…Callysta Angelina…
Aku membuka perlahan mataku dan melirik ke seluruh ruangan. Aku sadar berada di ruang perawatan rumah sakit, aku mengingat pernah terbangun sebelumnya dan entah itu kapan?
Aku merasa sedikit rasa nyeri dan leherku masih kaku, akupun diam tidak bergerak sama sekali. Aku memejamkan mata untuk berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya? Mengingat kejadian malam di ruang perawatan tuan muda Antoni Yuandara, saat itu ada dua penjahat yang menodong tuan muda dan aku melawan kedua penjahat itu. Lengan kananku dan leher samping kiriku terluka, karena tusukkan pisau yang di lakukan oleh salah satu penjahat yang ingin menikam tuan muda dari arah belakang.
Aku sadar, luka di leherku pasti sangat dalam. Aku berusaha untuk menggerakkan tanganku ingin melepaskan selang yang ada di hidungku untuk membantu ku bernafas, tetapi tanganku malah tersentuh sesuatu yang membuatnya terbangun.
"Kau sudah sadar?" Tanya seseorang yang terkena sentuhan tanganku.
Aku hanya melihatnya, dan kali ini pandanganku dapat melihat jelas wajah cemas tuan muda Antoni Yuandara. Aku tidak menjawab dan hanya membuka selang oksigen yang terpasang di hidungku. Aku sudah sadar sepenuhnya, dan tahu bahwa aku tidak boleh mengeluarkan suara atau menggerakkan leherku. Aku harus tahu luka seperti apa yang aku dapatkan pada leherku?
Aku hanya memandang wajah tuan muda Antoni yang memandangi aku dengan cemas. Berharap tuan muda ini tahu maksudku, untuk memintanya memanggil dokter agar aku tahu bagaimana kondisiku?
'Tolong panggilkan dokter!' Gumamku di dalam hati sembari menatap lekat mata tuan muda Antoni. Berharap dia mengerti.
"Tunggu, akan aku panggilkan dokter." Ucapnya dan aku hanya mengedipkan mataku dua kali tanda setuju, bersyukur dia mengerti keinginanku.
Tuan muda berlalu keluar ruangan. Beberapa saat kemudian dia kembali bersama dokter bedah umum teman sesama dokterku, yaitu dokter Rendy dan perawat Nora. Mereka berdua bertugas di area kamar VVIP.
" Hai dokter Callysta !" Sapa dokter Rendy tersenyum padaku seraya memeriksa denyut nadiku.
Aku hanya menjawab dengan kedipan mataku dua kali dan berusaha tersenyum tipis.
"Aku periksa keseluruhan dulu ya dokter Callysta." Ucap dokter Rendy kembali dan lagi lagi aku mengedipkan mataku dua kali.
Dokter Rendy yang tahu maksudku hanya tersenyum dan mulai memeriksa keseluruhan kondisi ku.
"Oke semuanya sudah membaik. Kondisi mu saat ini sudah bagus, hanya saja jangan paksakan dulu untuk berbicara. Luka di lehermu itu hampir mengenai Vita suara dan urat nadi pada leher mu, kau pasti sudah mengerti maksudku kan dokter?" Tanya dokter Rendy menjelaskan apa yang ingin aku tahu, aku hanya menjawab dengan mengedipkan mataku dua kali.
"Bagus, kau memang dokter yang di katakan semua orang. Pintar dan cepat tanggap. Baiklah, istirahat dulu dan ingat jangan berbicara dulu kalau kau merasakan nyeri di lehermu, kau tahu apa dampaknya jika kau melanggarnya?" Ucapnya dan aku hanya bisa terus mengedipkan mataku dua kali untuk menjawab. Dokter Rendy dan perawat Nora hanya tersenyum melihat tingkahku yang patuh.
"Baiklah tuan muda, dokter Callysta kondisinya sudah membaik hanya perlu banyak istirahat, juga tidak boleh berbicara dulu agar lehernya cepat pulih." Ucap dokter Rendy menghadap ke arah tuan muda Antoni.
'Kenapa dokter Rendy melaporkan kondisiku segala pada tuan muda jutek itu?' Gumamku mengerutkan keningnya melihat mereka.
Dokter Rendy dan perawat Nora pun berlalu keluar dari ruang perawatan. Meninggalkan kami berdua di dalam ruangan, aku dan tuan muda Antoni Yuandara.
Tuan muda berdiri di samping ranjang dan menatapku intens, tetapi kali ini tatapan matanya lembut dan tersenyum kepadaku.
'Ya ampun, apa aku sedang bermimpi melihat tuan muda jutek ini tersenyum kepadaku?' Gumamku di dalam hati heran melihat tuan muda Antoni Yuandara tersenyum, semakin menguatkan pesona wajahnya yang tampan.
"Terima kasih kau sudah sadar dan baik baik saja." Ucapnya melihatku dengan tetap tersenyum.
'Ya ampun Tuhan...senyumnya yang menawan membuat jantungku berdebar. Tenang, tenang Callysta...jangan sampai tergoda.' Gumamku.
"Terima kasih sudah datang dan mau menyelamatkan aku." Ucapnya lagi, dan aku hanya diam tanpa berkedip untuk membalasnya.
'Oooo.....dia tersenyum baik padaku hanya ingin berterima kasih karena aku sudah menyelamatkannya, lumayanlah...dia tahu cara berterima kasih. Aku pikir dia lupa akan kejadian itu, karena aku masih dapat mengingat jelas saat melihat sorot matanya pada malam itu, dia sedang dalam pengaruh obat bius dan setengah sadar, baguslah...!' Gumamku di dalam hati.
"Maafkan aku, karena aku kau jadi terluka dan aku minta maaf karena aku selalu bersikap kasar kepadamu." Ucapnya.
"Aku berharap, kau mau memaafkan aku."
Aku hanya diam, melihatnya tanpa mengedipkan mata sama sekali untuk menjawabnya.
"Aku ingin menghubungi keluargamu. Aku bertanya pada pihak rumah sakit, tapi maaf pihak rumah sakit tidak tahu kontak keluargamu." Ucapnya yang sukses membuatku terkejut.
'Gawat...jangan sampai dia tahu papa ku siapa? Bahaya, apa yang akan dia pikirkan nanti? Kalau dia tahu papaku adalah seorang ketua mafia. Semoga dia tidak terus mencari tahu kontak keluargaku.' Gumamku di dalam hati, aku langsung mengangkat tanganku dan melambaikannya untuk menjawab tidak.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanyanya semakin mendekatiku.
Aku pun berpikir, 'apa yang harus aku lakukan agar dia mengerti?' Akupun dengan cepat mengangkat kedua tanganku dan mengisyaratkan ingin menuliskan sesuatu untuknya.
"Apa kau ingin menulis sesuatu?" Tanyanya dan aku segera mengedipkan mataku dua kali.
"Baiklah, kau bisa memakai ponselku karena aku tidak memiliki kertas dan pena." Ucapnya lagi seraya mengeluarkan ponsel miliknya dan menyerahkannya kepadaku.
Aku mengambil pelan ponselnya yang sudah terbuka pada aplikasi pesan, aku mengetikkan sesuatu.
"Keluarga saya tidak tinggal di kota A, mereka tinggal di luar negeri. Jadi tidak perlu menghubungi mereka. Saya tidak ingin membuat mereka khawatir." Tulisku pada pesan untuk di baca oleh tuan muda Antoni.
Tuan muda Antoni mengambil ponselnya dan langsung membaca tulisan yang aku ketik.
"Kau sendirian di kota ini?" Tanyanya.
Aku hanya menjawab dengan mengedipkan mataku dua kali.
"Baiklah, kalau begitu aku yang akan menjagamu dan bertanggung jawab sampai kau sembuh." Jawabnya, dan aku segera melambaikan tanganku untuk menjawab tidak.
"Kenapa tidak?" Tanyanya, aku hanya mengulurkan tangan untuk meminjam ponselnya kembali, dan diapun mengerti.
"Tidak perlu, sebentar lagi juga saya pasti akan sembuh." Ketikku pada pesan di ponselnya.
Tuan muda Antoni pun membacanya, dan melihat ke arahku.
"Aku tidak mau tahu, kau setuju atau tidak, aku akan tetap akan menjaga dan bertanggung jawab sampai kau sembuh." Jawabnya tegas.
'Ini orang, ngak bisa benget menerima pendapat dan kamauan orang lain? Aku juga yang bodoh...tahu dia tuan muda yang maunya sendiri, mana bisa aku lawan. Ya sudahlah, pasrah saja sampai aku sembuh dulu.' Gumamku dalam hati, akupun hanya mengedipkan mataku tanda setuju karena tidak ada guna melawannya.
Tuan muda hanya bisa tersenyum senang melihat tanda setuju dariku. Dia dengan repleks membelai pucuk kepalaku dan aku heran dengan sikapnya yang akrab padaku. Seperti kami berdua sudah sangat akrab, padahal yang aku tahu dia paling anti di sentuh oleh wanita. Ya sudahlah biarkan saja, mungkin saking senangnya aku tidak membantah dia pun tidak sadar akan sikapnya padaku.
......................
Sementara hati dan pikiran tuan Antoni benar-benar senang, Callysta menerima kemauannya dan tidak membantah. Pria itu ingin mulai bersikap baik kepada Callysta, dan ingin sedikit mengenalnya. Itu karena tuan Antoni Yuandara mulai merasa nyaman bersama dan berdekatan dengan Callysta Angelina.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
senja
kasian, bentar lagi ditinggal, berasa PHP
2021-12-14
1
Dhina ♑
Bahasa Isyarat, Telepati ya
2021-04-21
2