Rayna masih diam mengangkat telpon. Dia bingung mau jawab apa. Takutnya salah ucap dan malah menyinggung.
"Halo…Rayna, kau masih di sana ?"
"Iya, Kak. Aku mendengar Kakak bicara. Sebenarnya aku tidak bisa keluar hari ini. Banyak pekerjaan rumah yang belum aku selesaikan."
"Pekerjaan rumah apa itu, sampai malam belum selesai ? Gimana kalau aku bantu saja ?"
"Tidak perlu Kak. Aku bisa mengerjakannya sendiri."
"Hari Sabtu kan hari yang panjang. Luangkan waktu untuk menyenangkan dirimu sendiri. Kau juga butuh refreshing meskipun hanya keluar sebentar untuk jalan-jalan melihat jalanan atau lainnya."
Rayna kehabisan kata dan mulai merangkai kata-kata kebohongan lagi.
"Maaf Kak, aku merasa tidak enak badan."
"Ya sudah kalau begitu, semoga kau lekas sembuh. Berarti hari ini di rumah ya ?"
"Iya, Kak."
Darius menutup telpon, Rayna merasa tenang setelah pembicaraan mereka berakhir.
"Untunglah, alasanku yang terakhir tepat, jadi aku tidak perlu keluar dengannya malam ini. Meskipun sebenarnya aku ingin keluar juga menikmati udara di luar sana." gumam Rayna lalu meletakkan handphone ke meja.
Rayna kembali memutar musik dan mendengarkan sambil rebahan lagi.
Beberapa saat kemudian hari mulai gelap. Rayna duduk di teras bersama Arya melihat orang lalu lalang di jalanan.
"Kak, kita keluar yuk cari angin."
"Pengen ke mana sih, Dik ? Hari Sabtu gini jalanan padat, malas keluar. Macet dimana-mana."
"Aku hanya ingin jalan-jalan ke taman atau ke dermaga, Kak."
"Besok saja kita ke sana."
"Kalau besok sepi, Kak. Kalau hari ini rame."
Rayna menatap adiknya dengan rasa iba, karena pasti adiknya itu tidak tahan berada di rumah, tapi mau gimana lagi. Ia benci berada di tengah keramaian.
Beberapa saat kemudian ada motor sport berwarna hijau yang turun di depan rumah.
deg
Perasaan Rayna menjadi tidak enak menatap motor yang parkir di depannya itu. Apalagi setelah pengendara nya turun dan melepas helm, lalu berjalan masuk ke teras sambil tersenyum melihat ke arahnya.
"Kak Darius ???" Rayna seperti shock terapi melihat senyumnya.
"Bagaimana dia bisa tahu, rumah ini. Apa dia mengikuti ku,tapi kapan? Kenapa aku tidak pernah tahu dia menguntit ku. Atau dia punya mata-mata ya," tanya Rayna dalam hati.
"Kakak, ada teman mu datang. Kenapa Kakak diam saja ? Aku masuk ke dalam dulu Kak. Selamat malam mingguan." bisik Arya di telinga Rayna lalu masuk ke rumah memberikan waktu untuk Kakak cantiknya itu berdua dengan cowoknya.
"Arya, tunggu...jangan masuk. Temani Kakak dulu."
Arya tidak menoleh dan tetap pergi meninggalkan mereka berdua.
"Rayna..."
"Iya, Kak. Silahkan duduk. Kok bisa tahu rumahku ?"
"Iya, tahu saja. Tidak ada yang tidak bisa dicari, kecuali sesuatu yang tak kasat mata." Darius ikut duduk di kursi teras.
"Kau tidak ingin keluar ?"
"Kemana ?"
"Kemana saja...''
"Aku malas keluar di Hari Sabtu, Kak."
"Oh iya, kau tampak sehat. Sudah baikan ya ?"
"Aduh, ketahuan deh kalau aku bohong. Terus aku harus bilang apalagi. Haruskah aku bohong lagi untuk menutupi kebohongan lainnya," batin Rayna
"Sebentar aku ambilkan minum."
Rayna masuk ke rumah karena kehabisan kata untuk menolaknya, khususnya kehabisan kata bohong.
Dia masuk ke dapur dan mengambilkan dua gelas sirup leci lalu membawanya keluar.
prang
Suara gelas pecah dari ruang baca.
Rayna berjalan ke sana dan melihat orang tuanya yang beradu mulut lagi.
"Lagi-lagi terjadi adu mulut. Apa sebaiknya aku keluar saja dengan dia, aku benar-benar tidak tahan sekarang." keluh Rayna dalam hati.
Rayna menaruh nampan berisi dua gelas sirup ke meja di teras.
"Ayo Kak, diminum dulu."
Darius meminum sirupnya, lalu menaruh kembali gelasnya ke nampan.
Rayna tampak melamun setelah mendengar Ayah dan Ibu nya tadi dan terpikirkan akan menerima ajakan dari Darius.
"Rayna..."
Rayna masih melamun dan tidak mendengar panggilan.
ehm…ehm
Suara Darius pura-pura batuk.
"Rayna, kau mau tidak keluar sekarang ? Sebentar saja."
"Iya Kak."
"Kalau begitu kita keluar sekarang." Darius berdiri akan bergegas.
"Tunggu Kak, aku ganti baju dulu."
Rayna masuk ke rumah untuk berganti baju, lalu ia keluar lagi.
"Ayo berangkat."
Darius sudah berada di motornya. Rayna kemudian duduk di belakangnya, dan motor melaju.
Mereka berkeliling memutari kota Kediri, dan akhirnya turun di Simpang Lima Gumul. Setelah memarkir motor. Mereka melewati lorong yang terdapat foto sejarah tentang kota tahu ini di dinding, lalu naik ke atas melewati tangga menuju ke lantai tiga untuk melihat pemandangan dari atas.
"Rayna..."
Rambut panjang nya tertiup oleh angin yang kencang dan menutupi sebagian wajahnya, sehingga ia menyibakkan nya.
"Apakah aku tembak dia sekarang saja? Tapi sepertinya dia belum siap. Nanti dia malah kabur dariku jika aku katakan sekarang'' pikirnya dalam hati.
"Iya, Kak."
Rayna kelihatan tegang dan canggung.
"Jangan panggil aku begitu, panggil saja Mas atau Darius saja biar kita lebih akrab."
Darius berdiri si dekat Rayna. Mereka kemudian mengobrol. Dan merekapun menjadi lebih akrab dari sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Agus Irawan
Halo kak ruby salam
2021-05-28
0
Sis Fauzi
nice 👍 the best writer
2021-04-17
0
Yuuna
Semangat ya
2021-03-13
0