Hanin terlihat tengah sibuk membereskan beberapa barang yang akan dibawanya pulang ke kampung halaman.
Ini adalah pertama kalinya gadis itu kembali kekampungnya, setelah dia bergelar sebagai istri dari Albert kenan alfarizi.
Selama 2 tahun ini, gadis itu tak punya keberanian untuk pulang ke daerah asalnya. Karena statusnya yang tiba-tiba menikah dengan seorang pengusaha sukses. Tentu menjadi buah bibir yang hangat bagi warga dikampungnya. Apalagi ketika dia pulang hanya seorang diri tanpa membawa serta sang suami, sudah pasti menjadi santapan lezat bagi para penggosip.
Tapi, Hanin sudah menyiapkan mentalnya saat ini. Dia memutuskan akan menerima segala bentuk cemoohan yang akan diterimanya. Karena, dia tak punya nyali meminta Kenan, suaminya untuk menemani pulang kekampung halamannya.
"Ehm, ehm." Deheman seeorang pria mengejutkan Hanin. Gadis itu menoleh. Dan ternyata, sang suami telah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Mana tiketmu?" Kenan bertanya.
Hanin mengernyit heran. Kenapa Kenan meminta tiketnya. Namun, tanpa berani berkomentar gadis itu tetap mengambil tiket kereta api dari tasnya, kemudian menyerahkan pada sang suami.
Kenan menerimanya, melihat-lihat sebentar. Lalu, "kret, kret, kret" pria itu menyobek tiket yang dipegangnya.
"Lo, kenapa di sobek mas?" Hanin spontan bersuara.
Pria itu menoleh, memandang mata Hanin tajam, membuat gadis itu segera menundukkan kepalanya, menyembunyikan degupan jantung yang akan selalu bertalu saat mata pria itu mengarah padanya.
"Aku tidak mau orang lain bergosip tentangmu. Bagaimanapun keadaan pernikahan kita, kau tetap membawa nama baikku. Kalau kau pulang menggunakan kereta api, orang akan bergosip kalau aku tidak mampu membelikanmu tiket pesawat." kenan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
"Ini tiket dan kartu ATM untukmu. Nomor pinnya, hari ulang tahun oma. Belilah kado pernikahan yang mahal buat sepupumu, dan juga belilah oleh-oleh buat semua anggota keluargamu yang lain."
Lanjut pria itu lagi. Dia menaruh tiket dan kartu ATM dari sebuah bank swasta, di atas lemari yang terletak disamping pintu. kemudian, berlalu naik kelantai atas tanpa menunggu jawaban dari Hanindya.
Hanin hanya terpaku, baru kali ini kenan berbicara banyak kepadanya, selama ini mereka hanya sekedar saling sapa. Hanin meraih tiket dan kartu hebat itu.
Selama Hanin menjadi istri Kenan, dia belum pernah menerima uang lebih dari pria itu. Bukan karena Kenan tak memberinya, hanya saja gadis itu yang tidak ingin menerima uang suaminya, Karena dia merasa tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri, maka dia tidak mau menerima hak lebih yang diberikan Kenan.
Dia selalu memenuhi kebutuhannya sendiri dari usaha Cafe kecilnya.
***
"Baik nona, saya akan sampaikan kepada tuan."
terlihat seorang pria memutuskan sambungan telfonnya. Lalu memasukkan benda pintar itu kedalam kantong celananya.
"Tuan, nona Hanin sudah mendarat dikota S" Pria itu menyampaikan pesan pada atasannya.
"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut pria yang tengah sibuk melihat kearah komputer dihadapannya. Dan pria itu adalah Kenan.
Karena tak ada lagi tanggapan dari sang atasan. Berryl, sang asisten pribadi Kenan melangkah keluar. Berniat kembali keruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika sudah berada didepan pintu keluar.
"Ber, aku ingin kau menempatkan orangmu di sekitar gadis itu." Kenan mengalihkan matanya kearah Berryl.
"Apa tuan ingin memata-matai nona Hanin?" Berryl mengernyitkan kening kemudian melangkah kembali masuk kedalam ruangan.
"Bukan memata-matai, aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan benar."
Kenan menjelaskan.
"Baiklah tuan, akan saya laksanakan." Berryl mengangguk sopan.
"Satu lagi. Pusatkan pengawasan orangmu pada pria yang bernama Sakala. Dia adalah sepupu jauh dari gadis itu. Cari informasi tentang hubungan pribadinya dengan gadis itu beberapa tahun yang lalu. Dan jangan sampai ada yang terlewat." Lanjut kenan lagi.
Berryl kembali menoleh kepada tuannya, lalu mengangguk, mengiyakan.
"Ada apa dengan tuan Kenan, bukankah selama ini dia tidak peduli dengan nona Hanin? Apa jangan-jangan..." Berryl berucap dalam hati.
Pria itu melanjutkan langkah kembali keruangannya. Dia segera mengambil benda pintar dari kantong celananya, menelpon seseorang. Guna melaksanakan perintah sang atasan.
Hanin sampai dirumah orang tuanya pukul 5 sore. Karena perjalanan dari bandara kerumahnya masih memakan waktu 3 jam perjalanan.
Setelah beramah-tamah dengan keluarga. Hanin mengistirahatkan tubuhnya dikamar yang dulu ditempatinya ketika masih tinggal dikampung.
"Tok, tok, tok." Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Hanin tentang masa lalunya.
"Masuk!" Hanin membuka suara.
"Mbak, ada tamu nyariin mbak diluar." ucap seorang gadis belia yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Namanya Hazira, gadis itu adalah adik Hanin satu-satunya.
"Siapa dek?" Hanin bertanya.
"Kejutan katanya mbak, jadi liat aja sendiri." Hazira tersenyum usil. Kemudian berlalu meninggalkan Hanin dengan rasa penasarannya.
Gadis itu berdiri. Memakai kembali jilbab instannya. Kemudian, berjalan menuju ruang tamu.
Langkah Hanin seketika terhenti saat melihat siapa tamu yang datang menemuinya.
"Hanin, gimana kabarnya nak?" Seorang perempuan paruh baya menghampiri Hanin. Dan merangkul gadis itu kepelukannya.
"Alhamdulillah baik bukde," Hanin membalas pelukan saudara sepupu dari ayahnya itu.
"Bukde sendiri gimana, sehat?" Lanjut Hanin.
Wanita paruh baya yang bernama Nunik itu hanya mengangguk. Terlihat sedikit genangan bening dimatanya. Selain sepupu dari ayahnya. Wanita itu, dulunya adalah calon mertuanya Hanin, ibu dari sakala. Kekasih Hanin beberapa yang tahun lalu.
"Assalamualaikum" Suara dari seorang pria mengurai pelukan kedua wanita tadi.
Mereka menoleh kearah pintu.
Terlihat seorang pria tampan, yang tengah menggendong seorang anak perempuan kecil, tengah berdiri didepan pintu. Dia adalah Sakala suharta. Sepupu jauh, sekaligus mantan kekasih Hanin.
Mata Hanin berpusat ke arah pria itu. Namun hanya sesaat, gadis itu segera menunduk. Berusaha menjaga pandangannya.
"Gimana kabarnya Hanin? Setelah sekian lama, akhirnya kau kembali juga." Sakala menyapa.
"Alhamdulillah sehat mas."
Hanin terseyum. Matanya beralih pada gadis kecil dalam gendongan.
"Hai gadis cantik, namanya siapa?" Hanin berjalan mendekat kearah sakala. Membelai pelan lengan gadis kecil itu.
Gadis itu hanya terdiam, dia menyembunyikan wajahnya Kedada sang ayah.
"Kenapa malu sayang, ini tante Hanin. Saudaranya ayah." Sakala memperkenalkan Hanin pada gadis yang berumur 3 tahun.
Gadis itu menoleh, dan tersenyum pada Hanin.
Terlihat keluarga itu berbincang dengan hangat.
Namun ditempat lain. Berryl baru menerima laporan dari anak buahnya yang mengabarkan tentang kedatangan Sakala kerumah Hanindya.
"Tuan, nona Hanin sampai dirumahnya pukul 5 sore. Saat ini pria yang bernama Sakala dan ibunya, tengah bertamu kerumah keluarga nona Hanin. Tapi, orang kita tidak bisa terlalu dekat, jadi dia tidak tau apa yang mereka bicarakan." Berryl menjelaskan.
Kenan hanya diam, pria itu menghisap rokoknya lebih dalam. Entah apa yang tengah dipikirkannya.
TBC
Mohon bantu vote, like dan komen ya readers. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Afria Susanti
siiiiii kenan mulai cemburu dengan sakala itu makany hanin di suruh matamatain
2023-07-20
0
Galuh Ajeng Candra Kirana
Kenan ujung " nya nanti marah sama Hanin.
2021-09-03
0
hiatus
semoga Hanin kembali sm sakala
2021-08-13
0