Cuaca pagi ini disambut oleh gerimis, saat suasana seperti ini cobaan terbesar anak sekolah adalah kasur empuk.
Meski begitu, Naura sangat bersemangat untuk berangkat sekolah, karena ada seseorang yang selalu ingin dilihatnya setiap hari.
Setelah pamit dengan orang tuanya Naura berangkat ke sekolah menggunakan payung. Rika sudah menunggunya di depan gerbang rumahnya.
Sejak berangkat, bahkan saat sampai di sekolahan, tawa Rika terus saja meledak. Gadis berkulit sawo matang itu tertawa terpingkal-pingkal jika membahas kejadian semalam.
Dasar, nggak punya pri-ketemanan! batin Naura.
"Teman durhaka kamu!"
Rika kembali tertawa, mereka berdua jadi pusat perhatian teman sekelas.
Ketika jam istirahat pembahasan mereka tentang kejadian semalam terus berlanjut.
"Ya maaf, aku cuma pengen kamu biar lebih deket sama calon pacar aja. Eh, taunya malah hancurin harga diri," balas Rika, yang diiringi tawa melengking.
"Udah ah.." balas Naura.
"Pokoknya, sekarang kamu jaga sikap didepan dia, jaga image gitu. Jadi cewek tuh anggun dikit lah.
"Kamu kan tau sendiri Rik, aku itu emang orangnya blak-blakan. Jadi kalau suka ya suka, aku gak bisa sembunyiin."
"Aku tau, tapi paling tidak jual mahal dikit kek."
"Gimana mau jual mahal kalau orang yang mau beli aja gak mau nawar."
Keduanya tertawa, kemudian memesan bakso untuk mengganjal perut mereka yang sudah keroncongan.
Naura begitu sangat menyukai makanan bulat berkuah dari olahan daging sapi itu. Setiap kali ia memesan bakso di kantin sekolah bisa sampai dua porsi. Karena memang porsi bakso di kantin sekolah lebih sedikit dari warung bakso yang ada diluaran sana.
Naura tengah menikmati bakso di mangkok yang kedua. Sementara Rika sudah merasa cukup kenyang dengan satu porsi saja.
"Ra sampai kapan kamu bakalan makan bakso dua porsi terus di sekolah? Bisa-bisa badan kamu bulet lo kayak bakso."
"Biarin, bila perlu sama mangkok-mangkoknya sekalian aku makan saking sukanya." balas Naura sambil memasukkan dua buah bakso sekaligus ke dalam mulutnya.
Rika memberi kode dengan kedipan mata dan bibirnya. Mencoba memberi tahu Naura bawha Langit tengah berdiri di belakangnya.
"Kamu kenapa sih kelilipan?" tanya Naura dengan mulut yang masih mengunyah bakso.
"Itu dibelakang kamu." ucap Rika.
"Apaan sih, ganggu aja. Nanggung nih lagi enak." balas Naura sambil menyeruput mie yang tersisa di dalam mangkok.
"Khemm..." suara Langit.
Sontak Naura berbalik dengan mie yang masih menggantung dimulutnya.
"La...Langit." seru Naura dengan mulut yang masih penuh dengan mie.
Dengan cepat Naura berbalik lalu mengunyah mie tersebut hingga membuatnya tersedak. Naura mengambil es teh manis yang ada dihadapannya lalu meminumnya hingga tandas.
Rika yang melihat tingkah Naura menepuk jidatnya.
Naura kemudian berbalik menghadap Langit.
"Ada..." ucap Naura terpotong.
"Belajarnya gak jadi entar sore, langsung aja nanti lanjut sepulang sekolah." ucap Langit memotong ucapan Naura kemudian berlalu pergi.
"Kenapa sih tu anak sebenarnya? Main pergi gitu aja." ucap Naura manyun.
"Ilfeel kali liat kamu rakus makannya." balas Rika terkekeh.
Naura semakin cemberut.
Bel tanda masuk berbunyi. Keduanya dengan cepat meninggalkan kantin menuju ruang kelas.
*****************
Seusai sekolah, Rika pulang lebih dulu meninggalkan Naura yang akan belajar bersama Langit.
"Ingat jaga image ya didepan Langit, biar dia gak ilfeel sama kamu." ucap Rika cengengesan.
"Iya... iya." balas Naura.
Selepas kepergian Rika dan teman sekelasnya yang lain. Kini tinggal Naura seorang diri yang berada di dalam kelas.
"Langit kemana sih? Katanya mau belajar sekarang, jangan-jangan aku dikerjain lagi." ucap Naura.
Suara langkah kaki terdengar di telinga Naura. Dengan cepat Naura menghampiri pintu hendak mengomeli Langit.
"Kamu gimana sih? Katanya mau belajar sepulang sekolah. Ini udah hampir setengah jam ditungguin baru nongol." ucap Naura tanpa melihat dengan siapa dia berbicara.
"Naura..." suara Pak Rudi.
"Eehh Pak, maaf saya kira Langit tadi." ucap Naura malu.
"Bapak cuma mau datang nanyain, apa kamu sudah membaca materi tentang debat yang Bapak titipkan ke Langit kemarin?" tanya Pak Rudi.
"Oohh itu, sudah dong Pak. Sekarang nih, Langit sudah janjian sama saya mau ngebahas materi itu. Tapi kok dia belum nongol juga."
"Mungkin lagi shalat di musholla. Kalau begitu kalian lanjut ya belajarnya nanti, Bapak masih ada pekerjaan. Ingat belajar, jangan pacaran." ucap Pak Rudi tersenyum.
"Walah Pak, saya sama Langit gak pacaran kok. Tapi mohon doa restunya aja ya Pak, semoga kami beneran pacaran. Hihihi."
"Kamu ini..." balas Pak Rudi.
"Piss, bercanda kok Pak. Tenang aja Pak, kita pasti belajar dengan giat. Berusaha agar bisa berhasil nantinya jadi juara, mengharumkan nama kelas sebelas IPS satu Pak, apalagi sampai bisa mengharumkan nama sekolah kita di dunia nyata maupun dunia maya."
"Sudah-sudah, bisa gak kelar urusan saya kalau ngeladenin kamu ngobrol." ucap Pak Rudi berlalu meninggalkan Naura.
Naura terkekeh, kemudian kembali fokus menatap lembar-lembar kertas berisi materi debat yang diberikan Langit semalam.
Tak lama Langit datang, kemudian tanpa basa-basi langsung duduk disamping Naura, membuat Naura jadi gugup. Jantung Naura kembali berdebar kencang.
Aduuuhh semoga Langit gak dengar suara jantungku yang selalu menyebut namanya. Ahaayy. gumam Naura.
Langit kemudian mulai membahas materi tersebut tanpa sedikitpun memandang ke arah Naura. Matanya fokus pada lembaran-lembaran kertas yang ada diatas meja dihadapan mereka. Wajah Langit menunjukkan ekspresi datar, malah cenderung terlihat malas untuk belajar bersama Naura.
Sikap Langit membuat Naura menjadi agak tidak nyaman.
Setelah hampir dua jam belajar bersama keduanya pun memutuskan untuk pulang. Naura memilih berjalan terlebih dulu, karena memang rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, jadi hampir setiap harinya Naura selalu berjalan kaki. Sementara Langit harus menggunakan sepeda motor karena rumahnya sedikit lebih jauh.
Tiba digerbang sekolah, Naura dikejutkan dengan Langit yang mengerem mendadak disampingnya.
"Ayo naik." ajak Langit.
"Rumah aku deket kok. Gak apa-apa aku jalan aja." tolak Naura halus.
Iiiihh nih mulut kenapa gak bilang iya aja sih, kapan lagi bisa dibonceng Langit, gumam Naura.
"Udah tau, ayo naik. Aku gak akan mengulang ucapanku lagi." balas Langit datar.
Dengan cepat Naura naik ke atas motor Langit, meski agak susah payah karena motor yang dikendarai Langit adalah moge anak jaman now kayak di sinetron-sinetron itu.
Langit mengendarai motornya dengan pelan. Naura yang duduk di jok belakang benar-benar merasa sedang terbang di angkasa saking bahagianya.
"Lain kali shalat dulu jika sudah memang waktunya shalat, jangan ditunda-tunda karena alasan ada kegiatan. Shalat itu perintah yang wajib kita laksanakan sebagai seorang muslim." ucap Langit memecah keheningan.
Lah kok malah bahas masalah shalat sih, gak ada romantis-romantisnya. Apa jangan-jangan darii tadi dia kelihatan bete itu karena aku gak shalat, gumam Naura.
"Hmmmm bukannya aku gak mau shalat, tapi emang lagi gak bisa shalat. Biasa anak perempuan lebih istimewa sedikit." balas Naura.
"Oohh." ucap Langit datar.
Iiiiiihhh nyebelin banget sih nih cowok, udah ngomong panjang lebar cuma dijawab oohh, lagi-lagi Naura bergumam.
Tak butuh waktu lama, Naura sampai dirumahnya. Dia kemudian berusaha turun dari motor dengan memegang pundak Langit.
"Maaf ya." ucap Naura.
"Ya." balas Langit kembali tanpa ekspresi.
.
Saat turun, Naura hampir saja jatuh karena roknya yang nyangkut di pedal motor Langit. Dengan cepat Langit memegang tangan Naura, menahannya agar tidak terjatuh.
"Lain kali hati-hati, kalau jatuh kamu bisa terluka." ucap Langit.
I..iya." balas Naura dengan wajah merah merona karena bahagia. "Ma-u masuk dulu?" tawar Naura.
"Kapan-kapan aja."
"O-oke."
Jawab kapan-kapan aja, tapi kenapa nggak pergi-pergi? Mana suasana mendadak jadi panas gini.
"Ka-lau gitu, aku masuk dulu," ucap Naura akhirnya.
Bisa khilaf lama-lama kalau terus kayak gini, gumam Naura.
Naura pun bersiap masuk ke rumahnya.
Langit tersenyum tipis.
Langit sama aku! OMG! Aku merasa jadi Wonder Women yang lagi di Bulan, melayang-layang.
"Aku pulang dulu," pamit Langit.
"I-ya. Hati-hati, Sayang. Maksudku, hati-hati di jalan."
Duh, ngomong apa aku ini, gumam Naura.
Langit lagi-lagi tersenyum, lalu melajukan motornya meninggalkan rumah Naura. Naura Segera masuk ke rumah dan melompat-lompat kegirangan.
Rika harus tahu!
Segera Naura ke kamar, meraih ponsel di ranjang dan langsung menelepon Rika.
Cukup lama hingga terdengar suara diangkat.
"Rik, aku mau cerita penting banget! Barusan Langit nganter aku pulang."....... bla bla bla ...."
Naura menceritakan semuanya tanpa membiarkan Rika berkata apa pun.
"Ya ampun, aku bahagia banget... eh, kamu di rumah? Aku kesana, ya? Sendirian, nih, di rumah."
Sepi.
"Rik? Halo, Rik? Masih dengerin aku, kan?"
"Iya."
Eh, suara cowok? Loh, kok?
Naura yang kaget langsung melihat layar ponsel. Lebih kaget lagi karena bukan nama Rika yang tertera di sana, melainkan Langit!
Naura telah menyimpan nomor Langit saat pertama kali masuk group WA kelas.
Pantas aja banyak suara kendaraan, iiiihhh, gumam Naura.
Dengan cepat Naura mematikan ponselnya, lalu merebahkan diri dikasur sambil membentur-benturkan kepalanya.
"Bodoh.... Bodoh.... Bodoh." ucap Naura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Qori Il Qori
hhhhaaaaa sudah enak Naura .. .. sudah Ndak usah mau ngungkapin lg.. udah terungkap tepat sasaran .. hhhhaaa
2021-04-17
0
S Fatimah 🐼
🤣🤣🤣🤣
2021-04-17
0
Mirza Innayah
🤣kocak abis
2021-03-29
1