…Callysta Angelina…
Aku membuka mata secara perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya di dalam ruangan. Ketika aku ingin menggerakkan kepalaku, aku merasakan rasa sakit dan leher ku terasa kaku. Ada apa dengan leherku? Aku mengerang sembari membuka masker oksigen yang terpasang pada hidung dan mulutku.
"Kau sudah sadar, kenapa di lepas?" Suara seseorang yang samar aku dengarkan.
Aku melirik orang tersebut karena leherku benar-benar kaku untuk di gerakkan.
"Apa yang terjadi? Kenapa leherku terasa sakit dan tidak bisa di gerakkan?" Tanyaku dengan suara yang terputus putus, karena saat berusaha mengeluarkan suara leherku sakit sekali.
"Tunggu sebentar, akan aku panggilan dokter." Jawabnya. Aku tidak dapat melihat jelas siapa yang berbicara? Mataku masih melihat dengan buram.
Samar aku mendengar seseorang berteriak. Akibat tidak tahan akan sakit yang teramat sangat di bagian leherku, aku pun merasa badanku melemah dan pandangan mataku menggelap kembali. Aku kembali tidak tahu apapun yang terjadi?
......................
…Antoni Yuandara…
Aku mendengar dia mengerang dan segera mendekatinya karena melihat dia berusaha membuka masker oksigennya.
"Kau sudah sadar, kenapa di lepas?" Tanyaku padanya yang terlihat meringis kesakitan dan masih menutup buka matanya.
Dia melirikku sekilas karena terhalang dengan lehernya yang terluka.
"Apa yang terjadi? kenapa leherku terasa sakit dan tidak bisa di gerakkan?" Tanyanya padaku. Terdengar dia sangat berusaha untuk bisa berbicara.
"Tunggu sebentar, akan aku panggilan dokter." Jawabku yang langsung berlalu dan berteriak memanggil dokter.
Dokter pun datang dan segera memeriksa dokter wanita itu, yang ternyata tidak sadarkan diri kembali.
"Dokter Callysta kembali tidak sadarkan diri, tuan muda." Jawab dokter tersebut setelah memeriksa kondisi dokter wanita itu. Dokter yang di panggil dokter Callysta.
"Tapi baru saja dia sadar dokter." Jawabku tegas.
"Apa dokter Callysta berusaha mengeluarkan suaranya?" Tanya dokter tersebut.
"Iya dokter, dia bertanya apa yang terjadi pada lehernya karena merasakan sakit." Jawabku apa adanya.
"Luka di lehernya belum pulih sepenuhnya, karena tusukkan pisau itu cukup dalam. Hampir mengenai sedikit vita suara bagian urat nadi di lehernya. Saat berusaha untuk bersuara, dokter Callysta mungkin merasakan sakit yang membuat badannya tidak bisa menahan rasa sakitnya itu, dan jatuh tidak sadarkan diri kembali." Jelas dokter tersebut.
"Berikan obat terbaik untuknya dokter." Perintahku yang repleks mencengkram kerah jas dokternya.
Entah mengapa? Aku merasa sedikit sakit mendengar kondisi dokter Callysta yang di jelaskan oleh dokter tersebut.
"Iya tentu saja tuan muda." Balas dokter tersebut dan aku segera melepaskan cengkramanku pada kerah jas dokternya.
Dokter dan perawat memberikan obat suntik, entah obat apa itu akupun tidak tahu? Mereka pergi dan meninggalkanku berdua di dalam ruang perawatan itu.
Aku duduk pada kursi yang ada di samping ranjang perawatan dokter Callysta. Aku memandang wajah pucatnya yang terlihat tetap cantik dan manis. Aku tersenyum tipis memandang wajahnya, karena baru kali ini aku memandang wajah seorang wanita begitu lekat dan dekat.
"Mengapa kau mau menyelamatkan ku?" Tanyaku dan mencoba menyentuh punggung tangannya yang terasa dingin.
Aku menggenggam telapak tangannya yang terasa dingin dengan kedua tanganku. Aku menggosoknya perlahan agar tangannya kembali menghangat.
"Aku mohon bertahanlah. Sadarlah, ada yang ingin aku bicarakan. Aku mohon….!" Tanpa aku sadari, aku mencium punggung tangannya dan aku menikmati itu.
Aku senang menggenggam tangannya yang mungil dan putih bersih. Ada perasaan hangat yang aku rasakan, saat melihat wajahnya yang masih terpejam damai.
Aku mengingat kejadian malam dua hari yang lalu. Jika saja dokter Callysta tidak datang ke kamar ku, entah apa yang akan terjadi padaku? Tidak pernah aku duga peristiwa itu akan terjadi padaku, dan dokter Callysta yang merasakan dampak karena menolongku.
Flashback on…
Dua hari malam saat kejadian…
Malam saat aku baru saja ingin terlelap, aku merasakan ada yang menyentuh selang infusku. Ada seseorang yang menyuntikkan sesuatu di selang infusku, aku pun membuka mata dan melihat seorang yang berpakaian hitam dengan menggunakan topi dan juga masker wajah. Mereka menutupi wajahnya, membuat aku curiga. Dengan segera aku menepis tangannya dan berusaha bangun untuk duduk.
Aku melihat ada satu jarum suntik yang masih menancap di saluran karet selangku. Merasa ada yang ganjal, dengan cepat mencopot paksa jarum infus dari punggung tanganku. Sehingga darah segar mengalir dari punggung tanganku.
"Percuma, obat bius itu sudah setengahnya masuk. Hanya menunggu reaksinya saja." Ucap orang yang mengaku menyuntikkan obat bius itu kepadaku.
Benar saja, badanku mulai merasa lemas tetapi aku dapat menahannya.
"Siapa kalian dan mau apa?" Tanyaku melihat ke arahnya, satu temannya lagi menjaga di depan pintu masuk.
"Jangan banyak bicara, ikuti saja apa yang aku katakan." Perintahnya yang ingin mengikat tanganku.
Aku berusaha melawan, tapi apa daya badanku lemas sekali. Obat bius yang mereka katakan benar-benar sudah bereaksi padaku, walaupun hanya masuk setengahnya saja. Beruntung aku cepat melepaskan selang infus tersebut.
Dia dengan mudah mengikat kedua tanganku dan aku tidak bisa melawan sama sekali. Aku pasrah dan berharap ada seseorang yang datang untuk menolongku.
'Sial badanku semakin melemah, kemana semua penjaga? Asisten Leo, kenapa dia tidak ada di sini?' Gumamku dalam hati sambari terus menahan daya tahan tubuhku agar tetap tersadar. Melawan pengaruh obat bius itu cukup sulit bagiku.
"Ada yang datang." Kata penjahat yang berjaga di pintu. Mereka berdua langsung mengeluarkan pistol yang di sembunyikan di balik jaket mereka.
Si penjahat yang berada di dekatku menodongkan pistol tepat mengarah pada kepalaku. Sedangkan temannya yang berdiri di balik pintu, bersiap siaga dengan orang yang akan datang masuk.
Dari balik kaca kecil pintu aku bisa melihat dokter wanita itu. Dokter wanita yang sering aku tolak untuk memeriksaku, dia datang.
'Jangan masuk!' Itu yang ingin aku ucapkan, tetapi aku tidak bisa berbicara karena pistol yang menempel di pelipisku sebagai peringatan dari penjahat itu untuk diam.
"Diam dan jangan bersuara." Ucapnya mengancam dan aku hanya bisa diam.
Dokter wanita itu masuk tanpa melihat dulu dari balik kaca pintu. Dengan cepat dia di todong oleh penjahat yang ada di dekat pintu. Dia tampak terkejut dan mengangkat tangannya ke atas kepala karena perintah si penodong.
"Siapa kalian? Apa kalian sadar ini rumah sakit!" Tanya dokter wanita itu. Dia malah terdorong ke depan.
Dokter wanita itupun melihat ke arahku dan punggung tanganku yang terus mengeluarkan darah. Tanpa rasa takut, dia segera mendekatiku dan memegangi punggung tanganku untuk menahan agar darahnya terhenti.
"Tuan muda, apa anda baik baik saja?" Itulah yang dia tanyakan padaku seraya terus menekan darah yang mengalir dari punggung tanganku, aku tidak peduli lagi jika wanita itu menyentuhku.
Aku melihat kecemasan di wajahnya, dan dengan sadar aku membiarkan wanita itu memegangi tangan ku. Jika biasanya aku sangat anti di sentuh oleh seorang wanita, tetapi entah kenapa aku diam saja? Apakah ini pengaruh obat bius atau karena keadaan yang genting?
Dokter wanita itu terus membantuku untuk membersihkan darah yang mengalir di punggung tanganku dan menutupinya dengan sobekkan dari kain sprey yang dia ambil. Dia tidak peduli dengan peringatan dari penjahat yang menodong kami, dia berani menjawab dan menatap tajam dua penodong itu.
"Apa anda baik baik saja tuan muda?" Tanyanya cemas melihat ku
"Aku baik, kenapa kau kesini?" Tanyaku balik dan balas menatapnya dengan cemas.
"Saya hanya ingin memastikan anda sudah tidur atau belum karena ini sudah larut malam, tetapi ternyata anda mendapatkan masalah di sini." Jawabnya seraya melirik ke arah si penodong yang ada di samping kami.
"Kalau ada kesempatan, cepat pergi dari sini." Ucapku melihatnya cemas, jangan sampai terjadi sesuatu padanya karena aku.
"Tidak akan ada yang lepas dari kami malam ini, kalian berdua akan mati di sini." Ucap si penodong yang ada di dekat pintu sembari berjalan mendekati kami.
Dokter wanita itu berdiri membelakangi ku, bergantian dia yang di todong oleh penjahat yang ada di depanku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena tanganku di ikat dan badanku lemas. Hanya bisa berusaha melepaskan ikatan yang ada di tanganku, itu saja yang dapat aku lakukan.
Tiba-tiba dokter wanita itu menyerang penjahat yang ada tepat di depannya, dengan melemparkan pisau kecil yang entah dia dapatkan dari mana akupun tidak tahu? Dia juga menendang pistol yang di pegang oleh penjahat yang ada di depanku, dan kulihat kedua pistol yang dipegang dua penjahat itu terlempar jauh dari mereka.
Dengan gerakkan cepat dokter wanita itu mengambil pistol yang jatuh tepat di bawah kakinya, menembak betis kaki penjahat yang ada di depannya. Sehingga penjahat itu pun tumbang karena tembakan di betisnya, dan luka pisau menancap di pergelangan tangannya.
Penjahat yang ada di samping dokter wanita itu menyerang dengan menggunakan pisau dan mengenai lengan kanannya. Dia pun segera menghindar seraya menekan lengannya yang terluka, dengan cepat pula dia menembak betis kaki penjahat itu sampai lumpuh.
Dokter wanita itu mendekatiku dan membantuku untuk bangun dari ranjang, dia berusaha memapahku dengan menahan rasa sakit di lengannya. Belum jauh kami melangkah, si penjahat yang kedua tangannya tidak terluka bangun ingin menikam ku dari arah belakang. Namun dapat di halangi cepat oleh dokter wanita itu, sehingga pisau yang di pegang oleh penjahat menancap dalam di leher samping dokter wanita itu.
Aku terkejut melihatnya, dokter wanita itu sempat melawan dengan menendang keras ******** si penjahat. Sehingga penjahat itu pun jatuh pingsan dan mencabut pisau yang menancap dalam pada leher samping dokter wanita itu.
Aku melihatnya menahan darah yang mengalir di lehernya, tubuh dokter wanita itu jatuh dan aku dengan cepat menahan tubuhnya dengan tanganku yang sudah terlepas dari ikatan. Perlahan aku lihat matanya yang tertutup.
Aku meminta pada anak buahku yang datang masuk untuk mengangkat tubuh dokter wanita itu, karena badanku masih lemah sehingga aku tidak bisa mengangkat tubuhnya.
Flashback off…
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
★Merepotkan~
Salam dari [Pelayan Raja Iblis], like sudah terkirim. Semoga kita bisa saling mendukung 🙏🌲
Semangat terus 🎉
2021-05-02
1
Dhina ♑
Callysta rasa ga asing lagi
2021-04-21
1