Pagi menyapa alam yang terbentang luas dengan keaneka ragaman keindahan yang tercipta. Udara lagi hari ini kian sejuk.
Kara Masih bergelung nyaman di dalam selimutnya, Tak sedikitpun ia berniat untuk beraktifitas. Meski ia telah terjaga sejak tadi, namun tak lantas ia beranjak.
Kara sedang stress kali ini.
Biarlah.......
Biarlah ia memanjakan raganya dengan tak melakukan aktifitas apapun.
Biarlah di luaran sana........
Kabar mengenai dirinya yang di rendahkan seorang wanita, beredar luas.
Kara tak peduli lagi sekarang.
Toh kara akan segera hengkang dari sini untuk beberapa waktu yang akan sangat lama.
Di ruang tamu, Radhi tengah kedatangan adiknya, siapa lagi bila bukan Chandra.
"Mas, Aku baru tahu pukul tiga dini hari tadi mengenai insiden yang Dita ciptakan.
Aku.... aku benar-benar tidak tau".
Chandra menatap kakaknya dengan raut wajah yang terlihat tertekan.
"Kau tertekan?".
Radhi tersenyum simpul.
Bahkan Chandra tak habis pikir dengan Radhi kali ini. Bagai mana mungkin, Radhi masih bisa bersikap biasa saja sementara putranya telah di perlakukan sedemikian rupa oleh Anak angkatnya?
Chandra makin tak mengerti.
"Kau masih bersikap tenang?".
Chandra balik melempar tanya pada Radhi.
"Untuk apa aku harus panik?"
"Di mana keponakanku?"
"Di kamarnya".
"Aku akan menemuinya".
"Tidak semudah itu.
Kara tengah tertekan saat ini atas beredarnya tragedi yang di alaminya kemarin.
Kawan-kawannya di universitas nya telah menghina dan mengejeknya.
Tidak kah kau lihat pada kabar yang beredar?".
Chandra Semakin di buat syok dengan kabar perihal kara yang tertekan.
"Aku akan meminta maaf padanya dan akan segera meretas berita itu. Ku mohon kak, ijinkan aku".
Chandra memohon di hadapan Radhi.
"Kabar itu tak kan terlihat lagi ini.
Lihat saja nanti. Aku yang telah membereskannya.
Ku rasa......Kara tak akan bersedia mengijinkan siapapun untuk menemuinya.
Kau tau? Setelah kepergian kalian tadi malam, Kara bahkan sangat berantakan dan tak bersedia makan.
Aku hanya....
tak ingin kejadian seperti ini kembali terulang, nanti".
Di saat yang bersamaan, Dewi dan Dita datang beriringan. Radhi dan Chandra tentu dengan cepat menangkap siluet mereka.
"Mas.... kenapa tiba lebih dulu?
Bukannya tadi pamit akan berangkat ke kantor?
"Ya. Dan aku hanya memastikan keadaan keponakanku yang tertekan akibat ulah putrimu yang payah itu.
Sayangnya, keadaan Kara tak sebaik yang aku kira".
Dewi mengernyitkan keningnya tak mengerti.
"Bukankah semalam baik-baik saja?".
"Ya, namun tidak setelah nya.
Setelah anak ini menyebarkan video pelecehanya pada Kara.".
"Sudahlah. Semua telah terjadi."
Kali ini Radhi bersuara. Ia tak ingin ada keributan pagi-pagi sekali di rumahnya.
Dewi kemudian menatap Radhi penuh permohonan.
"Kak....
Aku ingin menemui kara untuk meminta maaf atas perlakuan putriku padanya".
"Ya..... Sebaiknya memang kau melakukannya.
Tapi setelah Kara pulang dari new York beberapa tahun lagi.
Aku tak mau ......
Aku tak mau putraku jadi gila hanya karna ulah satu wanita belia yang pada dasarnya ia hanyalah anak angkat.
Rumput liar yang kau pungut dari Jalanan untuk kau jadikan hiasan suci di rumahmu.
Berita yang terlampau menyebar itu, membuat putra kebanggaan ku nyaris gila dan bunuh diri, asal kalian tau!!!".
Jelita tiba-tiba datang dengan raut wajah marah. Bila Radhi terlihat lebih tenang, berbeda dengan Jelita yang tak akan tinggal diam.
Cukup sudah.......
Jelita tak ingin berbaik hati lagi kali ini.
Putranya terusik. Ia tak akan membuat siapapun pelakunya bisa lari begitu saja.
Netra mata Jelita menangkap seraut wajah yang telah berlinang oleh air mata.
Dita terlihat mendongak. Ia berjalan perlahan menuju Jelita, berusaha meraih pergelangan tangan Jelita untuk meminta maaf.
Namun sayang, Jelita dengan kasar segera menghentak kasar tangan Dita.
"Aku telah murka padamu dan kau berusaha menyentuhku?
Jangan bersentuhan, bahkan menatapmu pun aku tak Sudi"
Tukas Jelita kemudian berlalu pergi.
Dari arah tangga, Aridha muncul dengan wajah lusuhnya.
"Kau sudah siap sayang?".
Suara Radhi memecah keheningan di ruang tamu. Aridha mengangguk dan telah siap dengan seragam sekolah yang di kenakannya.
Sesaat mata Aridha menatap Dita penuh penilaian. Gadis yang usianya sebaya dengan dita itu nampak mengamati penampilan Dita dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Sungguh......
Dita merasa telah di telanjangi oleh Aridha.
"Aaku..... aku menyesal, Tante Lita".
"Tunjukkan penyesalanmu dengan membuat putraku kembali ceria seperti sebelumnya.
Aku tau kau bahkan mempertaruhkan harga diri putraku hanya demi uang, Serendah itu rupanya dirimu!!".
Jelita berlalu pergi menaiki anak tangga. Meninggalkan Mereka dengan emosi yang sebenarnya siap meledak.
"Maaf, aku harus mengantar putriku untuk berangkat sekolah. Maaf aku harus meninggalkan kalian".
Radhi berlalu pergi dengan Aridha yang menggamit lengannya.
Di dalam ruang tamu, kini hanya tinggal Chandra, Dewi, dan Dita.
Mereka nampak jelas sekali tegang.
"Aku... aku harus bagaimana, ma?"
Dewi yang mendengar pertanyaan Dita segera menggelengkan kepalanya.
"Aku tak tau lagi harus bagaimana".
Hening beberapa saat, hingga Dewi membuka suaranya.
"Akan sangat sulit menerima maaf dari kak Lita, mas. Aku masih sangat ingat dulu kemarahannya berujung kan dendam.
Lalu, bagaimana dengan Nasib Dita ke depannya".
"Aku tak tau.
Biarlah, ini adalah konsekuensi dari perbuatan Dita sendiri."
Jawab Chandra lirih sambil berlalu pergi dari sana, hendak menuju ke kantor.
Dewi pun pulang tanpa membawa kabar baik pagi ini. Begitu juga dengan Dita yang memang memang sengaja mangkir dari sekolahnya.
Di dalam mobil, Dewi duduk bersebelahan dengan Dita, sopir yang mengemudi tak berbicara apapun.
Pikiran Dewi lepas mengingat kembali masa lalu. Sungguh......
berhadapan dengan Jelita sangat tidak mudah.
Dan kini......
Dewi harus kembali berseberangan dengan Jelita demi Dita?
Dewi bingung harus bagaimana kali ini.
Sedang Dita?
Dita kembali mengingat momen memalukan bagi Kara kemarin siang.
Masih tercetak jelas dalam ingatan Dita, wajah tampan Kara dengan raut mengenaskan siang itu.
Dalam hati, Diam-diam Dita merasa ada sudut hatinya yang terasa kosong setelah Kara berlalu.
Entah ada apa, Dita merasa demikian mengkhawatirkan keadaan Kara yang katanya sedang tertekan.
Sungguh..... Dita merasa ia telah berdosa pada pria sebaik, setampan dan senapan Kara.
Dita menyesal.
Seraut wajah menyedihkan milik Kara kemarin, semakin tercetak jelas dalam otaknya.
"Aku menyesal", Cicit Dita lirih, menyerupai bisikan angin.
"Kau..... kau sungguh keterlaluan karna telah memancing kemarahan Kakak ku, Dita.
Kau hanya tak tau, Wanita sebaik kak Lita bisa bersikap mengerikan layaknya iblis wanita bila kita memulai masalah dengannya.
Gara-gara dirimu, kebencian kak Lita kembali terbentuk untukku.
Kau.... Ku besarkan sepenuh hati, kuangkat sebagai anak, tapi kau dengan sengaja menyulut kebencian dan kemarahan kak Lita padaku".
🍁🌻🌻🌻🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
RimMy BudaNa
smua perbuatan yg mengatasnamai balas dendam kelak tetap akan menuai karmanya sendiri, teringat kembali mona seorang wanita yg dibayar jelita untuk membalas dendam kepada rumah tangga dewi adik tiri nya dgn alasan dendam, pd akirnya putri mona jg lah yg melecehkan putra jelita.... inti dr semuanya adalah dendam yg secara sengaja mau pun tidak sengaja pada akirnya kembali kepada kita atau mungkin kembali pada turunan kita kelak..
2022-04-15
0
❤ yüñdâ ❤
enk kn dimarahin semua orang rasain tuh nikmatnya dibenci 🥴🥴🥴
2021-12-03
0
Becky D'lafonte
blm tau aja si dita, bagaimana menyeramkannya mama lita
2021-10-14
1