Kini Mira bertekad untuk meminta ijin pada ibunya untuk bekerja keluar dari kota mereka.
Alasan pertama, ia butuh uang lebih untuk sekolah Andre, apalagi saat ia membuang sampah, ia melihat surat edaran yang Andre buang dan tidak diberikan padanya ataupun ibunya.
Alasan kedua, dia ingin melupakan masalahnya dengan Bobby. Karena sampai saat ini, Bobby tetap berusaha menemuinya. Dan dia tak ingin membuat masalah baru.
Dari Sania, Mira mendapat solusi bekerja dengan gaji besar tanpa harus pergi ke luar negeri. Walaupun gajinya tak sebesar jika keluar, namun cukup untuk membayar pendidikan Andre.
" Kamu yakin akan bekerja jadi baby sitter? Apa kamu tidak malu?" Kata ibu.
" Itu pekerjaan halal ibu, kenapa harus malu?"
" Baiklah. Jika niat kamu begitu, ibu hanya bisa mendoakan semoga ini jalan dari Tuhan agar kamu sukses nak."
" Trima kasih ibu."
* * * * *
Hari ini, Mira datang ke yayasan penyalur tenaga baby sitter yang berada tak jauh dari kotanya. Disana Mira mengikuti pelatihan bagaimana mengurus anak-anak bayi, balita ataupun lansia selama 3 bulan. Sampai dia dinyatakan siap bekerja dengan pengetahuan dasar yang diberikan oleh pihak yayasan.
Dan bersyukurnya, Mira langsung mendapat pekerjaan mengasuh balita berumur 2 tahun di kota Bogor.
Dengan bus malam dari Lampung-Bogor, Mira kini meluncur menuju tempat kerja barunya, dengan gelar baru dan panggilan baru.
Lumayan, setidaknya dia tak harus pusing dengan biaya Andre dengan gajinya yang ia terima dimuka. Cukup besar 3 juta, karena bos yang mengambilnya adalah seorang desainer yang sibuk dengan dua anak yang 1 umur 2 tahun dan yang 1 lagi umur 9 tahun, bernama Geby dan Gea.
Walaupun menurut surat kontrak hanya mengurus 1 anak, namun dari pembicaran dengan majikannya, Mira diminta untuk membantu mengawasi kakaknya juga. Dan Mira menyanggupi, karena akan ada tambahan gaji dengan mengurus keduanya.
" Ok Bogor.... I'm coming." Mira menyemangati
dirinya sendiri.
* * * * *
" Pokoknya tidak ada balapan lagi, mau di Indonesia, di spanyol, di Amerika, ataupun dimana.... Apalah itu, mama gak kasih ijin!" Mama mendengus kesal, karena Rayyan merengek meminta sang mama mengijinkannya ikut balapan di sirkuit yang jadi idamannya, yaitu di Spanyol, tempat idolanya berada.
" Janji deh, sekali ini aja. Habis itu aku turuti keinginan mama." Rayyan memohon dengan menggerak-gerakkan tangan mamanya yang sedang membaca majalah, persis seperti anak kecil. Membuat mamanya jadi risih.
" Apaan sih." Mama Sarah menggeser duduknya, menjauh dari Rayyan. Namun Rayyan malah mendekat.
" Ma, kalau aku gak habisin kontrak, nanti aku ke denda lho." Ucapnya.
" Denda apaan! Bilang sama bang Nathan, suruh batalin kontrak kamu. Perusahaan dia kan yang bayar kamu." Mama masih belum menyerah.
" Mana bisa begitu ma! Ini menyangkut tim juga, jadi aku gak bisa seenaknya gitu."
Mama mengerti, karena memang alasan Rayyan benar. Walaupun perusahaan milik suaminya yang kini dikelola oleh anak sulungnya yang bernama Jonathan, tapi bukan berarti Rayyan bisa seenak udel membatalkan kontrak.
" Ok! Tapi janji, begitu selesai kontrak, kamu juga selesai ikut balapan."
Dengan berat hati Rayyan menyanggupi syarat mama Sarah.
" Sebelum kamu berangkat, kamu harus cari cewek, biar nanti pulang dari sana, sudah ada calon."
Rayyan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Merasa aneh dengan permintaan mamanya.
Hp miliknya berdering
" Apa mbak?" Rayyan mengangkat panggilan, masih duduk di sofa yang sama dengan sofa yang diduduki mamanya, membuat mama Sarah menurunkan majalah yang ia pegang dan ikut mendengarkan pembicaraan anak dan menantunya.
" Di mana?"
"....."
" Ok."
Panggilan terputus, yang langsung di sambut dengan pertanyaan sang mama.
" Ada apa?" Mama Sarah fokus melihat Rayyan karena penasaran.
" Mbak Rita minta tolong aku. Suruh jemput susternya Geby."
" Sudah dapat susternya?"
" Ya sudahlah ma, orang aku suruh jemput." Jawab Rayyan.
Notif pesan berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Rayyan membuka foto yang dikirim oleh kakak iparnya.
Memandang wajah ayu, sederhana, tanpa make up, tapi terlihat cantik alami, dan yang pasti ori.
Rayyan tertegun. Seolah terpesona dengan foto yang seperti sedang memandang dirinya dengan senyum yang membuat hatinya seolah bergetar. Dan mensecroll layar ke bawah, membaca nama pemilik foto.
" Mira Adinda." Ejanya lirih, namun masih terdengar oleh sang mama.
" Siapa?" Mama menggeret tangan Rayyan, ingin tahu foto dari nama yang disebut oleh Rayyan.
" Cantik." Ucap mama Sarah.
" Iya." Tanpa sadar Rayyan menjawab ucapan mamanya.
Mama menoleh, melihat wajah Rayyan. Heran ada apa dengan anaknya itu.
" Kamu kesambet?" Mama Sarah menepuk jidat Rayyan. Rayyan hanya mengangguk.
" Perlu panggil dukun?"
Rayyan menggeleng.
" Terus?"
" Panggil dia aja." Rayyan memberikan hpnya pada mamanya agar melihat foto Mira yang sudah ia perbesar.
" Kamu suka dia?"
Rayyan mengangguk.
" Kalau gitu, jemput sekarang! Kasihan dia sudah menunggu kata mbakmu."
Mama Sarah memberikan chat terakhir yang belum terbuka oleh Rayyan, yang mengatakan bahwa
Susternya Gaby sudah menunggu ~ mbak Rita
Rayyan segera menyambar jaket di kamarnya, membenahi rambutnya dan mengenakan kaca mata hitamnya.
Berlari keluar, mengambil kunci motor dan menghampiri mamanya.
" Pinjem helem ma?"
Mama memandang heran pada Rayyan yang menanyakan helem.
" Sejak kapan mama punya helem?" " Bawa mobil aja, kasihan nanti kalau kehujanan." Ucap mama Sarah.
" Ok, pinjam kunci mobilnya."
" Ambil ditempatnya."
Rayyan kembali berlari ke tempat penyimpanan kunci. Kembali lagi ke tempat sang mama yang masih melanjutkan membaca majalah.
" Aku pamit ma...."
" Hati-hati, bawa dulu kesini. Mama juga pengen ketemu calon menantu."
" Mama setuju?"
" Asal kamu cinta, apa sih yang enggak."
Rayyan tersenyum dengan ucapan mamanya. Mengambil tangan sang mama, menciumnya dan berlari keluar menuju garasi.
Mama mengeleng dengan tingkah anak bungsunya.
" Pantas aja gak ketemu, orang yang dicari yang model kayak gini, tapi nyarinya diluar negeri. Tau gitu tak buang dari dulu kamu ke desa Ray." gerutunya, kemudian menggeleng lagi.
Mama mendesah, merasa lega. Setidaknya, kekawatiranya akan anak bungsu yang tak kunjung mencari pasangan hingga kelewat umur, akhirnya menemukan juga wanita yang menjadi idamannya.
Ternyata sesederhana itu, kenapa dibikin rumit.
Mama masih menggeleng lagi tak percaya dan tersenyum kemudian menggeleng lagi. membuat bi Ijah heran dengan oma yang selalu menggeleng, lalu tersenyum kemudian menggeleng dan tersenyum lagi.
Sudah gila apa ya, si oma gara-gara anaknya gak dapet-dapet jodoh?
Den Rayyan, kasihan mamamu, gila karena mikirin kamu yang tak kunjung menikah. Semoga cepet dapet jodoh, biar oma gak jadi gila.
______________________________________________
Kisah mereka berawal dari part selanjutnya. Jadi jangan lupa kasih dukungan untuk kisah cinta penuh perjuangan seorang Rayyan untuk mendapatkan cinta seorang Mira Adinda.
Cuz... Lanjut!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Fitri Dewi
makin seru ajaa
2023-01-11
1
tatah tutuh
ok siap thor 😊😊😊
2022-12-21
0
riska
haahaha........keren tuh idenya
2022-11-18
1