Diary Mata Indigo

Diary Mata Indigo

Anak siapa itu

Lampu itu berkelap-kelip menyinari setiap sudut kamarku. Kulihat langit-langit kamarku serasa pecah. Entah mataku yang terasa pedih ataukah memang langit-langit kamarku saat ini sedang berbicara. Seakan mereka lelah dengan suasana gemerlap dunia. Kufokuskan mataku pada sudut yang berbeda. Kulihat disana ada sebuah cahaya yang menerobos ruang kamarku. Ada sebuah cahaya kecil yang sedang kuamati.

Aneh sekali perasaan tidak ada lubang apapun disana. Tetapi kenapa bisa ada cahaya yang masuk di dalam kamarku.

gumamku di dalam hati sambil mencari-cari dinding di sekeliling kamarku. Aku segera menarik selimutku sampai ke atas sehingga kepalaku pun ikut tertutup. Aku menutupi semua bagian tubuhku. Kupejamkan mataku hingga terlelap, tetapi aku tetap saja tidak bisa membawa diriku tertidur. Mataku memang terpejam tetapi jiwaku masih saja melayang-layang sampai ke angan-angan. Akhirnya aku membuka selimutku aku beranjak dari tempat tidurku. Kupasangkan kedua sandalku di kedua kakiku. Kulangkahkan kakiku ke arah depan kamarku. Kubuka pintu kamarku perlahan sekilas aku melihat ada bayangan yang sedang berlari.

siapa disana apa ada orang disana

Aku mengejar bayangan yang tadi hanya sekilas dan secepat kilat berlari. Kulihat sekeliling ruangan tengah juga tidak ada sosok siapapun disana. Kulanjutkan langkahku menuju dapur disana juga tidak ada siapapun. Tak berhenti sampai disitu akupun melangkahkan kakiku ke arah teras depan. Kubuka pintu rumahku disana aku melihat sosok seorang anak yang sedang bermain. Kuhampirinya dan aku bertanya kepadanya.

" kamu siapa kenapa malam-malam bermain bukankah seharusnya sekarang ini waktunya adik untuk istirahat?" tanyaku lirih

Dia tidak menjawab pertanyaanku, dia hanya menggelengkan kepalanya. Bahkan dia tidak melihat ke arahku, dia hanya menundukkan kepalanya sambil tetap bermain.

" adik rumahnya dimana?" tanyaku lagi

Lagi-lagi aku tidak mendengar jawabannya dia hanya menunjukkan jarinya ke arah sebrang jalan. Aku hanya tersenyum melihatnya.

mungkin dia anaknya pemalu

Kemudian aku masuk ke dalam rumahku. Kututup pintu rumahku dan aku berjalan menuju kamarku. Kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang sudah terasa tak nyaman lagi. Mungkin sudah waktunya untuk ganti tempat tidur. Rasanya gerah sekali tidur di atas kasur yang sudah mengeras seperti ini. Kupejamkan mataku sehingga aku benar-benar terlelap malam itu.

"kukuruyuk"

Terdengar suara ayam membangunkanku dari tidurku. Aku segera bangun dari tidurku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 04.00. Aku melipat dan merapikan tempat tidurku. Segera kubuka pintu lemari es untuk mencari sayuran dan lauk yang akan aku masak. Setelah itu aku langsung menuju kamar mandi dan membersihkan diri untuk melaksanakan kewajibanku. Setelah sholat subuh akupun langsung membersihkan rumahku. Begitulah rutinitasku yang aku lakukan tiap hari. Aku tinggal sendiri di rumah ini. Bukannya tidak mempunyai keluarga. Orang tuaku tinggal di sebuah desa yang jauh dari tempat tinggalku. Aku hidup disini untuk merantau. Aku bekerja di sebuah perusahaan besar dan ternama disini. Sehingga aku harus meninggalkan desaku demi sebuah cita-cita.

Hari sudah mulai pagi mentari sudah menyinari halaman rumahku. Kulihat cahayanya pun juga sudah mulai menerobos setiap sudut jendela. Aku segera bersiap-siap menuju ke tempat kerjaku. Aku berangkat dijemput mobil kantor. Kulihat sekeliling rumahku sudah rapi. Aku tersenyum lega melihatnya karena bukan tidak biasa hanya saja aku lebih suka dengan pemandangan yang indah.

Sesampainya di depan kantor betapa terkejutnya aku melihat sosok anak kecil yang semalam bermain di depan rumahku.

loh itu bukannya anak tetangga yang kemarin malam masih bermain di depan rumahku ya..?

Aku melihat anak itu tapi tetap saja aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia selalu menundukkan kepalanya setiap aku melihatnya. Akupun tidak menyapanya karena aku harus segera masuk ke kantor.

" Key..."

terdengar suara yang memanggilku dari kejauhan. Aku menghentikan langkahku sejenak aku melihat ke arah yang memanggilku.

" cepat sekali kamu jalannya?" Reza menghentikan langkahku dengan nafas tersengal-sengal.

" iya Rez ada pekerjaan yang belum aku selesaikan hari ini" jawabku sambil melanjutkan langkahku kembali

" iya tapi tunggu dulu ini ada berkas kamu yang tertinggal di meja kerjaku kemarin" Reza mengulurkan berkas yang harus segera aku tanda tangani.

Aku masuk ke dalam ruang kerjaku, aku membuka jendela ruanganku. Aneh sekali ketika aku membuka jendela ruanganku aku melihat sosok anak yang tadi.

Loh ini aneh sekali kenapa anak itu bisa ada di halaman belakang sekarang. Bukannya dia tadi ada di depan ya. Apa jangan-jangan anak itu mengikuti aku ya?

" tok tok tok"

" masuk"

" Ibu Keyza ada yang ingin bertemu dengan Ibu di depan" ucap Sinta sekretarisku

" siapa ya?" tanyaku

" namanya Ranti Bu dia berasal dari desa" jawab Sinta

" oh iya suruh masuk ya"

" baik Bu" ucap Sinta sambil mempersilahkan masuk Ranti

" selamat pagi Ibu Keyza"

" haiiiii... Ranti kamu apa kabar?" tanyaku sambil memeluknya

" baik Bu" jawabnya sopan

" jangan panggil Ibu lah kayak terlalu formal aja"

" kan tidak enak kalau aku panggil kamu hanya...." belum sempat dia meneruskan kata-katanya dia kuseret untuk duduk di sofa supaya lebih santai.

" oh iya kamu tinggal dimana Ran sekarang?" tanyaku

" aku ngekost Key" jawabnya

" grubyakkkkk piarrrr"

Aku mendengar suara hantaman keras terhadap kaca jendela di ruanganku.

" suara apa itu Key?" tanya Ranti terkejut

" aku gak tahu Ran sepertinya kaca jendela" jawabku sambil melihat ke arah luar

" siapa yang lempar batu Key?"

Aku menggelengkan kepalaku lagi-lagi aku harus merasakan keanehan. Kulihat sekeliling juga tidak ada satupun orang. Bahkan anak kecil yang tadi ada disana juga sudah menghilang.

" Sinta tolong panggil Cleaning service untuk membersihkan ruangan saya"

" baik Bu apa yang sedang terjadi Bu kenapa kacanya pecah semua?"

" aku juga tidak tahu Sin tiba-tiba kaca jendela pecah seperti ada yang melempari batu" jawabku.

Aku mengajak Ranti untuk pergi sarapan di kantin. Sementara itu ruangan masih dibersihkan oleh Cleaning service. Aku berbincang-bincang dengan Ranti mengenai kampung halaman. Kita berasal dari kampung yang sama. Bahkan Ranti adalah teman dari kecilku. Kita sudah seperti Kakak Adik yang tidak bisa dipisahkan. Aku baru saja mendapat pekerjaan di kota sekarang dia juga menyusul ke kota untuk menemuiku. Sebenarnya bukan hanya sekedar menemuiku tetapi Ranti juga bekerja di kota. Sama seperti aku yang juga merantau dari desa ke kota untuk mencari pengalaman yang sangat berharga. Iya kita sama-sama meraih kesuksesan di kota ini. Meskipun kita harus meninggalkan kampung halaman beserta keluarga kami. Namun kita juga harus berpikir tentang masa depan kita. Andaikan saja aku bisa memboyong kedua orang tuaku ke kota. Mungkin aku bisa berbagi suka dan duka dengan mereka.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu juga bagus banget thor

2022-05-17

0

Yeni Mariyati

Yeni Mariyati

mampir baca dlu,

2022-03-24

0

Wati Simangunsong

Wati Simangunsong

mampir

2022-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!