Hari berganti, Minggu berlalu, bulan beranjak dan tahun bergilir.
Tanpa terasa sudah Sembilan tahun berlalu Kara berada di new York.
Menempuh pendidikan bisnis di Manhattan college, membuat Kara kini mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
Dengan kecerdasan di atas rata-rata yang ia miliki yang di wariskan dari Radhi, Kara nyatanya mampu menuntaskan S2 nya di sana saat usianya menginjak dua puluh delapan tahun.
Sesungguhnya, ia telah lulus dua tahun lalu dari Manhattan college, namun ia enggan pulang dan belum memiliki kesiapan untuk kembali berhadapan dengan masa lalunya yang menyakitkan.
Hari ini adalah hari kepulangannya ke Indonesia. Setelah ia mempersiapkan diri dengan matang, Kara melangkah penuh keyakinan, Menapaki jalan menuju bandara Internasional John F. Kennedy, new York.
Sebuah tekad kuat dan rencana licik tersusun dengan rapi di otak seorang Kara. Namun demi Tuhan, Hanya dia dan Tuhan yang tau.
*******
Seorang gadis berusia dua puluh lima tahun, tengah menatap pemandangan dari balik kaca tembus pandang di kamarnya.
Sembilan tahun ia menjalani hari dengan sangat monoton. Segala aktifitasnya, ia. jalani tak lebih dari sekedar aktifitas wajib semata.
Sembilan tahun ia lalui dengan memendam banyak emosi.
Sesal yang menggunung, marah pada diri sendiri, kerinduan yang membuncah, serta tersiksa yang semakin mengakar kuat dalam hatinya, membuat Dita nyaris seperti mayat hidup yang di paksa beraktifitas sedemikian rupa.
Dita.....
Ya. Wanita itu adalah Dita. Di usianya yang menginjak angka dua puluh lima tahun, rupanya ia telah memendam rasa pada pria yang telah ia permainkan, ia sakiti psikisnya, ia lukai harga dirinya, ia patahkan egonya.
Kara......
Kara adalah sosok yang demikian berarti bagi Dita. Namun sayangnya, Dita baru menyadari setelah pria itu menghilang. Mengobati rasa traumanya terhadap kebiadaban Dita sembilan tahun lalu.
Dita menyesal.
Dita ingin kembali seperti dulu.
Dita sadar bahwa rasa yang dulu Kara miliki, ia juga merasakannya.
Sayangnya...... Terlambat.
Ada rasa sakit tersendiri saat mengetahui bahwa kejadian sembilan tahun lalu, benar-benar berdampak negatif pada Kara.
Bila tau begini, Dita tak akan melakukannya hanya karna segepok uang dan kepopuleran sebagai Miss beauty di sekolah.
Bunyi notifikasi di ponselnya, membuat Dita terseret dari arus lamunannya. Sejenak Dita merasa malas membuka ponsel.
Sayangnya........
Ia takut bila itu adalah berita penting dari salah satu kawannya.
Sebuah notif pesan dari nomor tak di kenal. Tanpa curiga, Dita membuka pesan.
'Aku kembali wahai lonthe mengenaskan.
Hahahaha.....
Aku tak sabar mempermainkanmu seperti kau dulu mempermainkan aku, hingga berdampak pada kejatuhan ku dan tercorengnya citraku.
Nikmatilah detik-detik terakhir kebahagiaanmu sebelum petaka benar-benar menimpamu'
Pesan singkat itu tak urung membuat Dita mendadak lemas.
Apakah itu artinya........ Kara yang mengiriminya pesan?
Apakah ia telah kembali?
Dan air mata itu kembali menganak sungai. membanjiri wajah cantik Dita dengan air mata.
*******
brak.....
Tanpa sengaja, seorang wanita bertabrakan tubuh dengan seorang pria gagah dengan tubuh athletisnya.
Sejenak, raga si wanita terpaku menatap pendar mata yang demikian familier di matanya.
Nafas si wanita tertahan selama beberapa detik. Hingga si pria mengeluarkan makian dan sumpah serapah yang tentu saja di tujukan untuk si wanita.
"Matamu buta, ya?".
Hardik Kara pada Hanum.
Ya, mereka adalah Kara dan Hanum.
Takdir telah mempertemukan mereka kembali setelah sembilan tahun lamanya.
Hanum ingin bersorak kegirangan saat ia berpapasan dengan Kara. Tak peduli bahwa pertemuan mereka bisa di bilang, berkesan kurang baik.
Hanum bahagia.
Hanum bangga.
Hanum lega.
Hanum merasakan euforia dan berada diantara bunga-bunga sakura yang bertebaran.
Mata Hanum tak berkedip menatap sesosok jantan tegap tinggi menjulang dengan kulit yang demikian mempesona.
Bibirnya terbuka menunjukkan ke-terpanaan nya pada sosok itu.
"Hei bodoh. Apa kau buta? Juga tuli?".
Suara bariton Kara menyeret Hanum dari dimensi lamunan pada dunia realita.
Gelagapan.
Hanum gelagapan dan merasakan jantungnya ingin lepas dari rongga dadanya seketika.
"Ka..... kak Kara?".
Ya tuhan. Hanum tak pernah bermimpi sebagai pertanda sebelumnya, bahwa Hanum akan berjumpa lagi dengan Kara.
Pria yang demikian arogan namun mampu membuat pertahannya luluh lantak seketika.
Kara nampak mengernyitkan keningnya dalam-dalam.
"Kau mengenalku?".
"Tentu. Aku Hanum Kinara. Hanum yang pernah meminta coklat yang telah teronggok di lantai karna ulah Dita.
Sembilan tahun lalu.
Ya tuhan. aku tak menyangka akan bertemu denganmu lagi, kak.".
Dita tak lagi bisa menyembunyikan rona kebahagiaan.
Kara......
Pria tampan dengan segudang pesona itu, menjadi buruk suasana hatinya saat nama Dita menggaung di telinganya.
Ada kebencian yang terbentuk lama di sudut hatinya. Kebencian nampak bagai bara api yang berkobar.
"Kau...... Wanita sama saja.
Hanum atau siapapun kau, Enyah lah dari hadapanku".
Kalimat kara demikian sinis.
Hanum yang menyadari dan memahami faktor kesinisan Kara, mengerti.
"Eh? Apa salahku padamu kak?".
"Aku bukan kakak mu".
Kara berlalu pergi dari hadapan Hanum.
Nada suara nya demikian dingin.
Tak peduli pada teriakan Hanum yang melengking.
Tak peduli tatapan heran dari para pengunjung lain.
Tak peduli pada ponselnya yang terjatuh saat tubuhnya sedikit oleng ketika bertabrakan dengan Hanum.
Hanum Kinara.
Wanita dua puluh lima tahun itu, berusaha mengejar Kara dengan kepayahan, berniat mengembalikan ponsel Kara.
Tak peduli pandangan iba dari pengunjung lain.
Sayangnya, Kara berlalu pergi begitu saja tanpa menghiraukannya.
Awas saja nanti.
Bila sampai Hanum bertemu lagi dengan Kara, akan Hanum pastikan......
Kara pasti mengucapkan terima kasih padanya.
Bila saat itu tiba, Akan Hanum buat Si kara yang sombong itu mengiba padanya demi ponselnya.
'Benar-benar menyebalkan.'
Hanum menggerutu.
Hingga satu jam berlalu.
"Num......".
Sepupu Hanum tiba dari Kalimantan.
Niat Hanum tadi adalah menjemput sepupunya yang berniat datang mengadu nasib ke ibu kota. Namun, pertemuan tak terduga dengan Kara, membuat Hanum kehilangan fokusnya hingga tak menyadari sepupunya, Sasa telah tiba.
"Eh, sa.... Maaf aku... aku tak fokus".
Sejenak mereka saling merangkul.
Menyalurkan kerinduan karna lama tak berjumpa.
"Tak apa.
Apa yang kau pikirkan? Apakah ada masalah serius?".
Hanum menggeleng tegas.
"Aku bertemu dengan pria yang ku sukai.
Sepertinya, ia baru tiba dari New York.
Kabar terakhir yang ku dengar tentangnya sembilan tahun lalu, ia melanjutkan study nya ke new York".
"Oh ya? Ya tuhan.....
Mungkinkah kalian berjodoh?".
"Semoga saja demikian".
"Ngomong-ngomong, Apakah kau masih menyukainya? Kau serius tidak?
Bukankah pertemuan terakhir kalian adalah sembilan tahun lalu?".
"Ya, kau benar.
Namun, rasa itu masih kurasakan.
Tiap detak jantungku terasa menghentak saat mata kami saling bersirobok.
Aku tak peduli nantinya akan seperti apa.
Yang jelas, Tuhan tak kan mungkin memberikan kesempatan bertemu dua kali bila tak berjodoh".
Demikian keyakinan Hanum, Demikian kuat tekad yang ia rangkai dalam keyakinannya.
🍁🌻🌻🌻🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Bunda keyrin
Dita sama kara Thor biar si Dita tau pembalasan kata di nikahin aia
2022-09-25
1
❤ yüñdâ ❤
#kawalkarahanum 💖💖💖
2021-12-03
0
🌹❦𝐺𝑙𝑎𝑑𝑦𝑠✿💦
215
2021-04-25
2