chapter 5: First day yang Memalukan

Aku bertanya pada Subuh yang menyapa,

sekuat apa diriku?

Apa aku sekuat batu karang?

Atau sekuat ombak saat Tsunami?

Namun, ketika Maghrib tiba,

ternyata diriku hanya sebatas titik dari kegelapan.

Lepas masa training (OJT) hari ini Alya harus mulai bekerja sendiri. Secara teori dia sudah paham betul karena otak cerdasnya selalu bisa di andalkan, tapi lihat nanti praktek nya dilapangan. hehe...

Selain itu sekarang dia sudah bisa beradaptasi dengan teman-temannya. Mengenal rekan kerjanya, dari Petugas tiketing armada (PTA), para driver, Pengawas Armada (PA), hingga petugas kebersihan yang dari awal masuk sudah ramah menyapa Alya.

Hari pertama kerja, Alya mendapat jadwal angkatan armada pertama. Dengan driver yang bernama pak Cahyo. Dia lega karena saat OJT kemarin sudah pernah bertemu. Menurut Alya dia driver yang asyik, seorang dangduters. Sehingga tak heran saat di dalam bis lagu wajibnya seputar lagu milik mbak via Vallen atau mbak Nella kharisma aselolay...tarik sist...Semongko.

Fokus di jalan, mondar-mandir meniketi penumpang, memastikan mereka sampai tujuan dengan selamat. Meneriakan nama halte penurunan terdekat, dengan suara lantang dan semangat empat lima.

" Halte Balaikota, yang mau transit ke Ungaran, Banyumanik, Sukun, Kariadi, Elisabeth, UNDIP, UNNES, Pundak payung, persiapan, barang bawaan jangan lupa, silahkan, terimakasih!!!"

Melempar senyum dan mengucapkan terimakasih, hati-hati di jalan, selalu Alya suguhkan. Para penumpang pun merasa senang saat naik dan turun, apalagi petugasnya semanis Alya Rahmawati.

Walaupun memakai masker, tetap saja Alya terlihat menawan. Karena pembawaannya yang riang gembira sepanjang masa.

Trip 1, trip 2, trip 3 berjalan mulus. Bertemu dengan banyak orang, dari berbagai kalangan dan profesi, silih berganti. Memang bis ini, menjadi unggulan kota Semarang. Melayani masyarakat agar dapat merasakan angkutan umum yang murah, nyaman dan aman.

Saatnya Alya jalan ditrip 4...senangnya dalam hati, satu trip terakhir, tinggal setor uang ke kasir dan pulang.

Tunggu dulu Rosalinda harimu belum berakhir...hehe...

...***...

Bertemu customernya di salah satu resto hotel di pusat kota. Gusti Agung Prasetyo terlihat sangat tampan. Menggunakan setelan casual, berupa atasan putih yang pas ditubuhnya dan celana panjang berwarna cokelat muda. Membuat tingkat ketampanannya meningkat 99%.

Sesekali dia terlihat tersenyum, saat menanggapi lawan bicaranya.

" Oke fix, kita lanjutkan kerjasama kita, sukses untuk perusahaan kita berdua, terimakasih Bapak Aldebaran Al Fahri sudah meluangkan waktu anda. Saya pamit undur diri." Berjabat tangan dengan rekan bisnisnya, mengakhiri pertemuan mereka.

Berjalan menuju parkiran dimana mobilnya berada. Dia memutuskan untuk kembali ke pabrik. Namun sayang ban mobilnya terlihat kempes. Kemungkinan ban bocor dan entah mengapa dia sedang malas kalau harus membawa ke bengkel. Merepotkan saja.

Melihat halte bis di depannya yang sangat ramai dia merasa tertarik untuk mencoba naik bis itu. Menelfon asistennya. Dia meminta di jemput di halte Kawasan Wijaya.

" Permisi mbak, saya mau ke arah Mangkang, mau turun di halte Kawasan Wijaya. Bis nya yang mana ya?" tanya Gusti pada petugas tiket.

" Oh...iya pak njenengan bisa naik koridor 1 arah mangkang, silahkan beli tiket dulu!"

" Berapa mbak tiketnya?"

" Tiga ribu lima ratus pak, eh mas..." (agak gugup karena dia sadar masnya gantengnya kebangetan saat membuka masker).

" Nunggunya berapa lama mbak?" tanya lagi.

" Sepuluh sampai lima belas menitan lagi mas." (tersenyum malu)

" Oke tiket satu mbak, (menyerahkan uang sepuluh ribu) kembaliannya buat mbaknya aja."

" Terimakasih banyak mas..." tersenyum ceria bagai pelangi yang menyinari dunia.

Andai semua penumpang kayak masnya, ganteng baik hati dan tidak sombong, hehe...

Duduk manis di kursi khusus koridor 1. Gusti mengamati sekitarnya, ramai, tapi mereka cukup tertib menaati social-distancing.

Sepuluh menit berlalu, armada yang ditunggu pun datang. Terdengar informasi tujuan armada dari salah satu petugas.

" Persiapan yang mau ke Mangkang, Krapyak, RS. Tugu, Kendal, Kaliwungu."

Gusti berdiri di pintu Keberangkatan seperti calon penumpang lainnya yang satu jurusan dengannya.

Bis besar berwarna biru dengan nomor lambung 1.009 merapat di halte Simpang lima. Setelah menurunkan penumpang di pintu kedatangan, bis berjalan maju pelan ke pintu Keberangkatan.

" Silahkan yang mau ke Mangkang, Krapyak, Rs. tugu, Kendal, Kaliwungu." mengulurkan tangannya dan membantu mengangkat anak kecil yang akan naik. Memastikan semua sudah masuk.

" Okee...." teriaknya memberi aba-aba jalan kepada driver bis.

Tercekat, atau lebih tepatnya terpesona...

" Gadis ini lagi? Apa wajahnya ada dimana-mana? Kebetulan yang aneh."

Gusti masuk dan mendapatkan tempat duduk dibelakang driver. Penumpang tidak begitu ramai mungkin hanya sekitar 15 orang.

Bis pun melaju dengan kecepatan sedang.

Menyisir jalan raya yang seakan tak pernah sepi. Berbelok dan mengerem dengan hati-hati. Sang driver terlihat lihai menyetir dan menikmati lagu yang aneh ditelingga Gusti.

Saat gerimis datang membasahi gaun merah ku

Yang engkau berikan untukku

Kini gaun merah ini hanya menjadi saksi bisu

saat kau tinggalkan diriku

Terbuai aku dalam mulut Maniani

Yang penuh dengan janji palsu,

seakan semuanya indah

Terpuruk aku di dalam lembah cinta

Yang membuat mataku buta

Karena diriku selama ini tak tau dirimu mendua....aaaaaa......

( Tittle: Gaun Merah by Kalia Siska)

Sementara itu Alya masih sibuk mondar mandir melayani penumpang naik turun dari halte sepanjang jalan. Sesekali Alya berdiri di samping pintu depan, dan tersenyum saat driver sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya, menikmati alunan lagu dan ikut bernyanyi.

Sampai saat ditikungan tugu, Alya berdiri berniat berjalan ketengah lagi. Untuk menginfokan halte selanjutnya. Tiba-tiba ada sepeda motor yang menyerobot dari arah kiri bis. Sontak membuat driver kaget membanting setir ke kanan. Beruntung driver masih bisa menguasai keadaan. Tetapi tidak untuk Alya.

Alya terhuyung, pertahanan kuda-kudanya tak mampu menyeimbangkan kakinya. Dan brukkkkk.....

Alya jatuh, terduduk di pangkuan Gusti.

Terpesona aku terpesona....

Waktu seakan berhenti berdetak, tatapan mata mereka bertemu. Hati Gusti mendadak jedak jeduk tak karuan. Dengan posisi mereka, sontak membuat naluri kelelakiannya meronta-ronta.

Karena kaget, Alya masih tidak sadar untuk segera bangun.

" Sampai kapan mbaknya mau duduk di pangkuan saya???" dengan mata menyeringai.

Tersadar Alya langsung berdiri. Sungguh malunya bukan main, rasanya dia ingin menghilang saja kalau bisa. Malu sama masnya dan juga malu sama penumpang yang lain.

Para penumpang pun terdengar tertawa dan ikut menikmati adegan itu.

Jangan tanyakan pak driver di depan, setelah berbuat kesalahan saat menyetir tadi, dia malah ikut tertawa terbahak-bahak melihat adegan Alya jatuh terduduk di pangkuan cowok ganteng. Bahkan tawanya yang paling keras.

Dasar driver durhakim, batin Alya.

Alya meminta maaf kepada laki-laki itu. Tentu dengan raut wajah menahan malu.

Gusti sendiri hanya mengangguk, dan mencoba menetralisir jantungnya yang dari tadi berdendang. Seakan dua ujung magnet yang saling tarik menarik. Gusti merasa hatinya mulai tertarik terhadap gadis manis itu.

Lamunannya buyar ketika mendengar gadis itu, berteriak lagi.

" Kawasan, kawasan!!!"

Gusti bangun dan berjalan mendekat, kini dia berdiri di samping Alya.

" Turun mbak"

" Iya mas (menunduk malu). Kawasan turun."

" Okeyyy...." jawab driver dengan nada menggoda.

Hisss...memalukan saja pak Cahyo ini. batin Alya menggerutu.

Shiiiiittttt.....chesss..chesss...cheeesss.....

Suara rem ber desit, bis pun merapat ke halte dengan sempurna.

Gusti pun turun, masih mencuri pandang terhadap Alya dia membatin.

Jika aku bertemu sekali lagi denganmu, aku anggap kita berjodoh. Dan aku akan berusaha untuk mendapatkan mu. Gadisku yang manis~Gusti

Pintu bis tertutup secara otomatis dengan perlahan. Mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

_

_

_

_

_

_

_

_

_

Like dan komen

biar aku semangat ☺️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

T.N

T.N

author jg fansnya mas Al ya 😁

2022-09-24

0

Intan Mariyam

Intan Mariyam

dari sampai sini baca tulisannya keren tapi sayang kok sedikit ya likenya

2021-09-06

4

Bara

Bara

seru

2021-09-03

0

lihat semua
Episodes
1 chapter : Rumah
2 chapter 2: Gara-gara Sambel Terasi
3 chapter 3: Awal mula jatuh cinta
4 chapter 4: On the Job Training
5 chapter 5: First day yang Memalukan
6 chapter 6: Masih tentang Malu
7 Chapter 7: Bidadari Surga
8 Chapter 8: Bibit Mucikari
9 Chapter 9: Dasar Mucikari
10 Chapter 10: Galau
11 Chapter 11: Trending Topik
12 Chapter 12: Visi dan Misi
13 Chapter 13: Musibah
14 Chapter 14: Fix Teman
15 Chapter 15: TTM
16 Chapter 16: Mantan Tergokil
17 Chapter 17: Bakso Beranak
18 Chapter 18: Mulut Tetangga
19 Chapter 19: Driver killer
20 Chapter 20: Skandal
21 Chapter 21: Ketiban Awu Anget
22 Chapter 22: Klarifikasi
23 Chapter 23: Game over
24 Chapter 24: On The Way Jauh, Pakai Helem!
25 Chapter 25: Negeri Di Atas Awan
26 Chapter 26: Telur Rebus Made in Sikidang
27 Chapter 27: Oleh-Oleh Fenomenal
28 Chapter 28: PAJERO
29 Chapter 29: Bukan Cinderella
30 Chapter 30: Pernikahan Mantan
31 Chapter 31: Penumpang 81
32 Chapter 32: Mengantar Pulang
33 Chapter 33: Permintaan Terakhir
34 Chapter 34: Sky Garden
35 Chapter 35: Tragedi
36 Chapter 36: Sindrom Bucin
37 Chapter 37: Berterimakasih
38 Chapter 38: Rutinitas Tanpa Batas
39 Chapter 39: Ngemil Ala Alya
40 Chapter 40: Cadangan Makanan
41 Chapter 41: Dipertemukan oleh takdir
42 Chapter 42: Rudi POV
43 Chapter 43: Greges
44 Chapter 44: Spesies Jaelangkung
45 Chapter 45: Penonton Kecewa
46 Chapter 46: Musyawarah dari Hati ke Hati
47 Chapter 47: JJS bersama Mas Rudi
48 Chapter 48: Pesawat milik Ibu Menteri
49 Chapter 49: Welcome to Maldives
50 Chapter 50: Bertemu Nemo
51 Chapter 51: Read the first word again!
52 Chapter 52: Laddu Singh
53 Chapter 53: Aroma tidak beres
54 Chapter 54: Birul Walidain
55 Chapter 55: Bertemu dengan Sengkuni
56 Chapter 56: Ambyar
57 Chapter 57: Lelah Lahir Batin
58 Chapter 58: Kekurangan Hormon Bahagia
59 Chapter 59: Kutunggu Jandamu!
60 Chapter 60: Bagaikan Layang-layang
61 Chapter 61: Wus Wus Hempaskan
62 Chapter 62: Jembatan Perdamaian
63 Chapter 63: Permohonan Maaf
64 Chapter 64: Fructophobia
65 Chapter 65: Istirahat
66 Chapter 66: Ujian Hidup
67 Chapter 67: Ujian Hidup 2
68 Chapter 68: Kamu Baik-baik Saja 'kan Al?
69 Chapter 69: Ketika Penumpang Adalah Raja
70 Chapter 70: Kewarasan Hati
71 Chapter 71: KAKAK
72 Chapter 72: Menginap
73 Chapter 73: Hadiah Ciuman
74 Chapter 74: Pil Pahit
75 Chapter 75: Hemodialisa
76 Chapter 76: Sling Back Heels
77 Chapter 77: Intensive Care Unit
78 Chapter 78: Simulasi ke KUA
79 Chapter 79: Terong-terongan
80 Chapter 80: Dia Milikku
81 Chapter 81: Sendiko dawuh
82 Chapter 82: Obat mujarab
83 Chapter 83: Mahar
84 Chapter 84: Cemburu
85 Chapter 85: Pasrah
86 Chapter 86: Takdir yang tidak bisa di tawar
87 Chapter 87: Prosesi Pemakaman
88 Chapter 88: Menghitung hari
89 Chapter 89: Detik-Detik Menuju Akad
90 Chapter 90: Ijab Qobul
91 Chapter 91: Batal Nikah
92 Chapter 92: Isi Kotak Biru
93 Chapter 93: Busway, i'm in love
94 Chapter 94: Senyum-senyum
95 Chapter 95: Wanita hebat
96 Chapter 96: Makan Malam
97 Chapter 97: PT. Asia Maju Abadi
98 Chapter 98: Badmood
99 Chapter 99: Cemburu
100 Chapter 100: Tawar Menawar
101 Chapter 101: Tiga huruf
102 Chapter 102: Malam Pertama
103 Chapter 103: Pengantin Baru
104 Chapter 104: Rombongan Pengantin
105 Chapter 105: Belajar Otodidak
106 Chapter 106: Serangan Fajar
107 Chapter 107: Memanjakan Diri
108 Chapter 108: Emosi
109 Chapter 109: Talk Less Do More
110 Chapter 110: Secuil Derita Kondiktur Cantik
111 Chapter 111: Touring Pabrik
112 Chapter 112: Melunasi Hutang
113 Chapter 113: Berpamitan
114 Chapter 114: Shimla, India
115 Chapter 115: Akhirnya keturutan
116 Chapter 116: The Medley
117 Chapter 117: Solang Valley
118 Chapter 118: Menunggang Yak sebelum pulang
119 Chapter 119: Perjuangan meraih dua cita-cita
120 Chapter 120: Loss dol, Kejar skripsi
121 Chapter 121: Pelor
122 Chapter 122: Ngebo
123 Chapter 123: Terlambat Pulang
124 Chapter 124: Tidak Ikhlas Dunia Akhirat
125 Chapter 124: Ancaman!
126 Chapter 125: Dongeng Sebelum Tidur
127 Chapter 126: Pamer Perut Buncit
128 Chapter 127: Sidang Skripsi
129 Chapter 128: Mitoni
130 Chapter 129: Akhir dari Sebuah Perjuangan
131 Chapter 130: Mamah Suket Papah Gedang
132 Chapter 131: Bumil Wisuda
133 Chapter 132: Hospital
134 Chapter 133: Selamat Menetas Baby!
135 Chapter 134: Suamiku yang Bucinnya Kebangetan!
136 Chapter 135: Korban Siraman Air Panas
137 Chapter 136: Rumahku, Surgaku
138 Chapter 137: Sesi Pemotretan
139 Chapter 138: Hari Pertama
140 Chapter 139: Bahagia Versi Sendiri
141 Chapter 140: One upon a time...
142 Chapter 141: Suara Hati Penulis
143 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 143 Episodes

1
chapter : Rumah
2
chapter 2: Gara-gara Sambel Terasi
3
chapter 3: Awal mula jatuh cinta
4
chapter 4: On the Job Training
5
chapter 5: First day yang Memalukan
6
chapter 6: Masih tentang Malu
7
Chapter 7: Bidadari Surga
8
Chapter 8: Bibit Mucikari
9
Chapter 9: Dasar Mucikari
10
Chapter 10: Galau
11
Chapter 11: Trending Topik
12
Chapter 12: Visi dan Misi
13
Chapter 13: Musibah
14
Chapter 14: Fix Teman
15
Chapter 15: TTM
16
Chapter 16: Mantan Tergokil
17
Chapter 17: Bakso Beranak
18
Chapter 18: Mulut Tetangga
19
Chapter 19: Driver killer
20
Chapter 20: Skandal
21
Chapter 21: Ketiban Awu Anget
22
Chapter 22: Klarifikasi
23
Chapter 23: Game over
24
Chapter 24: On The Way Jauh, Pakai Helem!
25
Chapter 25: Negeri Di Atas Awan
26
Chapter 26: Telur Rebus Made in Sikidang
27
Chapter 27: Oleh-Oleh Fenomenal
28
Chapter 28: PAJERO
29
Chapter 29: Bukan Cinderella
30
Chapter 30: Pernikahan Mantan
31
Chapter 31: Penumpang 81
32
Chapter 32: Mengantar Pulang
33
Chapter 33: Permintaan Terakhir
34
Chapter 34: Sky Garden
35
Chapter 35: Tragedi
36
Chapter 36: Sindrom Bucin
37
Chapter 37: Berterimakasih
38
Chapter 38: Rutinitas Tanpa Batas
39
Chapter 39: Ngemil Ala Alya
40
Chapter 40: Cadangan Makanan
41
Chapter 41: Dipertemukan oleh takdir
42
Chapter 42: Rudi POV
43
Chapter 43: Greges
44
Chapter 44: Spesies Jaelangkung
45
Chapter 45: Penonton Kecewa
46
Chapter 46: Musyawarah dari Hati ke Hati
47
Chapter 47: JJS bersama Mas Rudi
48
Chapter 48: Pesawat milik Ibu Menteri
49
Chapter 49: Welcome to Maldives
50
Chapter 50: Bertemu Nemo
51
Chapter 51: Read the first word again!
52
Chapter 52: Laddu Singh
53
Chapter 53: Aroma tidak beres
54
Chapter 54: Birul Walidain
55
Chapter 55: Bertemu dengan Sengkuni
56
Chapter 56: Ambyar
57
Chapter 57: Lelah Lahir Batin
58
Chapter 58: Kekurangan Hormon Bahagia
59
Chapter 59: Kutunggu Jandamu!
60
Chapter 60: Bagaikan Layang-layang
61
Chapter 61: Wus Wus Hempaskan
62
Chapter 62: Jembatan Perdamaian
63
Chapter 63: Permohonan Maaf
64
Chapter 64: Fructophobia
65
Chapter 65: Istirahat
66
Chapter 66: Ujian Hidup
67
Chapter 67: Ujian Hidup 2
68
Chapter 68: Kamu Baik-baik Saja 'kan Al?
69
Chapter 69: Ketika Penumpang Adalah Raja
70
Chapter 70: Kewarasan Hati
71
Chapter 71: KAKAK
72
Chapter 72: Menginap
73
Chapter 73: Hadiah Ciuman
74
Chapter 74: Pil Pahit
75
Chapter 75: Hemodialisa
76
Chapter 76: Sling Back Heels
77
Chapter 77: Intensive Care Unit
78
Chapter 78: Simulasi ke KUA
79
Chapter 79: Terong-terongan
80
Chapter 80: Dia Milikku
81
Chapter 81: Sendiko dawuh
82
Chapter 82: Obat mujarab
83
Chapter 83: Mahar
84
Chapter 84: Cemburu
85
Chapter 85: Pasrah
86
Chapter 86: Takdir yang tidak bisa di tawar
87
Chapter 87: Prosesi Pemakaman
88
Chapter 88: Menghitung hari
89
Chapter 89: Detik-Detik Menuju Akad
90
Chapter 90: Ijab Qobul
91
Chapter 91: Batal Nikah
92
Chapter 92: Isi Kotak Biru
93
Chapter 93: Busway, i'm in love
94
Chapter 94: Senyum-senyum
95
Chapter 95: Wanita hebat
96
Chapter 96: Makan Malam
97
Chapter 97: PT. Asia Maju Abadi
98
Chapter 98: Badmood
99
Chapter 99: Cemburu
100
Chapter 100: Tawar Menawar
101
Chapter 101: Tiga huruf
102
Chapter 102: Malam Pertama
103
Chapter 103: Pengantin Baru
104
Chapter 104: Rombongan Pengantin
105
Chapter 105: Belajar Otodidak
106
Chapter 106: Serangan Fajar
107
Chapter 107: Memanjakan Diri
108
Chapter 108: Emosi
109
Chapter 109: Talk Less Do More
110
Chapter 110: Secuil Derita Kondiktur Cantik
111
Chapter 111: Touring Pabrik
112
Chapter 112: Melunasi Hutang
113
Chapter 113: Berpamitan
114
Chapter 114: Shimla, India
115
Chapter 115: Akhirnya keturutan
116
Chapter 116: The Medley
117
Chapter 117: Solang Valley
118
Chapter 118: Menunggang Yak sebelum pulang
119
Chapter 119: Perjuangan meraih dua cita-cita
120
Chapter 120: Loss dol, Kejar skripsi
121
Chapter 121: Pelor
122
Chapter 122: Ngebo
123
Chapter 123: Terlambat Pulang
124
Chapter 124: Tidak Ikhlas Dunia Akhirat
125
Chapter 124: Ancaman!
126
Chapter 125: Dongeng Sebelum Tidur
127
Chapter 126: Pamer Perut Buncit
128
Chapter 127: Sidang Skripsi
129
Chapter 128: Mitoni
130
Chapter 129: Akhir dari Sebuah Perjuangan
131
Chapter 130: Mamah Suket Papah Gedang
132
Chapter 131: Bumil Wisuda
133
Chapter 132: Hospital
134
Chapter 133: Selamat Menetas Baby!
135
Chapter 134: Suamiku yang Bucinnya Kebangetan!
136
Chapter 135: Korban Siraman Air Panas
137
Chapter 136: Rumahku, Surgaku
138
Chapter 137: Sesi Pemotretan
139
Chapter 138: Hari Pertama
140
Chapter 139: Bahagia Versi Sendiri
141
Chapter 140: One upon a time...
142
Chapter 141: Suara Hati Penulis
143
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!