"Aku sampai tadi siang mas."
Hanin menundukkan wajahnya malu.
"Kenapa kau malu, apa karena kerudungmu? Santai saja, mau pakai atau tidak, Kau masih terlihat sama." Ucap pria itu, kemudian berlalu menaiki anak tangga, menuju lantai atas.
Hanin terdiam menatap punggung pria yang telah menghilang dari pandangan matanya. Gadis itu berusaha mencerna ucapan Kenan.
"Apa maksudnya terlihat sama? Apa sama-sama tak menarik? Entahlah." Hanin membatin.
Gadis itu kembali meminum air yang tadi tak sempat dinikmatinya. Menaruh gelas, kemudian berlalu menuju kamarnya kembali.
"Tok, tok, tok." Suara ketukan pintu membangunkan Hanin dari tidur singkatnya.
Gadis itu terkejut karena ketiduran setelah menunaikan ibadahnya tadi, bahkan dia belum sempat melepaskan mukenah dari kepalanya.
"Ada apa bik?" Tanya Hanin setelah membuka pintu kamarnya. Namun dia sedikit terperanjat, karena orang yang berdiri di depan pintu bukanlah bik Yem, melainkan suaminya Kenan. Terlihat, pria itu mengernyitkan keningnya.
"Bik Yem sudah pulang, aku ada acara dengan Nesya. Kau makanlah, setelah itu bereskan makan malamnya, aku tidak suka melihat makanan terbuang percuma." Ucap pria itu, kemudian berjalan menuju sofa ruang tamu.
Hanin mengekor di belakang sang suami, mengambilkan sepatu casual yang berwarana coklat muda, menaruhnya disamping kaki Kenan.
Pria itu menunduk, memakai sepatunya. Meski Kenan terkesan cuek, namun dia tak pernah menolak pelayanan Hanin. Mulai dari baju kerja hingga urusan perutnya, pria itu memang tak pernah protes dengan apapun yang disiapkan oleh gadis itu. Karena memang selera Hanin sesuai dengan dirinya.
Setelah siap dengan sepatunya, pria itu berjalan menuju pintu. Dia terus berlalu tanpa menoleh pada gadis yang mengekorinya.
Setelah Kenan pergi menggunakan mobil lamborghini berwarna merah, gadis itu baru menutup kembali pintu rumah.
Dia mendudukkan dirinya di sofa, menarik nafas panjang beberapa kali. Berusaha menata hatinya yang terasa perih, setiap kali mendengar suaminya menyebut nama Nesya, sahabat Hanin sendiri.
"Ya Allah, tolong bentengi hatiku, jangan biarkan jatuh terlalu dalam pada pesona pria itu." Do'anya dalam hati.
***
Kenan keluar dari kamar mandi, dia berjalan menuju ruang ganti. Terlihat baju dan sepatu kerja sudah ada di atas meja kecil. Bertanda kalau Hanin sudah menyiapkan sebelumnya.
Pria itu segera bersiap, mengenakan pakaiannya satu-persatu. Hingga memastikan kalau dirinya sudah perfect dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian berjalan keluar kamar. Tujuannya adalah ruang makan.
Kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, mencari seseorang. Namun, orang itu tak kunjung terlihat.
"Nona Hanin sudah pergi tuan, katanya hari ini adalah hari ulang tahun cafenya." Bik Yem datang dari arah belakang, membuat pria itu sedikit terkejut.
"Kenan, nggak cari dia bik."
Pria itu berusaha terlihat cool. Dan wanita paruh baya tadi terlihat tersenyum kecil, entah apa yang tengah dipikirkannya.
Kenan mendudukkan dirinya, menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh bik Yem.
Dan, waktupun berlalu. Kenan terlihat masih berkutat dengan laporan yang menumpuk di atas meja kerja. Konsentrasinya buyar saat mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk." Ucap pria itu setengah kesal.
"Hai, sayang." Seorang wanita muncul dari balik pintu. Memakai rok pendek dan tank top bertali satu. Tak lupa, sepatu high heels yang menambah kesan jenjang pada kaki seksinya.
"Kenapa kau tidak mengabari kalau mau kesini?" Kenan masih terlihat kesal.
"Lo, kamu kok gitu sih. Aku sengaja kesini buat kasih kamu kejutan."
Nesya berjalan mendekat kearah Kenan. Gadis itu terlihat sedih karena merasa sang kekasih menolak kehadirannya.
"Bukan gitu Nes, aku lagi stres dengan semua ini." Ucap Kenan, sambil menunjuk kearah berkas yang menumpuk di hadapannya.
"Sayang, kamu kan bos. Ngapain kamu ngerjain ini sendiri. Suruh aja Berryl, Kan gampang." Nesya berucap sambil memijat bahu kekasihnya.
"Nggak segampang itu, semua sudah ada bagiannya masing-masing. Tumben kamu kesini. Kenapa, apa uang shoppingmu habis?" Kenan ingin mempercepat obrolannya.
"Ih, sayang. Emangnya kamu pikir aku kesini hanya mau minta uangmu?." Nesya tersinggung.
"Bukan gitu, aku hanya lagi sibuk. Cepat katakan apa maumu!" Kenan menarik kekasihnya supaya duduk dipangkuannya. Dan perlakuannya membuat Nesya kembali tersenyum.
"Aku mau ngajak kamu malam malam di cafe miliknya Hanin. Hari ini Anniversary yang ke 2 cafe itu, kemaren Hanin mengundangku. Nggak enak dong, kalau aku nggak datang. " Nesya memainkan jarinya didada sang pacar.
"Maaf, aku nggak punya waktu untuk itu. Malam ini aku lembur, pergilah sendiri." Kenan menolak ajakan sang kekasih.
"Please... dong sayang, ikut yah. Nggak ada media kok, Hanin hanya mengundang teman-teman sama karyawannya aja." Nesya masih berusaha membujuk.
"Nes, aku sibuk. Kamu kan liat sendiri." Tolak Kenan lagi.
Nesya berdiri, kemudian berjalan menuju pintu keluar. Terlihat kekesalan di wajahnya.
"Aku bisa aja pergi sendiri, hanya saja aku nggak suka kalau jadi obat nyamuknya Hanin. Hari ini Sakala, mantan kekasihnya Hanin juga datang kesana." Ucap Nesya, kemudian menghilang di balik pintu.
Kenan terdiam, mendengar ucapan kekasihnya.
Pria itu memanggil Berryl melalui interkom yang ada dimejanya.
Tak lama terdengar ketukan dari luar. Pria yang di panggil masuk keruangan bosnya.
"Iya tuan." Berryl menunduk hormat.
"Ber, apa malam ini kita ada undangan pesta?
"Kalau dari rekan bisnis, tidak ada tuan. Tapi tadi siang nona Hanin menelpon, beliau mengundang kita untuk makan malam di cafe milik nona. Tapi saya sudah menolaknya tuan." Jawab Berryl panjang lebar.
"Kenapa kau menolak tanpa bertanya kepadaku terlebih dahulu?" Kenan terlihat tidak suka.
"Maaf tuan, saya hanya menjalankan perintah yang anda ucapkan setahun yang lalu. Waktu itu nona Hanin juga mengundang kita pada acara yang sama. Tuan mengatakan pada saya, kalau saya harus menolak semua undangan tak penting dari nona." Jawab pria itu lagi.
"Terkadang aku benci dengan daya ingatmu yang super itu, cepat selesaikan pekerjaanmu. Dan hubungi Nesya, bilang kalau aku akan pergi dengannya ke cafe gadis itu."
Berryl mengangguk, kemudian berlalu menuju ruangannya. Pria itu mulai berpikir kalau ada yang aneh dengan bosnya.
***
Terlihat taman belakang Cafe yang bernama
C&C cafe itu sudah terhias indah, ada lampu kerlap-kerlip yang melingkar dibeberapa pohon. Tatanan meja panjang, yang berhiaskan lilin-lilin kecil juga sudah tersedia. Ada juga bunga berwarna-warni bergantungan menambah kesan romantisnya pesta ini.
Acara cafe ini bertema pesta barbeque.
Ada daging sapi, ayam, aneka seafood dan beberapa sosis juga sudah terletak diatas meja tepat disanping pembakaran.
Hanin, sudah terlihat menyambut beberapa tamunya. Yang tak lain adalah teman-temannya dan beberapa orang pengunjung setia cafe yang beruntung lewat undian yang diadakan Hanin beberapa hari sebelumnya.
Hanin, terlihat sangat cantik malam ini, dia mengenakan dres motif berwarna cream, dipadukan dengan pashmina polos pink dusty, membuat kesan casual, namun tetap terkesan feminim pada gadis itu.
"Selamat ya Hanin." Seorang pria sudah berdiri dibelakang gadis itu.
Hanin menoleh, kemudian menyunggingkan senyum indahnya.
"Makasih mas, nggak nyangka kalau mas benar-benar datang." Ucap Hanin pada pria itu.
Dan pria itu adalah Sakala, pria yang ingin memiliki Hanin kembali.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
hiatus
ada yg bakalan cemburu ini wkwkwkkk
2021-08-13
0
Pertiwi Tiwi
Kenan aja yg tolol .istriya gak mau minta uang sama dia.giliran Meyda yg setatusya cuma pacar .malah ngabisin uang kenan
2021-08-04
0
Dinda Kharisma
waaahhh bakal ada yg ngebul nih....
berharap hanin f bawa pergi sm sakala...biar tau rasa tuh s detektif conan..
kan ada lagu nya..KALAU SUDAH TIADA BARU TERASA...🤭🤭🤭
2021-08-01
0