rumah sendiri. Sampai ia selalu berkata rumahku istanaku.
Dulu Keila bukanlah wanita yang dingin hanya saja keadaan yang membuatnya berubah dan susah menyukai siapa pun.
Saat itu Keila masih SD namun banyak sekali luka yang di goreskan padanya. Mungkin bagi kalian itu biasa saja tapi tidak untuk Keila, karena itu sangat menyakitkan ketika tidak pernah di dengar dan hanya bisa diam menerima sumuanya dengan ikhlas.
“Keilaaaa” panggil Oma.
Cepat-cepat berlari “Iya oma” berdiri tepat di depan Omanya.
“Kau belum membersihkan taman? Oma sudah bilang kalau kesini bantu meringankan kerja atau kau tidak ingin membantu Oma yang sudah tua ini ” Bentak Oma Keila.
“Tadi sudah Kei bersihkan Oma” menggenggam kedua tangannya di depan.
“Mana yang di bersihkan, lihat itu sampah masih berserakan” menunjuk dedaunan dan sampah yang berserak.
“itu karena daunnya jatuh lagi dan mereka juga membuangnya lagi” menunjuk.
“Jangan suka menuduh orang lain apalagi yang kamu tuduh itu adik dan kakak sepupumu sendiri. Ingat orang tua kalian itu saudara sekandung.”
“Biar Kei bersihkan lagi” berjalan mengambil sapu.
“Entah siapa yang kau ikut sifat pemalasmu itu.”
“Bukannya setiap manusia mendapat hak yang sama? Terus kenapa hanya aku yang bekerja sedangkan mereka asyik bermain.”
Di sekolah Kei bukanlah murid yang pintar tapi juga bukan murid yang bodoh, hanya murid yang biasa saja.
“Mau masukkan pulpennya?” tanya Sisi “iya” ingin berbalik. “Sini aku saja” menampung tangannya.” Oooh Ok.. terima kasih Si” Keila memberi pulpennya.
Sampai di rumah saat ingin mengerjakan tugas Keila mencari pulpen yang di masukkan Sisi namun tidak menemukannya.
“Kak pinjam pulpen dong”
“enggak ada” masih asyik dengan urusannya menonton Tv “Sebentar saja. Pulpen Kei sepertinya jatuh di jalan”
“bising!” melemparkan bantal sampai mengenai wajah Keila.
“Pelit banget” langsung pergi.
Tok..tok..tok membuka pintu kamar “Mas pinjam pulpen dong” tersenyum dengan suara manja.
“Punyamu ke mana?”
“Sepertinya jatuh di jalan, padahal tadi sudah di masukkan Sisi”
Memberikan Pulpennya “ini sudah yang ke seribu kalinya ya”
“Iya hehe” langsung berlari ke kamar.
Keesokan harinya.
Keila memang anak yang tidak telaten mengenai barang kepunyaannya.
“Sisi, Semalam kau masukkan ke mana pulpennya”
“Di tas mu lah” Ketus Sisi.
“Tapi tidak ada”
“Jadi kau menuduh aku yang mengambilnya” Bentak Sisi.
“Tidak.. hanya...! Lupakan saja deh sepertinya terjatuh!”
Keila malas sekali berdebat dan memperbesar masalah sepele seperti itu toh tidak ada untungnya yang ada malah akan menimbulkan permusuhan. Karena itu Keila memilih diam dan melupakannya, Keila berharap Sisi tidak berbohong hanya karena satu pulpen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Antye Chaca
dukung aku juga ya ka, like dan favoritenya jangan lupa 🤗
2022-02-17
0
eka
Good
2021-04-03
0
Fiah
😊
2021-04-01
0