“Aku bisa membantumu, tapi kamu juga harus membantuku,” ucap seseorang mengagetkan Auris.
Auris mendongak melihat seorang laki-laki yang sepertinya berusia sekitar 20-an akhir. Perawakannya yang tinggi dan tegap, rahang tegas menggambarkan bahwa dia berasal dari keluarga terpandang, dan wajah tampan yang tidak luput dari pengamatan Auris.
“Aku berbicara denganmu, kenapa kamu malah melihatku seperti itu?”
“Ahh,, maaf. Kamu tadi bilang mau bantu aku?”
“Iya, tapi kamu juga harus membantuku.”
“Memangnya kamu mau membantu ku bagaimana?” tanya Auris.
Laki-laki tersebut berjalan mendekati Auris dan duduk di sebelah Auris.
“Kenalin, aku Aziel,” ucap Aziel sambil menyodorkan tangan kanannya.
“Auris,” Auris menjawab sambil menerima tangan Aziel.
“Aku tau kamu sedang kesulitan mengenai biaya operasi adik kamu. Aku juga tau kedua orang tua kamu meninggal karena pembunuhan. Aku akan menanggung semua biaya rumah sakit ini, aku juga akan membiayai kuliah kamu sampai selesai dan satu lagi aku akan membantumu menemukan pelaku pembunuh keluargamu.”
Auris tertarik dengan laki-laki yang ada di sebelahnya itu. “Dari mana dia tahu segalanya tentang kejadian hari ini?” batin Auris.
“Heii, aku berbicara denganmu tapi kamu malah diam.”
“Ehhh maaf, aku sedang berfikir saja.”
“Berfikir apa?”
“Dari mana kamu tahu tentang kejadian hari ini?”
Aziel tersenyum mendengar pertanyaan Auris. “Aku melihatmu datang ke rumah sakit ini dengan ambulance malam tadi. Karena penasaran aku mencari tahu dari pihak rekam medis. Dari situ aku mengetahuinya.”
“Ooo,, lalu apa yang harus aku lakukan seperti yang kamu katakan tadi?"
Aziel memerhatikan Auris dalam-dalam dan seakan bersiap akan mengatakan sesuatu. “Aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini, tapi kamu harus membayar nya dengan kemampuanmu.”
Auris masih tidak mengerti dengan maksud Aziel. “Kemampuanku? Kemampuan apa yang kamu maksud?”
“Aku tahu kamu mahasiswi teknik yang sangat berprestasi di kampusmu, tapi kamu selalu menolak beasiswa yang diberikan kampusmu dan memilih bekerja paruh waktu. Aku tidak tahu kenapa kamu menolaknya padahal kamu membutuhkan itu,” Aziel diam sejenak.
“Jadi aku minta kamu membantuku menemukan pelaku yang membuat kedua orang tuaku koma, mereka sedang di rawat juga di rumah sakit ini.”
“Laki-laki ini sangat misterius, dia tiba-tiba datang menawarkan bantuan dan seakan dia tahu keseharianku,” batin Auris lagi.
“Heii,, kenapa kamu hobi sekali diam saat aku sedang berbicara?”
“Eh iya-iya, baiklah aku akan membantumu. Tapi aku butuh kronologi kecelakaan yang menimpa kedua orang tua kamu. Semuanya secara lengkap.”
“Aku akan menceritakannya, tapi tidak di sini. Kita harus mengurus seseuatu dulu. Ayo ikut aku.”
“Kemana?”
“Ikut saja, kamu akan tahu.”
“Baiklah, sebentar aku pamit ke bibi Ani dulu.”
Sakarang mereka berada di mobil Aziel sedang menuju ke suatu tempat yang masih belum diketahui Auris.
“Tunggu!!” teriak Auris saat mengetahui mobil mereka berhenti di mana.
“Kenapa?”
“Kenapa kamu bawa aku ke sini?”
“Ya kita akan mengurus berkas pernikahan kita. Sekretaris pribadiku sedang ada urusan jadi aku tidak bisa meminta bantuannya.”
“Menikah? Apa-apaan ini? aku bahkan belum kenal kamu sebelumnya tiba-tiba kamu ngajak aku nikah. Gakk,, aku gak mau nikah sama kamu.”
“Kalau gak mau yaudah, cari sendiri uang buat adik kamu.”
Tidak ada suara yang keluar dari mulut Auris. Aziel memutuskan menyalakan kembali mesin mobilnya dan hendak menjalankannya.
“Tunggu, katakan kenapa aku dan kamu harus menikah?” tanya Auris dingin.
“Aku harus memastikan kamu tidak lari dari tanggung jawab mu. Kita akan bercerai setelah misi kita selesai. Selama itu aku tidak akan menyentuh kamu.”
“Misi yang mana?”
“Aku menemukan pelaku yang menyerang kedua orang tuaku dan kamu menemukan orang misterius yang menghancurkan perusahaan keluargamu serta membunuh ayah dan ibumu secara misterius.”
“Laki-laki ini memang benar-benar mengetahui tentang diriku. Siapa dia sebenarnya?” batin Auris.
“Baiklah, kita akan bercerai setelah misi kita sama-sama selesai.”
“Deal?”
“Deal!!.”
Mereka berjabat tangan. Kemudian mereka berdua mengurus berkas-berkas pernikahan mereka. Sampai sore hari mereka baru kembali ke rumah sakit, karena mereka tadi menghadiri dahulu pemakaman kedua orang tua Auris.
“Auris, bibi sudah mendapatkan pinjaman dari majikan bibi, untung saja majikan bibi baik sekali. Kamu bisa gunakan dulu untuk membayar biaya pengobatan Ayu.”
“Tidak perlu, Bibi. Auris sudah sangat bersyukur karena bibi mau menemani Auris. Auris sudah mendapatkan uangnya.”
“Dari mana kamu mendapatkannya, Nak?”
Kemudian Auris menceritakan perjumpaannya dengan Aziel sampai pernikahan mereka. Namun, Auris tidak menceritakan perjanjian yang dia buar bersama Aziel.
“Kamu yakin dengan keputusan kamu, Nak?”
“Aku yakin bi, bibi doakan semoga aku tidak salah mengambil keputusan."
“Baiklah, bibi akan selalu mendoakan kamu. Bibi harus pulang sekarang ke rumah majikan bibi, Nak.”
“Iya bibi. Bibi hati-hati di jalan. Besok tidak usah ke sini, bi. Auris udah ambil cuti kuliah buat 3 hari ke depan, jadi Auris bisa jaga Ayu dulu.”
Bibi Ani mengangguk kemudian memeluk Auris sebelum menghilang di balik pintu ruang perawatan Ayu.
Di dalam tinggal Auris bersama Ayu yang masih memejamkan matanya. Auris termenung dengan pikirannya sendiri.
Auris POV.
Aku nggak tau ini salah apa bener. Aku nggak tau dia siapa dan apakah dia berasal dari keluarga yang baik atau bukan. Pernikahan ini hanya sementara Auris, kamu hanya perlu mengeluarkan semua kemampuanmu dibidang komputer dan kamu akan segera memecahkan misi ini.
Kamu juga tidak bekerja sendiri Auris, Aziel akan membantumu. Bukankah kamu juga sangat ingin menemukan pembunuh keluargamu dan penghancur perusahaan Leesham?
Baiklah Auris kamu bisa.
Auris POV end.
Auris duduk di kursi dekat tempat tidur adiknya sambil melihat acara televisi yang menayangkan kartun kesayangannya, yaitu dua bocah botak. Auris menangkap suara seseorang memanggilnya lirih.
“Ayu!! Tunggu sebentar, kakak panggil dokter.”
Ternyata Ayu sudah membuka matanya dan Auris segera memanggil dokter jaga malam itu.
“Kami akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk pasien. Besok pagi kita bisa memulai pemeriksaan lanjutannya. Untuk sekarang biarkan pasien beristirahat dahulu. Jangan terlalu banyak bergerak.”
“Terimakasih banyak, Dokter,” ucap Auris diangguki oleh dokter tersebut kemudian dokter itu keluar dari ruangan Ayu.
Saat ini Auris sangat-sangat bersyukur, setidaknya masih ada adik yang sangat disayanginya yang akan selalu mendukungnya.
“Kakak, apa yang terjadi?”
“Sssst,, jangan banyak bergerak dulu sayang. Lebih baik kamu tidur lagi karena ini sudah sangat malam.”
Tanpa banyak bertanya, Ayu menuruti perkataan kakaknya.
“Aku tidak tau bagaimana caranya memberitahu adikku ini tentang ayah dan ibu yang sudah tiada. Besok aku akan mengatakannya pada Ayu,” gumam Auris dalam hati.
“Ternyata adik kamu sudah siuman, syukurlah!!” kata seseorang yang sebenarnya dari tadi berdiri di luar ruangan Ayu dan mengamati Ayu serta Auris melalui celah jencela di ruangan itu.
...****************...
Bersambung..
like comment 😁🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
mojang banten
lanjut
2021-05-04
1
Joen Marlina Lengkey
suka
2021-04-15
1
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-03-03
0