-Kita memang wajib untuk berusaha dengan keras, namun kita tidak bisa menuntut hasilnya dengan sangat maksimal. Kita memang sudah berencana dari awal, namun hasil akhirnya adalah sang pencipta yang tahu-
Monica turun dari taksi online yang ia naiki dari cafe Jetski. Dia membayar ongkosnya lalu masuk kedalam rumah papa Darwin dengan membawa senyuman yang sedari tadi dia kembangkan saat dicafe. Tapi senyum manis itu tidak bertahan lama, ketika kakinya melangkah lambat ketempat orangtuanya.
Diruang tamu Papa Darwin dan Mama Magantha sedang membicarakan hal serius yang membuat hati Monica terbakar emosi karena perkataan mereka. Saat Monica masuk Papa Darwin menatapnya dengan penuh amarah, dia berdiri dari duduknya dan menarik paksa tangan Monica hingga terjatuh kelantai yang membuat mulut Monica mencium kasar keramik rumahnya. Monica yang diperlakukan seperti itu hanya diam dan menambahkan tingkat kesabarannya kepada Tuan Darwin, Papa tirinya. Sedangkan Mama Magantha tidak bisa membantu atau menegur tindakan suaminya, karena Magantha dilarang berkomentar dan ditahan oleh tangan Papa Darwin yang memegang tangannya erat.
“ Apa yang kau lakukan kepada Tuan Sebastian Sachdev? ”
Cih ternyata kalian lebih menyayangi dirinya daripada putri malang ini. Luar biasa memang benar kata orang, kalau tahta dan harta sudah membuat mata kalian buta. Hingga anak sendiri yang diperlukan seperti apa kalian tidak menanyakan kabarnya? Apakah aku baik baik saja? Atau aku terluka, tersakiti, dan tertindas atau tertekan oleh ucapannya?
“ Apa yang kau lakukan kepada Tuan Muda Sachdev, sehingga berakibat buruk kepada perusahaan papamu Monica? ” Mama Magantha melihat kebawah, dimana sang putri malang terjatuh membentur keramik lantai. Dia tidak pernah merasa iba kepada Monica, karena yang dipikirannya adalah uang, uang dan kedudukan. Dia hanya menganggap bahwa Monica adalah alat untuk melancarkan semua keinginannya yang selama ini dia impikan.
“ Aku tidak melakukan sesuatu yang membuat perusahaan papa menjadi buruk. ” Monica menjawab datar dan berdiri hendak pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
“ Siapa yang menyuruhmu berdiri Monica? Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu yang membuat perusahaanku kehilangan para investor besar! ” Dia menarik paksa tangan Monica untuk duduk disofa tamu, yang membuat Monica harus menuruti semua perintah dari papa tirinya ini. Setelah mereka duduk, papanya mulai menjelaskan secara detail kenapa perusahaannya harus kehilangan para investor besar, Monica yang mendengar isi penjelasan papanya mulai tersulut emosi karena ulah dari orang yang membuat perusahaan papa Darwin kehilangan investor besar.
“ Jadi aku harus bagaimana supaya perusahaan papa kembali stabil? ”
” Kau harus menemui Tuan Sachdev hari ini dihotel Garuda jam 7 malam nanti! ”
Kenapa aku harus dipertemukan kembali dengan laki laki dingin itu, mendengar namanya saja sudah membuat mood ku jadi jelek. Apalagi dengan bertemu langsung, bisa bisa hariku akan sial terus berada didekatnya.
“ Baiklah aku akan pergi kehotel itu,
dan membuat perusahaan papa kembali stabil! ” Monica berdiri dan melangkah masuk ke kamarnya. Dia tidak habis fikir oleh sikap lelaki dingin itu, ya suami kontraknya. Karena masalah kecil yang dia lakukan bisa berakibat buruk terhadap keluarganya, dengan mengandalkan kekuasaan dan kedudukan orang akan mudah membuat lawannya jatuh bertekuk lutut.
“ Kau jangan membuat masalah lagi karena keabaianmu, kami semua yang akan menuai hasil tindakanmu! ”
Tidak ingin mendengar atau menjawab Monica mempercepat langkah kakinya untuk sampai kekamar, membuka pintu dan membantingnya sekuat tenaga yang dia punya. Hingga suara pintu yang keras terdengar nyaring ditelinga semua penghuni rumah hanya menatap kesedihannya seperti kesenangan belaka.
Aku tak tahu harus berbuat apa? Aku ingin pergi jauh sejauh mungkin, tapi kemana?
Tolong bantu aku mencari jawabannya, komohon!
Monica mendudukkan dirinya didepan meja rias, menatap wajahnya yang dingin dan sedatar tembok. Mencoba untuk tersenyum walau hati dilanda bencana, mengelus pipi yang semakin hari semakin kaku untuk tersenyum cerah. Meratapi kesedihan yang semakin hari membuatnya semakin terpuruk. Anak pembawa sial, anak tak tau diuntung, anak yang menyusahkan dan anak yang kurangnya belaian kasih dari seorang ayah dan seorang ibu. Meski dia sudah mempunyai keluarga lengkap, tapi tidak menutupi kesedihan yang selama ini dia rasakan.
Aku muak aku benci dengan semua ini, takdir macam apa yang kau berikan tuhan?
Kenapa tidak ada sedikit secercah harapan
untukku merasakan apa itu bahagia?
“ Hiks....hiks...hiks...”
Dikamar ini kamar yang berukuran tidak kecil dan tidak besar tapi setidaknya membuat Monica nyaman melepas beban yang dia pikul kemanapun dia pergi. Monica mulai menangis, melepas semua rasa yang membuat dadanya sesak. Melupakan semua kejadian yang membuat hatinya senang. Untuk sekarang dia hanya ingin meluapkan tangisan ini yang mungkin tidak bisa dia tahan saat mereka menginjak harga dirinya.
Tuhan, aku percaya bahwa takdirku akan lebih baik setelah kau mengirimkan beribu cobaan untukku. Tapi salahkah aku meminta sedikit
kebahagian untuk singgah kedalam kehidupanku yang tidak berwarna ini, salahkah aku meminta hak yang seharusnya itu menjadi titik dari jawaban ujian yang kau berikan. Aku tidak tahu arah mana yang kau tujukan sehingga membuatku merasakan sakit yang dalam.
Monica terus menangis sejadi-jadinya, meluapkan kesedihan yang bercampur satu dengan kemarahan. Hanya satu cara yang membuatnya tenang kembali, dia bangkit dari depan meja rias dan menghapus kasar air mata yang terus membekas dipipi mulusnya. Mencari sesuatu untuk digunakan, membuka semua laci yang tertata rapi menghiasi meja riasnya. Membuka satu persatu dan ketemu, mengambil zat yang terkandung didalam benda yang ada digenggam tangannya. Memasukan benda itu kedalam saluran pencernaan makanan dan menelannya dengan menggunakan air yang berada diatas nakas. Detik kemudian Monica kembali berwajah datar dan beraura dingin, tidak seperti Monica yang beberapa menit lalu memancarkan aura kesedihannya. Tenang adalah sifat yang paling dia suka, hingga bencana yang ada dimata tetap akan rendah didalam fikirannya. Tidak pernah terfikirkan hidup seperti ini sebelumnya, hingga yang menjadi lawannya menggangap orang dengan santai dan sifat tenangnya.
Beginilah kisahku tidak ada tawa, tidak ada senyuman dan tidak ada kebahagian sedikit pun yang berani untuk singgah di kehidupanku.
Tapi aku harus kuat menjalani semua ini hingga aku menemukan sedikit celah untuk kebahagian. Diam bukan berarti lemah tapi diam adalah caraku untuk membuktikan seberapa besar orang yang aku lawan, seberapa bahaya yang akan kuhadapi dan seberapa kuatnya cobaan yang mampu untuk bertahan disisi hidupku.
“ Kadang yang dilihat belum tentu kebenarannya, dan yang benar pasti jelas kenyataannya. Semoga pilihanku akan mencerminkan setetes harapan besar, bukan ketakutan yang membuatku semakin bersalah. ”
Jadikan setiap peristiwa mu sebagai pelajaran penting, agar dikemudian harinya kamu tidak akan salah langkah untuk memulai yang baru.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍
orang tua somplak kyk e
2021-05-31
0
🍃🌻 Imazz 🌻🍃
5 like untukmu...👍❤️
2021-03-31
0
Yani Maria Hadiansyah Yani
sabar ya Monica kasian banget nasib nya
2021-03-20
1