-Apa yang paling tidak bisa aku lupakan, kadang merupakan hal yang tidak bisa untuk kumiliki-
Hanya pernikahan bodoh ini
yang bisa menyelamatkan hubungan
ku dengan Sherina. Jika aku menolaknya
maka, aku akan kehilangan fasilitas dan
jabatan CEO yang dijanjikan papa.
Aku akan menjelaskannya kepada Sherina, setelah aku mendapatkan perusahaan papa yang terkenal itu. Aku akan berjanji kepada mu
Sherina, bahwa aku akan memperlakukan
nya dengan tidak baik.
Emosi Tian memuncak, ia terduduk
paksa. Menatap sepasang manusia, yang
sudah membuat moodnya hari ini tidak baik. Ada ketidakadilan. Ada kemarahan yang
membabi buta. Ada sesuatu yang membara
hasrat primitif untuk membalas dendam.
Tapi ia tidak melakukan nya, karena akan
ia balas kepada wanita yang akan menikah
dengan dirinya.
Kau yang membuatku membenci dirimu
maka jangan salahkan aku jika aku bersikap
kejam terhadap dirimu. Kau yang memulai permainan ini, maka aku akan membalasnya
dengan caraku sendiri. Aku akan membuatmu
seperti wanita yang tidak ada harga dirinya.
Aku akan membuat dirimu hina di mata Keluargaku. Sampai kau meminta agar aku melepaskan dirimu.
Pernikahan akan dilakukan pada akhir bulan
ini. Terhitung dari sekarang hanya satu minggu
lagi. Tian hanya diam dan mendengarkan setiap kalimat yang terlontar dari mulut sang papa. Dia tidak bisa menggungat ataupun menuntut setiap kalimat yang diucapkan.
Toh kalau dia menuntut, akan berimbas pada dirinya.
“ Nak, papa mohon kamu jangan menolak pernikahan ini!! ” Tuan besar memohon kepada anak laki-lakinya, Tian.
Tapi tidak terdengar seperti memohon lebih
tepatnya perintah untuk tidak menolak
rencana pernikahan ini.
“ Baiklah, aku akan menikahinya. ”
Kalimat yang seharusnya terdengar untuk Sherina, tapi dilontarkan kepada gadis penebus
hutang ayahnya. Bukankah dia bisa mendapatkan nilai yang tinggi, karena mengucapkan kalimat itu kepada wanita lain selain kekasihnya. Dia anak tertua di keluarga ini, jadi dia harus sedikit berkorban untuk mencapai tujuannya. Hanya dengan cara ini dia bisa mendapatkan sesuatu yang paling diimpikan nya.
- - -
Monica masih melamun didepan balkon
menatap burung burung yang bebas untuk terbang kemana saja. Jika dia seperti hewan
itu, maka hidupnya akan sangat bahagia. Yang
bebas kemana pergi tanpa adanya perantara.
“ Permisi nona, nyonya Magantha memanggil anda untuk turun ke bawah. ”
Pelayan rumah itu masuk kedalam kamar Monica. Yang kebetulan kamarnya tidak ditutup dan tidak dikunci.
“ Ada apa? ” Monica bertanya tanpa memalingkan wajah kepada pelayan, ia masih setia menatap para kawanan burung yang hilir mudik kekanan dan kekiri. Sungguh indahnya ciptaan tuhan, yang menciptakan burung dengan sangat cantik dan penuh dengan kebebasan.
“ Saya kurang tahu nona. Silahkan turun, kalau
tidak tuan dan nyonya akan marah besar! ”
Monica menapaki anak tangga. Di ruang tamu dia melihat tuan Darwin dan nyonya Magantha sedang tertawa senang. Sungguh senang sekali hidup mereka, bisa tertawa lepas. Sedangkan dia jangankan tertawa, berbicara pun enggan. Mereka berhenti tertawa saat Monica sudah sampai di hadapan mereka. Lantas dia pun bertanya kenapa mereka memanggilnya dan menyuruhnya untuk berdandan.
“ Ada apa mama memanggilku? ”
Monica menatap bola mata mama dengan penuh selidik.
“ Sayang, kamu sudah siap. Sekarang pergilah ke Jetski Cafe dan temui calon suamimu! ”
Magantha tidak menjawab pertanyaan Monica
dia menyuruh Monica untuk menemui calon suaminya.
Lagian kenapa pakai acara ketemuan juga
sih nikah ya nikah. Kagak usah pakai acara yang begituan juga. “ Baiklah ma, pa. Monica pamit dulu. ”
“ Jaga sikap dan nama keluargamu Monica. ”
Monica tidak menjawab apa yang papa Darwin katakan. Dia lebih memilih untuk cepat pergi dari sana, ketimbang berlama lama berada pada dimensi itu.
Monica menyetop taksi yang berlalu
lalang di depan rumahnya. Dia tidak mau
memakai mobil papa Darwin, karena lebih
tenang kalau dia pergi sendiri tanpa
adanya pengawasan. Dia memasuki mobil
dan mengucapkan alamat tujuannya
kepada sopir taksi.
Apa yang harus aku persiapkan, jika aku
bertemu dengan lelaki dingin itu.
Banyak rumor yang mengatakan jika salah berbicara maka akan dapat hukuman yang tidak masuk akal.
Dan parahnya lagi dia akan menindas lawan bicaranya di depan semua orang. Terlalu bahaya jika berlama lama dekat dengan nya.
Tapi aku tidak boleh takut, aku harus berani menghadapi semua ujian ini. Karena dengan cara ini aku bisa bebas dari pria tua bangka itu
Pikiran Monica traveling kemana mana, membayangkan kalau dirinya ditindas habis oleh calon suaminya. Sungguh malang sekali
jika dia mendapatkan perlakuan seperti itu dari calon suami nya.
- - -
Sebastian Sachdev Rendra nama calon suaminya. Seorang CEO yang sangat dihormati dan ditakuti didunia bisnis. Dia merupakan CEO yang terkenal karena kekejamannya pada lawan bisnisnya, yang berani bermain licik dengannya.
Dalam satu kedipan mata, dia bisa membuat perusahaan hancur serata tanah. Bisa membuat si kaya menjadi si miskin. Tapi sangat bodoh dalam dunia percintaan.
“ Kita sudah sampai Nona, silahkan turun! ”
Monica terbangun dari lamunannya saat sopir taksi memanggil untuk turun. Dia membayar ongkos taksi dan keluar dari dalam mobil berwarna biru itu. Monica berusaha untuk tidak gugup dan cemas. Dia berjalan masuk ke dalam cafe yang terlihat seperti restoran kelas atas.
Monica memasuki sebuah ruangan, yang sudah dikatakan oleh mamanya. Ia ingin bertanya tapi tidak ada seorangpun yang berada di dalam ruangan itu. Ia memilih memikirkan cara untuk menghadapi calon suaminya. Sepanjang hidupnya, ia berlari dari semua yang baik dan pantas. Lalu mencari cara untuk memperbaiki keadaan yang tak kunjung diperolehnya. Kondisi yang membosankan ini berlangsung terus menerus dan sesekali diselingi oleh keadaan senang yang menyedihkan. Ia sudah menghancurkan sesuatu yang paling indah. Dan sekarang, saat ia berusaha untuk mendapatkan nya kembali,
yah dia mengacaukan kesempatan baik itu lagi.
Mungkin takdir sedang bermain main dengan dirinya.
Ia memejamkan mata, lalu menggosok dengan perlahan. Perutnya mulai bergemuruh. Lapar, pikirnya. Karena sebelum datang kesini, dia belum memasukan apa apa kedalam perutnya.
Gemuruh di perutnya bertambah keras ingin makan, tapi dia lupa membawa uang lebih.
Uangnya cukup untuk ongkos pergi dan pulang saja. Jika memakainya, maka dia akan berjalan kaki sejauh tujuh ratus meter menuju rumahnya.
Bagaimana ini. Kenapa dia lama sekali?
Apakah dia tidak tahu aku menunggunya Berjam jam, seperti orang mati kelaparan.
Jika dia tidak datang juga, lebih baik aku pulang saja. Daripada menunggu seseorang tanpa adanya kepastian. Lebih baik aku kekampus menghilangkan rasa cemas yang sedang bersarang di dalam tubuh ku.
Setelah memikirkan sebab dan akibatnya, dia memilih sabar dan diam. Menunggu kedatangan calon suaminya yang entah berapa jam lagi akan sampai.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Fitri Ani
kasian bgt ya si monica
2021-08-18
0
Alfino Sripendowo
salam knl tor dariku yg ada dilmpng timur
2021-06-13
0
safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍
lanjut blm ngeh🤭🤭
2021-05-30
1