Sidang berjalan dengan lancar. Tetapi entah kenapa suara anak kecil selalu mengajak Hani ke kamar mandi pria. Hani jelas tidak mau mengikutinya karena dia tidak mungkin ke kamar mandi pria.
“Ayo kak, aku pengen lihat kakak perempuan itu.” Ucap anak kecil berbisik di telinga Hani.
“Ya gak mungkin lah aku masuk kek kamar mandi pria.” Gumam Hani.
Sedang asik beradu seperti telepati dengan suara anak tidak kasat mata membuat Hani tidak menyadari bahwa ada orang lain di belakangnya. Saat ini Hani menghalangi jalan menuju kamar mandi pria.
“Ngobrol sama siapa Han?” Tanya Jaelani.
Suara Jaelani membuat Hani terkejut. Dia ingin berlari dari sana karena malu. Tapi tidak ada jalan lurus satu satunya jalan yang bisa dia lewati adalah berbalik badan dan berjalan lurus. Akhirnya dia berbalik badan dan menatap bawah karena tidak sanggup menahan malu. Namun, Jaelani malah menahannya dengan menghalanginya.
“Jalan itu lihat ke depan bukan ke bawah. Kalau ada tiang di depan gimana?” Tanya Jaelani.
Hani tidak menjawab dia ingin segera kabur tetapi anehnya kakinya terasa berat sebelah seperti ada yang menahannya.
“Kak, kakak perempuan itu di dalam ketawa kak. Aku pengen lihat kakak itu ngapain?” Bisik anak kecil.
Seketika dia teringat kejadian kemarin dimana Kiki mengatakan bahwa papa Jaelani mendapat kiriman gaib dari patner bisnisnya.
“Kamu ngapain di sini?” Tanya Hani penasaran.
“Nyusul papa Han. Kamu tadi ngobroL sama siapa? Jawab dongg....”
“Eh? Kamu susul sana papa kamu. Aku balik dulu.” Ucap Hani pergi berlalu.
Meskipun meninggalkan Jaelani. Hani berjalan sangat pelan. Dia ingin memastikan papa Jaelani baik-baik saja. Karena penasaran Hani berhenti dan menoleh pelan-pelan. Ternyata Jaelani sudah tidak ada di sana. Hani berbalik cepat berharap semua baik-baik saja.
“Hah...” Hani menghela napas panjang.
“Tolong!!” Teriak Jaelani dari kamar mandi.
Hani buru-buru menyusul Jaelani. Tapi sampai di depan pintu Hani ragu mau masuk. Karena itu kamar mandi pria. Tapi hati nurani Hani tidak tega, sehingga dia membuka pintu itu. Dia melihat Jaelani menyangga kepala papanya di pahanya sambil menahan tangis. Melihat itu Hani panik.
Kemudian dia mendengar suara menggema orang yang melintas di sekitar kamar mandi. Hani buru-buru ke arah suara itu mencari pertolongan.
“Bentar ya Jae.” Ucap Hani.
Dia langsung berlari ke menuju arah suara itu sambil berteriak minta tolong. Untungnya orang yang di tuju Hani ada banyak. Mereka berdatangan menghampiri Hani. Tanpa berucap panjang Hani menunjuk kamar mandi pria. Mereka pun berbondong-bondong ke sana. Hani menyusul.
Tidak butuh waktu lama. Orang-orang itu membopong papa Jaelani keluar dari kamar mandi. Papa Jaelani sudah tidak sadarkan diri. Kemudian Hani menuntun mereka ke Beni. Hani ingin memberi pertolongan kepada Jaelani.
Sampai di sana Beni panik karena di serbu gerombolan orang dengan membopong seseorang. Beni menyipitkan matanya memfokuskan siapa yang mereka bopong itu. Lalu, dia melihat Hani berlari ke arahnya.
“Pa.. papa Jaelani pingsan pa. Bantu dia.” Teriak Hani dari kejauhan.
Beni langsung menyiapkan mobilnya, sedangkan Ratih kebingungan harus berbuat apa. Tidak butuh waku lama mobil Beni sudah siap. Ratih membantu membuka pintu belakang mobilnya. Beberapa orang membantu Jaelani memasukkan papanya ke mobil.
“Ma.. mama susul papa ya di rumah sakit.” Ucap Beni tergesa -gesa menutup kaca mobilnya.
Beni mengendarai mobilnya dengan kecepatan cepat. Jaelani duduk di belakang bersama papanya. Jaelani mengusap kening papanya sambil mulutnya berkomat kamit membaca doa untuk keselamatan papanya.
Di pengadilan Hani dan Ratih kebingungan mencari mama Jaelani. Mereka mencari kesana-kemari dan akhirnya ketemu. Mereka menghampiri wanita paruh baya itu.
“Bu... permisi saya mau menyampaikan kalau suami ibu masuk ke rumah sakit.” Ucap Ratih dengan sedikit panik di wajahnya.
“Iya bu. Tadi...” Ucap Hani terpotong.
“Rumah sakit mana?” Tanya mama Jaelani.
Ratih lupa bertanya mereka ke rumah sakit mana. Dia pun menggeleng pelan. Dia menatap Hani berharap anaknya itu tau. Tapi Hani terlihat tidak tau juga.
Mama Jaelani terlihat kesal karena dia pikir sudah dipermainkan oleh Ratih dan Hani. Akhirnya, dia pergi begitu saja meninggalkan ibu dan anak itu. Dia berjalan keluar pengadilan sambil fokus dengan ponselnya memanggil taksi online.
Ratih dan Hani saling bertatapan keheranan. Mereka sama-sama menghela napas panjang. Hani mengeluarkan ponselnya untuk mencari rumah sakit terdekat di sini. Setelah tau Hani membuka aplikasi taksi online dan memilih tujuannya ke rumah sakit itu.
“Ayo ma. Kita ke rumah sakit ini dulu.” Ucap Hani.
Ratih mengangguk paham dan mengajak Hani berjalan keluar pengadilan. Meski terlihat tenang di dalam hati mereka panik takut Beni tidak bisa sampai tepat waktu menolong papa Jaelani. Di pikiran mereka sama. Mereka tidak ingin di salahkan atas kecelakaan ini, karena keluarga Jaelani membenci keluarga Hani.
***
Di UGD.
Mobil Beni di sambut oleh suster dan satpam. Mereka membatu membopong papa Jaelani keluar. Mereka langsung membawanya ke ruang UGD di ikuti Jaelani di belakangnya. Sedangkan Beni memparkirkan mobilnya.Setelah parkir, Beni berjalan menyusul Jaelani sambil menelepon istrinya.
“Hallo pa.” Ucap Ratih dari telepon.
“Ma, susul papa di rumah sakit BY ya. Sekarang papa mau susul Jaelani ke UGD.” Jelas Beni.
“Iya pa.”
Tut tut tut.
Telepon terputus. Beni berjalan cepat setengah berlari menuju UGD. Sampai di sana dia melihat Jaelani duduk sambil menatap bawah. Dia memegangi kepalanya menekannya ke bawah. Melihat itu terlintas sesuatu di pikirannya.
“Apakah Hani juga seperti itu dulu?” Pikirnya.
Lalu dia menyusul Jaelani dan duduk disampingnya. Beni menepuk-nepuk punggung Jaelani pelan berharap itu bisa membuat anak laki-laki di sampingnya itu lebih kuat.
“Terima kasih ya om.” Ucap Jaelani masih menatap bawah.
“Iya. Kamu yang sabar ya. Semoga tidak terjadi apa-apa.” Ucap Beni sembari menepuk-tepuk punggung Jaelani pelan.
Beberapa menit kemudian mama Jaelani datang. Terlihat jelas wajah panik sambil menahan emosinya, entah marah atau tangis? Beni sudah bersiap jika nanti akan di omeli oleh mama Jaelani.
Mama Jaelani langsung memeluk anaknya erat. Air matanya sudah tidak dapat di bendung lagi. Dia menangis di pelukan anaknya. Dia tidak bisa berkata-kata. Jaelani mencoba menenangkan mamanya dengan memeluknya lebih erat. Beni merasa sedikit lega karena dia belum mendapat omelan.
“Mama urus administrasi dulu. Kamu di sini ya Jae.” Ucap mama Jaelani.
Mama Jaelani pergi meninggalkan ruang UGD tanpa menganggap Beni ada di sana. Sekedar melirik pun tidak. Dia benar-benar tidak menanggapi Beni. Untungnya papa Hani memahami kondisi ini.
Lima belas menit berlalu dalam keheningan. Ratih dan Hani datang dengan berlari kecil. Ratih langsung di persilahkan duduk oleh Beni. Sedangkan Hani hanya mematung melihat Jaelani menundukkan kepalanya serta mengepal kedua tangannya. Ingin sekali Hani menyentuh tangan Jaelani dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Kemudian Hani menatap Beni. Memastikan papanya baik-baik saja sekarang. Lalu Hani meminta untuk papanya duduk di sebelah Ratih, mama Hani. Beni pun menurutinya di susul Hani di sebelahnya.
“Pa.. tadi aku belum bilang ke mama Jaelani kalau papanya jaelani jatuh di kamar mandi. Aku takut pa, nanti aku di salahin sama dia. Nanti kalau dia kira aku yang sengaja membuat papa Jaelani jatuh gimana?” Ucap Hani panik.
“Tenang... ada papa dan mama. Selama kamu jujur, kamu gak perlu takut. Meski kadang orang jujur malah kena sial. Tapi... dengan berkata jujur kamu menolong dirimu sendiri agar merasa tidak merasa terbebani.” Jelas Beni.
“Tapi pa...” keluh Hani.
“Siapa lagi kalau gak kamu sendiri yang membantu dirimu sendiri? Orang lain hanya bisa mendukung. Kalau kamu gak ada kemauan untuk menolong dirimu sendiri ya sudah. Orang lain pun gak akan berguna meski mereka menolong.”
Mendengar itu Hani merasa sedikit lega dan berani jika mama Jaelani memarahi Hani. Dia juga merasa aman karena ada orang tuanya yang mendukungnya. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup, kemudian kaki Hani terasa berat.
“Kakak, aku takut.” bisik anak kecil.
~ Terima kasih, sudah mampir baca~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
lidia
istri yg tk trima kasih
2022-02-03
1
lidia
jd pnasarann
2022-02-03
1
Dhiesta Rahma H.
ada apa? aaa penasaran
2021-03-03
3