Terlihat Hanin tengah menggelar kasur kecil dilantai ruang tamu. Kasur itu disiapkannya untuk Berryl, asisten suaminya.
Setelah acara pesta tadi siang, mereka semua pulang kerumah orang tua Hanin.
Rumah dengan 3 kamar, namun masing-masing kamar sudah berpenghuni. Karena itu, jika mereka kedatangan tamu, dengan terpaksa harus menginab diruangan ini.
"Selamat istirahat asisten Berryl. Maaf, tempat tidur ini hanya seadanya." Hanin mempersilahkan asisten suaminya itu untuk melepas lelah.
"Terima kasih nona, ini sudah lebih dari cukup. Maaf, saya jadi merepotkan.anda." Berryl menunduk hormat.
"Tidak papa kok. Aku senag kalian datang kesini." Hanin tersenyum, kemudian berlalu menuju kamarnya.
Langkah gadis itu tercekat sesampainya di depan pintu kamarnya. Menarik nafas beberapa kali, berusaha menurunkan kegugupannya. Meski bukan yang pertama kali Hanin dan suaminya tidur sekamar. Namun, rasa gugup dalam diri gadis itu tetap masih ada.
Hanin membuka pintu, terlihat sang suami masih berkutat dengan laptobnya.
Gadis itu melangkah masuk, lalu menggelar kasur santai kecil di lantai, tepat disebelah ranjang.
"Mas, apa mas butuh sesuatu?"
Gadis itu bertanya, mencoba mengusir kecanggungan.
"Tidak." Hanya itu jawaban yang didengarnya.
"Maksudnya, aku sudah mau tidur. Apa mas tidak ada yang ingin aku sediakan? seperti air minum, makanan kecil atau..."
kalimat gadis itunterhenti saat melihat Kenan melotot kearahnya.
"Tidak." Jawaban telak sang suami.
"Oh, baiklah. Selamat malam."
Hanin segera merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis tadi. Menarik selimut hingga batas leher. Kemudian memiringkan tubuhnya, sengaja menghindari tatapan mematikan dari seorang Albert Kenan Alfarizi.
"Mas, bolehkah aku bertanya 1 hal lagi?"
Hanin memberanikan diri bertanya. Karena dari tadi siang hatinya sudah diselimuti dengan rasa penasaran.
" Cepat katakan, Pekerjaanku masih banyak."
Kenan menjawab tanpa menoleh. Mata pria itu masih setia dengan komputer kecil dihadapannya.
"Apa mas memang sudah berencana untuk datang kepesta Sekar dan mas Bram?"
"Maksudmu?" Kenan melirik Hanin.
"Maksudku, mas juga akan menghadiri pesta yang sama denganku. Kenapa mas diam saja ketika aku meminta ijin pulang. Bukankah lebih baik kita pulang bersama?" Ucap hanin lagi. Namun, kini gadis itu sudah mendudukkan kembali tubuhnya.
"Masalah pesta tadi, aku tidak tau kalau rekan bisnis yang mengundangku kepesta pernikahannya adalah calon suami sepupumu.
Lagi pula, kenapa kita harus pulang bersama, apa kau lupa dengan hubungan kita?" Kenan menghentikan ketikannya. Pria itu menatap Hanin serius.
Hanin tersentak mendengar jawaban telak dari suaminya. Gadis itu hanya terdiam. Mencoba memahami makna ucapan kalimat yang baru didengarnya.
"Hanindya Ningrum, aku akan mengingatkan kembali padamu, hubungan suami istri yang terjalin antara kita hanya tertulis di atas kertas. Jadi, kau pasti sudah tau kalau aku tidak mencintaimu, perasaanku masih sama. Bagiku kau tetap orang asing. Maka jangan mencoba memposisikan dirimu sebagai istriku." Kenan berucap dengan lantang.
Hanin masih terdiam. Suaranya tercekat di tenggorokan, hatinya perih.
"Dan tolong ingat ini. Aku akan segera menceraikanmu. Aku akan mencari waktu yang pas untuk bicara dengan omaku." Pria itu mengalihkan kembali matanya kearah laptop.
"Aku tau mas. Aku bertanya seperti tadi, bukan karena ingin memposisikan diriku sebagai istrimu. Aku hanya memikirkan perasaan ibuku. Alangkah bagusnya bila kita pulang bersama. Bukankah kita sudah sepakat akan menjadi pasangan bahagia didepan keluarga kita?"
Hanin kembali membaringkan tubuhnya, berusaha menyembunyikan air matanya yang sudah mulai menganak sungai.
"Bagus, semua ini akan tetap berjalan dengan lancar, jika antara kita tidak melibatkan perasaan. Maka dari itu, jangan lewati batasmu." Kenan kembali berucap.
"Baiklah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku tau dimana posisiku mas, dan aku akan menerima kapanpun mas mau menjatuhkan thalakmu kepadaku.. Setelah itu, aku akan pergi dengan ikhlas." Hanin melirik Kenan sekilas, dan memberi pria itu senyum cerah, seakan ingin membuktikan kalau hatinya baik-baik saja.
Pandangan mereka beradu, saling mencari kebenaran lewat mata masing-masing. Hingga Hanin memutuskan pandangan mereka.
"Sudah larut mas, selamat istirahat." Ucap gadis itu dengan mengepalkan tangannya dibalik selimut. Berusaha menyembunyikan hatinya yang hancur.
***
Di meja makan, terlihat 5 orang duduk dengan rapi, menyantap hidangan makan siang yang sudah tersaji di hadapan mereka.
"Sayang, kita berangkat sore ini ya." Kenan berucap disela suapannya."
"Mas, aku masih rindu dengan ibuk dan Hazira. Bolehkah aku tinggal disini 2 hari lagi. Lagi pula ada hal yang akan aku selesaikan dulu disini." Hanin berucap dengan sedikit senyuman manja.
Suapan Kenan terhenti. Pria itu cepat mengalihkan matanya kearah piring. Berusaha menghindari pandangan manja Hanin.
"Nduk, ndak boleh gitu. Kamu balik sama suami kamu aja, kapan-kapan ibu bisa berkunjung kerumah kalian." Ucap Anik, ibunya Hanin.
"Tidak apa-apa buk, saya ngerti kok. Hanin memang sudah lama tidak pulang. Jadi tidak heran, jika dia ingin tinggal lebih lama." Kenan berusaha terlihat pengertian.
"Makasih ya mas." Hanin membelai mesra lengan suaminya.
Ibu dan Hazira sangat bahagia menyaksikan kemesraan mereka, berbeda dengan sang asisten. Berryl sudah tau kalau majikan dan istrinya itu hanya sekedar berakting. Makanya pria itu terlihat tanpa ekpresi. Dia hanya fokus dengan makanan yang ada di piringnya.
...Di mata orang lain, mereka adalah pasangan...
harmonis. Tapi bagi Hanin, semua itu terasa beban berat baginya. Dia selalu merasa berdosa setiap kali berbohong di depan orang tuanya maupun di hadapan keluarga sang suami.
Sore harinya..
"Sayang, apa kau benar ingin tinggal beberapa hari lagi?" Kenan menggenggam tangan istrinya didepan pintu mobil.
"Iya mas, aku masih ada urusan disini. Nggak lama kok." Gadis itu tersenyum kearah Kenan.
"Baiklah, mas pasti merindukanmu sayang." Kenan menarik Hanin kepelukannya. Mencium lembut kening sang istri, gadis itu merasa ada ketulusan di dalam pelukan dan ciuman yang diberikan suaminya. Namun dia segera menepis pikiran anehnya itu.
"Ehm ehm. Maaf mbak, mas. Hazira masih dibawah umur lo." Adik Hanin memecah kemesraan 2 orang dihadapannya.
Semua orang terkekeh. Kenan berpamitan kepada mertua dan adik iparnya. Kemudian berlalu memggunakan mobil yang sudah disiapkan Berryl sebelumnya.
"Ber, suruh orangmu tetap stand by di samping gadis itu, laporkan setiap gerak geriknya, ikuti kemana dan siapa yang ditemuinya disini." Kenan memberi perintah pada sang asisten ketika mereka sudah duduk bangku pesawat.
"Baik tuan."
Berryl mengernyitkan dahinya sedikit. Pria itu melai merasa kalau perintah bosnya sudah seperti seorang suami yang dibutakan api cemburu. Tapi pria itu tak berani bertanya.
***
Waktu berjalan. Hanin sudah sampai ke kota J Tadi siang. Gadis itu saat ini tengah didapur, memasak makan malam bersama seorang asisten rumah tangga yang memang setiap hari datang bekerja ke rumah ini.
"Baiklah bik, setelah ini bibik tinggal hidangkan saja dimeja. Habis itu bibik boleh pulang. Nanti biar Hanin saja yang mencuci piringnya." Hanin berucap ramah pada sang asisten.
"Tidak papa non, bibik akan pulang setelah semuanya bersih."
Bik Yem menjawab. Wanita paruh baya itu merasa tidak enak pada sang majikan. Karena Hanin selama ini selalu membantu meringankan pekerjaannya.
"Ya udah, terserah bibik aja. Hanin tinggal kekamar dulu ya bik. Hanin mau mandi, bentar lagi sudah masuk waktu shalat Ashar."
Ucap gadis manis itu sambil mengukir sunyuman manisnya. Kemudian berlalu menuju kekamar.
Bik Yem menatap kagum punggung wanita yang telah hilang dibalik dinding penyekat dapur. Wanita paruh baya itu heran dengan sikap dingin tuan mudanya, kenapa hati sang tuan muda tidak bisa luluh atas sikap gadis selembut Hanin.
Bik Yem sudah mengenal kenan dari bangku sekolah dasar, dulu dia bekerja dirumah oma Rida, omanya Kenan. Namun semenjak sang tuan muda memutuskan hidup mandiri setelah menikah. Oma Rida, meminta Bik Yem untuk ikut pindah bekerja ke rumah baru Kenan. Karena bagi omanya hanya bik Yem yang bisa mengurus cucunya dengan baik.
Bik Yem sudah tau kelakuan buruk tuan mudanya dari dulu, dia sudah ratusan kali menasehati Kenan, yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Namun, tetap saja pria itu melakukan kesalahan yang sama. Harapannya sekarang hanyalah Hanin yang bisa membawa tuan mudanya kembali ke jalan yang benar, karena dia tau Hanin seribu kali lebih baik di bandingkan kekasih gelap Kenan. Nesya.
Lamunan bik Yem buyar saat mendengar suara bel berbunyi. Bertanda ada yang datang. Perempuan itu melangkah menuju ruang tamu, lalu membuka pintu.
"Tuan, kok sudah pulang?"
Bik Yem sedikit heran melihat sang majikan sudah berada di rumah ketika jam didinding baru menunjuk pukul 4 lewat sedikit.
"Pekerjaannya dilanjut dirumah aja bik." Kenan melangkah masuk. Pria itu mendudukkan dirinya di atas sofa.
"Bik, boleh minta tolong bikinin jus jeruk?" Lanjut Kenan lagi.
"Iya tuan. Tunggu bentar, bibik bikinin dulu." Bik Yem melangkah menuju dapur.
Tak lama, pesanan Kenan datang.
Pria itu terlihat tengah menikmati minumannya. Namun, pandangan matanya beralih ke arah pintu kamar yang berada di sebelah kirinya.
Terlihat seorang perempuan keluar dari dalam sana, perempuan itu melangkah menuju dapur. Namun ada yang berbeda dari gadis itu. Kalau biasanya Kenan selalu melihatnya mengenakan kerudung, namun tidak kali ini. Rambut lurus panjangnya tergerai indah, perempuan itu terlihat sangat berbeda.
"Cantik juga dia kalau tidak memakai tutup kepala. Aku pikir rambunya jelek, makanya dia tak berani membuka jilbabnya meskipun, sering sekamar denganku." Kenan membatin.
Matanya tetap mengikuti langkah gadis itu.
"Kapan kau sampai." Suara bariton Kenan mengagetkan Hanin yang tengah mengambil air minum. Hampir saja gadis itu menjatuhkan gelas yang dipegangnya.
Gadis itu terlihat bingung, mukanya merona. Dia merasa malu, karena ini pertama kalinya Kenan melihatnya tanpa penutup kepala.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
YS
ada apa dengan huruf "p" kau benci kah, laptop jadi labtob, menginap jd menginab, coba buka lagi kbbi nya.
2023-08-01
0
CrisV95.
2thn pernikahan bru kli ini liat tnpa jilbab,, wow 😮
2021-09-11
0
hiatus
sedih,jahat bnr sih Kenan nanti klo udh bucin baru tau rasa
2021-08-13
0