chapter 4: On the Job Training

Harus rela bangun jam tiga pagi, Alya mengawali harinya. Di saat semua orang masih terlelap dengan mimpi indahnya, Alya sudah bangun dan harus merasakan dinginnya air sumur.

Setelah berhasil lolos tes interview di PT. ARIN JAYA Semarang, hari ini Alya harus mengikuti OJT (On Job Training) selama satu bulan.

" Nduk, kamu beneran berani berangkat sendiri naik motor? Apa Bapak antar aja ya?"

Mengkhawatirkan putrinya, bapak Alya bangun dan duduk di ruang tengah ikut menemani Alya bersiap-siap.

Ibu Alya berjalan keluar dari dapur, setelah selesai membuatkan bekal Indomie goreng untuk Alya. Meletakkan kotak bekal itu dimeja kecil samping TV.

" Iya nduk, apa Ndak sebaiknya diantar Bapak saja? Masih petang hlo ini?"

" Bapak- Ibu ga usah khawatir, aku berani kog berangkat sendiri. Aku janji bakal hati-hati dan ga ngebut. Lagian kalau udah Tarhim juga pasti banyak bakul-bakul sayur yang kulakan di pasar, jalan raya pasti sudah ramai. Nanti aku mampir sholat subuh di Masjid Kaliwungu aja, soalnya jam lima aku harus udah sampai Terminal Mangkang."

Setelah meyakinkan Bapak-ibunya Alya berpamitan berangkat. Mencium kedua tangan orang tuanya, Alya meminta doa agar diberi keselamatan dan kelancaran. Berdiri di depan rumah kedua orang tua Alya memastikan anak gadisnya berangkat, Hati-hati dijalan nduk.

Mengendarai motor bebek Supra 125, Alya memacu kecepatan di kisaran 40-60 km/jam.

Melewati jalan raya yang masih sepi dan gelap, sesekali berpapasan dengan bakul-bakul sayur bermotor, di dalam hati Alya merapelkan doa, bukan hantu yang ditakutinya, tapi lebih takut pada manusia jahat. Begal misalnya.

...****...

Deretan angkutan Daihatsu kuning berjajar rapi. Begitu juga armada Bus Arin jaya sudah terparkir rapi di dekat halte di dalam terminal.

Para calo berteriak menyebutkan tujuan masing-masing angkutan kota, menawarkan kepada para penumpang yang lalu lalang mengejar waktu. Pedagang asongan dan penjual koran juga tak mau ketinggalan, mereka memulai mengais rejeki di pagi buta.

" Terboyo, Terboyo, Johar, Karang ayu....!!" teriak calo.

" Cangcimen, cangcimen, cangcimen...!!" teriak pedagang asongan.

" Koran, koran, Tribun, Suara Merdeka, komplit..!!" teriak penjual koran.

Mengingat arahan dari staf SDM kemarin setelah interview. Alya harus bertemu dengan mbak Septiana selaku koordinator lapangan untuk mendapat arahan OJT.

" Selamat pagi mbak, maaf perkenalkan saya Alya Rahmawati, saya yang akan OJT mulai hari ini." sapa Alya kepada seorang perempuan yang duduk di loker halte tersebut. Karena ini pengalaman Alya yang pertama, tentu saja Alya merasa gugup. Beruntung mbak Septiana sangat ramah dan langsung memperkenalkan Alya ke teman-teman yang lainnya.

Ada 14 petugas tiketing armada yang bertugas setiap shif nya. Setiap hari akan jalan 10 armada untuk pool Mangkang dan 10 armada dari pool Penggaron. Dan hari ini hanya Alya yang ditempatkan di Mangkang. Karena jadwal kosong yang dibutuhkan hanya untuk satu orang. Sedangkan yang lainnya dipersiapkan untuk pembukaan koridor baru jurusan Gunungpati-Ungaran.

Berkenalan dengan mbak Nur hidayah, petugas yang akan membimbing Alya OJT pagi ini. Mbak Nur mengajak Alya masuk, karena armada akan lepas tepat jam 05.30 WIB. Berbeda dengan Mbak Septiana, Mbak Nur lebih sedikit bicara dan kelihatan lebih judes. Jadi, Alya harus benar-benar mendengarkan

apa yang diterangkan mbak Nur.

" Latihannya sambil jalan ya dek, soalnya mbak juga sambil niketi. Trip pertama ini kamu lihat cara kerja mbak dulu! Sambil baca ini, hafalin nama setiap halte !"

Menerima kertas LMB (Lembar Muatan Bus), Alya berdiri di pinggir pintu bus dan mulai membaca kertas itu. Mbak Nur sendiri terlihat berjalan mondar-mandir meniketi penumpang di dalam Armada. Membantu naik turun penumpang. Alya sampai terkagum, melihat mbak Nur sangat lihai berjalan di dalam bus tanpa berpegangan. Sangat gesit gerakannya.

Sebenarnya penumpang dihalte sangat ramai, tapi karena ini masih pandemi coronah, penumpang dibatasi hanya 30 orang saja yang boleh masuk. Tentu di dalam juga harus diterapkan social-distancing, dan wajib memakai masker.

Halte demi halte terlewati, sampai juga mereka di Terminal Penggaron setelah menempuh perjalanan satu setengah jam.

Setelah lima belas menit istirahat, saatnya bus berjalan kembali ke arah Mangkang.

Alya dan mbak Nur kembali berdiri didekat pintu utama bis. Sekarang Alya sudah mulai paham intinya tupoksi kerjanya menjual tiket dan membantu penumpang agar selamat sampai tujuan.

" Yang penting saat berdiri, pasang kuda-kuda yang kuat!" Jelas mbak Nur lagi.

" Iya mbak, tapi aku tetap mau pegangan masih takut jatuh, hehe..."

" Untuk tiket sudah paham kan? Ingat jangan salah log in ID kamu dan kode bus!"

" Iya mbak paham."

Bis melaju dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba ....

Shiiiitttttttt.......grekkkkkk....grekkkk....

Bis menepi di halte pasar Gayam sari, pak supir bernama Mukayat itu, turun memeriksa bagasi belakang. Benar saja, bis berhenti karena vanbel AC putus. Dengan tanggap mbak Nur langsung memberi arahan penumpang untuk turun ke halte dan menunggu armada belakangnya. Mengirimkan laporan ke operator tentang kerusakan bis, kami mendapat balasan untuk segera kembali ke Terminal Mangkang tanpa pelayanan.

Ada sekitar 10 penumpang di pindahkan ke armada belakang. Setelah memastikan penumpang terangkut semua. Bis mereka pun berjalan pelan-pelan tanpa pelayanan.

" Mbak terus aku gimana?" Tanya Alya dengan raut wajah bingung.

" Ya kita nunggu bis diperbaiki nanti di Terminal Mangkang. Sekarang santai dulu, tinggal tidur aja, nanti kalau sudah sampai tak bangunin, hehe..."

" Iya tinggal tidur semua, biar bapak yang melek sendiri!" Timpal pak Mukayat.

" Bapak kalau mau tidur juga ga papa, bisnya di remot aja, hahahah...." kelakar mbak Nur.

" Hehehe....mbak bisa aja." Ikut tertawa Alya tidak menyangka mbak Nur ternyata juga bisa bercanda.

" Udah Al, tinggal merem latihannya besok lagi masih banyak waktu!"

Mbak Nur duduk dibelakang kursi supir dengan santai dan mulai memejamkan matanya. Sedangkan Alya duduk di kursi dekat pintu utama.Tanpa sungkan lagi, Alya pun mengikuti tutorial tidur ala mbak Nur. Berniat hanya memejamkan mata siapa sangka Alya malah hanyut dalam mimpi yang indah.

Sungguh nikmat mana lagi yang kamu dusta kan.~Alya

...***...

Alya agak kaget saat di bangunkan mbak Nur. Ternyata mereka sudah sampai di bengkel Terminal Mangkang.

" Mbak kita masih nunggu perbaikan ya?"

" Iya kalau sampai jam sebelas belum selesai, ya kita boleh pulang. Biasanya gitu, jadi jam sebelas sudah ganti shift petugas."

" Oh...gitu. Enak dong mbak...hehe..."

" Bedoa aja selesainya lama. Kalau cepet ya kita jalan lagi, bisa pulang paling sore kita." Terang mbak Nur menakuti Alya.

" Ahh...mbak Nur, kalau itu namanya aku di PHP in doang dong."

" Hahaha...maka nya berdoa. Ini ada nasi box, kamu makan dulu dari tadi kamu kan belum makan."

" Buat aku mbak? Haduh aku hampir lupa tadi di bawain bekal ibu Indomie goreng. Ini buat mbak Nur aja. Ayok makan bareng."

" Kamu bawa pulang aja nasinya, aku memang lagi punya hajat jadi tadi suamiku kesini buat bagi-bagi."

" Owalah gitu....ya udah aku terima mbak. Makasih hlo mbak... besok-besok lagi, hehe..."

" Tuman"

Mengobrol sambil sarapan bersama, tidak terasa jam pelayanan mereka habis, jadi mereka bisa langsung pulang setelah menyetorkan uang kekasir pool Mangkang.

Ternyata mbak Nur sangat baik,walaupun terlihat judes. ~ Alya

_

_

_

_

_

Ingat jangan melihat buku dari covernya saja!

❤️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Triple R

Triple R

hlo itu apa. aku sering nemu kata ini. di novel author

2023-03-27

0

Dibooo

Dibooo

Suka banget penulisannya Ngalir nggak ngebosenin 😁semangat mba author 👍🏻👍🏻

2021-09-10

2

Bara

Bara

ini cewek jd kondektur apa gimn ya..

2021-09-03

5

lihat semua
Episodes
1 chapter : Rumah
2 chapter 2: Gara-gara Sambel Terasi
3 chapter 3: Awal mula jatuh cinta
4 chapter 4: On the Job Training
5 chapter 5: First day yang Memalukan
6 chapter 6: Masih tentang Malu
7 Chapter 7: Bidadari Surga
8 Chapter 8: Bibit Mucikari
9 Chapter 9: Dasar Mucikari
10 Chapter 10: Galau
11 Chapter 11: Trending Topik
12 Chapter 12: Visi dan Misi
13 Chapter 13: Musibah
14 Chapter 14: Fix Teman
15 Chapter 15: TTM
16 Chapter 16: Mantan Tergokil
17 Chapter 17: Bakso Beranak
18 Chapter 18: Mulut Tetangga
19 Chapter 19: Driver killer
20 Chapter 20: Skandal
21 Chapter 21: Ketiban Awu Anget
22 Chapter 22: Klarifikasi
23 Chapter 23: Game over
24 Chapter 24: On The Way Jauh, Pakai Helem!
25 Chapter 25: Negeri Di Atas Awan
26 Chapter 26: Telur Rebus Made in Sikidang
27 Chapter 27: Oleh-Oleh Fenomenal
28 Chapter 28: PAJERO
29 Chapter 29: Bukan Cinderella
30 Chapter 30: Pernikahan Mantan
31 Chapter 31: Penumpang 81
32 Chapter 32: Mengantar Pulang
33 Chapter 33: Permintaan Terakhir
34 Chapter 34: Sky Garden
35 Chapter 35: Tragedi
36 Chapter 36: Sindrom Bucin
37 Chapter 37: Berterimakasih
38 Chapter 38: Rutinitas Tanpa Batas
39 Chapter 39: Ngemil Ala Alya
40 Chapter 40: Cadangan Makanan
41 Chapter 41: Dipertemukan oleh takdir
42 Chapter 42: Rudi POV
43 Chapter 43: Greges
44 Chapter 44: Spesies Jaelangkung
45 Chapter 45: Penonton Kecewa
46 Chapter 46: Musyawarah dari Hati ke Hati
47 Chapter 47: JJS bersama Mas Rudi
48 Chapter 48: Pesawat milik Ibu Menteri
49 Chapter 49: Welcome to Maldives
50 Chapter 50: Bertemu Nemo
51 Chapter 51: Read the first word again!
52 Chapter 52: Laddu Singh
53 Chapter 53: Aroma tidak beres
54 Chapter 54: Birul Walidain
55 Chapter 55: Bertemu dengan Sengkuni
56 Chapter 56: Ambyar
57 Chapter 57: Lelah Lahir Batin
58 Chapter 58: Kekurangan Hormon Bahagia
59 Chapter 59: Kutunggu Jandamu!
60 Chapter 60: Bagaikan Layang-layang
61 Chapter 61: Wus Wus Hempaskan
62 Chapter 62: Jembatan Perdamaian
63 Chapter 63: Permohonan Maaf
64 Chapter 64: Fructophobia
65 Chapter 65: Istirahat
66 Chapter 66: Ujian Hidup
67 Chapter 67: Ujian Hidup 2
68 Chapter 68: Kamu Baik-baik Saja 'kan Al?
69 Chapter 69: Ketika Penumpang Adalah Raja
70 Chapter 70: Kewarasan Hati
71 Chapter 71: KAKAK
72 Chapter 72: Menginap
73 Chapter 73: Hadiah Ciuman
74 Chapter 74: Pil Pahit
75 Chapter 75: Hemodialisa
76 Chapter 76: Sling Back Heels
77 Chapter 77: Intensive Care Unit
78 Chapter 78: Simulasi ke KUA
79 Chapter 79: Terong-terongan
80 Chapter 80: Dia Milikku
81 Chapter 81: Sendiko dawuh
82 Chapter 82: Obat mujarab
83 Chapter 83: Mahar
84 Chapter 84: Cemburu
85 Chapter 85: Pasrah
86 Chapter 86: Takdir yang tidak bisa di tawar
87 Chapter 87: Prosesi Pemakaman
88 Chapter 88: Menghitung hari
89 Chapter 89: Detik-Detik Menuju Akad
90 Chapter 90: Ijab Qobul
91 Chapter 91: Batal Nikah
92 Chapter 92: Isi Kotak Biru
93 Chapter 93: Busway, i'm in love
94 Chapter 94: Senyum-senyum
95 Chapter 95: Wanita hebat
96 Chapter 96: Makan Malam
97 Chapter 97: PT. Asia Maju Abadi
98 Chapter 98: Badmood
99 Chapter 99: Cemburu
100 Chapter 100: Tawar Menawar
101 Chapter 101: Tiga huruf
102 Chapter 102: Malam Pertama
103 Chapter 103: Pengantin Baru
104 Chapter 104: Rombongan Pengantin
105 Chapter 105: Belajar Otodidak
106 Chapter 106: Serangan Fajar
107 Chapter 107: Memanjakan Diri
108 Chapter 108: Emosi
109 Chapter 109: Talk Less Do More
110 Chapter 110: Secuil Derita Kondiktur Cantik
111 Chapter 111: Touring Pabrik
112 Chapter 112: Melunasi Hutang
113 Chapter 113: Berpamitan
114 Chapter 114: Shimla, India
115 Chapter 115: Akhirnya keturutan
116 Chapter 116: The Medley
117 Chapter 117: Solang Valley
118 Chapter 118: Menunggang Yak sebelum pulang
119 Chapter 119: Perjuangan meraih dua cita-cita
120 Chapter 120: Loss dol, Kejar skripsi
121 Chapter 121: Pelor
122 Chapter 122: Ngebo
123 Chapter 123: Terlambat Pulang
124 Chapter 124: Tidak Ikhlas Dunia Akhirat
125 Chapter 124: Ancaman!
126 Chapter 125: Dongeng Sebelum Tidur
127 Chapter 126: Pamer Perut Buncit
128 Chapter 127: Sidang Skripsi
129 Chapter 128: Mitoni
130 Chapter 129: Akhir dari Sebuah Perjuangan
131 Chapter 130: Mamah Suket Papah Gedang
132 Chapter 131: Bumil Wisuda
133 Chapter 132: Hospital
134 Chapter 133: Selamat Menetas Baby!
135 Chapter 134: Suamiku yang Bucinnya Kebangetan!
136 Chapter 135: Korban Siraman Air Panas
137 Chapter 136: Rumahku, Surgaku
138 Chapter 137: Sesi Pemotretan
139 Chapter 138: Hari Pertama
140 Chapter 139: Bahagia Versi Sendiri
141 Chapter 140: One upon a time...
142 Chapter 141: Suara Hati Penulis
143 PROMO NOVEL BARU
Episodes

Updated 143 Episodes

1
chapter : Rumah
2
chapter 2: Gara-gara Sambel Terasi
3
chapter 3: Awal mula jatuh cinta
4
chapter 4: On the Job Training
5
chapter 5: First day yang Memalukan
6
chapter 6: Masih tentang Malu
7
Chapter 7: Bidadari Surga
8
Chapter 8: Bibit Mucikari
9
Chapter 9: Dasar Mucikari
10
Chapter 10: Galau
11
Chapter 11: Trending Topik
12
Chapter 12: Visi dan Misi
13
Chapter 13: Musibah
14
Chapter 14: Fix Teman
15
Chapter 15: TTM
16
Chapter 16: Mantan Tergokil
17
Chapter 17: Bakso Beranak
18
Chapter 18: Mulut Tetangga
19
Chapter 19: Driver killer
20
Chapter 20: Skandal
21
Chapter 21: Ketiban Awu Anget
22
Chapter 22: Klarifikasi
23
Chapter 23: Game over
24
Chapter 24: On The Way Jauh, Pakai Helem!
25
Chapter 25: Negeri Di Atas Awan
26
Chapter 26: Telur Rebus Made in Sikidang
27
Chapter 27: Oleh-Oleh Fenomenal
28
Chapter 28: PAJERO
29
Chapter 29: Bukan Cinderella
30
Chapter 30: Pernikahan Mantan
31
Chapter 31: Penumpang 81
32
Chapter 32: Mengantar Pulang
33
Chapter 33: Permintaan Terakhir
34
Chapter 34: Sky Garden
35
Chapter 35: Tragedi
36
Chapter 36: Sindrom Bucin
37
Chapter 37: Berterimakasih
38
Chapter 38: Rutinitas Tanpa Batas
39
Chapter 39: Ngemil Ala Alya
40
Chapter 40: Cadangan Makanan
41
Chapter 41: Dipertemukan oleh takdir
42
Chapter 42: Rudi POV
43
Chapter 43: Greges
44
Chapter 44: Spesies Jaelangkung
45
Chapter 45: Penonton Kecewa
46
Chapter 46: Musyawarah dari Hati ke Hati
47
Chapter 47: JJS bersama Mas Rudi
48
Chapter 48: Pesawat milik Ibu Menteri
49
Chapter 49: Welcome to Maldives
50
Chapter 50: Bertemu Nemo
51
Chapter 51: Read the first word again!
52
Chapter 52: Laddu Singh
53
Chapter 53: Aroma tidak beres
54
Chapter 54: Birul Walidain
55
Chapter 55: Bertemu dengan Sengkuni
56
Chapter 56: Ambyar
57
Chapter 57: Lelah Lahir Batin
58
Chapter 58: Kekurangan Hormon Bahagia
59
Chapter 59: Kutunggu Jandamu!
60
Chapter 60: Bagaikan Layang-layang
61
Chapter 61: Wus Wus Hempaskan
62
Chapter 62: Jembatan Perdamaian
63
Chapter 63: Permohonan Maaf
64
Chapter 64: Fructophobia
65
Chapter 65: Istirahat
66
Chapter 66: Ujian Hidup
67
Chapter 67: Ujian Hidup 2
68
Chapter 68: Kamu Baik-baik Saja 'kan Al?
69
Chapter 69: Ketika Penumpang Adalah Raja
70
Chapter 70: Kewarasan Hati
71
Chapter 71: KAKAK
72
Chapter 72: Menginap
73
Chapter 73: Hadiah Ciuman
74
Chapter 74: Pil Pahit
75
Chapter 75: Hemodialisa
76
Chapter 76: Sling Back Heels
77
Chapter 77: Intensive Care Unit
78
Chapter 78: Simulasi ke KUA
79
Chapter 79: Terong-terongan
80
Chapter 80: Dia Milikku
81
Chapter 81: Sendiko dawuh
82
Chapter 82: Obat mujarab
83
Chapter 83: Mahar
84
Chapter 84: Cemburu
85
Chapter 85: Pasrah
86
Chapter 86: Takdir yang tidak bisa di tawar
87
Chapter 87: Prosesi Pemakaman
88
Chapter 88: Menghitung hari
89
Chapter 89: Detik-Detik Menuju Akad
90
Chapter 90: Ijab Qobul
91
Chapter 91: Batal Nikah
92
Chapter 92: Isi Kotak Biru
93
Chapter 93: Busway, i'm in love
94
Chapter 94: Senyum-senyum
95
Chapter 95: Wanita hebat
96
Chapter 96: Makan Malam
97
Chapter 97: PT. Asia Maju Abadi
98
Chapter 98: Badmood
99
Chapter 99: Cemburu
100
Chapter 100: Tawar Menawar
101
Chapter 101: Tiga huruf
102
Chapter 102: Malam Pertama
103
Chapter 103: Pengantin Baru
104
Chapter 104: Rombongan Pengantin
105
Chapter 105: Belajar Otodidak
106
Chapter 106: Serangan Fajar
107
Chapter 107: Memanjakan Diri
108
Chapter 108: Emosi
109
Chapter 109: Talk Less Do More
110
Chapter 110: Secuil Derita Kondiktur Cantik
111
Chapter 111: Touring Pabrik
112
Chapter 112: Melunasi Hutang
113
Chapter 113: Berpamitan
114
Chapter 114: Shimla, India
115
Chapter 115: Akhirnya keturutan
116
Chapter 116: The Medley
117
Chapter 117: Solang Valley
118
Chapter 118: Menunggang Yak sebelum pulang
119
Chapter 119: Perjuangan meraih dua cita-cita
120
Chapter 120: Loss dol, Kejar skripsi
121
Chapter 121: Pelor
122
Chapter 122: Ngebo
123
Chapter 123: Terlambat Pulang
124
Chapter 124: Tidak Ikhlas Dunia Akhirat
125
Chapter 124: Ancaman!
126
Chapter 125: Dongeng Sebelum Tidur
127
Chapter 126: Pamer Perut Buncit
128
Chapter 127: Sidang Skripsi
129
Chapter 128: Mitoni
130
Chapter 129: Akhir dari Sebuah Perjuangan
131
Chapter 130: Mamah Suket Papah Gedang
132
Chapter 131: Bumil Wisuda
133
Chapter 132: Hospital
134
Chapter 133: Selamat Menetas Baby!
135
Chapter 134: Suamiku yang Bucinnya Kebangetan!
136
Chapter 135: Korban Siraman Air Panas
137
Chapter 136: Rumahku, Surgaku
138
Chapter 137: Sesi Pemotretan
139
Chapter 138: Hari Pertama
140
Chapter 139: Bahagia Versi Sendiri
141
Chapter 140: One upon a time...
142
Chapter 141: Suara Hati Penulis
143
PROMO NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!