DUNIA KEDUA.
Baru saja aku ingin merebahkan tubuhku yang lelah, karena seharian ini begitu banyak pasien di UGD rumah sakit Trina Yuan yang aku tangani. Rumah sakit terbesar yang berada di kota A. Terdengar jelas ketukan yang memburu dari balik pintu pada ruang jaga milikku.
"Dokter Cally...dokter Callysta...!" Gedoran dari balik pintu.
Aku menarik dan menghembuskan nafasku dengan berat. Aku segera bangkit dari tidurku dan melangkah menuju ke pintu.
"Iya...Apa ada pasien lagi...?" Tanyaku setelah membuka pintu dan bertanya pada perawat Via.
"Iya dokter...pasien darurat...!!" Jawabnya dengan nafas yang memburu karena lelah berlari.
Aku menghela nafas pasrah. "Aku tahu semua pasien UGD itu pasien darurat perawat Via." Jawabku sembari menutup mulut yang menguap karena mengantuk dan lelah.
"Iya dokter, saya juga tahu...tetapi ini pasien bukan cuma darurat, tetapi pasien VVIP." Balas perawat Via yang masih mengatur jalan nafasnya agar cepat netral.
Sedangkan aku masih setia berdiri di depan pintu melihat perawat Via.
"Aaahhh...kan kau tahu sendiri peraturan rumah sakit ini, kalau pasien VVIP akan di tangani langsung oleh dokter Tian, kenapa mencari ku?"
"Ini perintah langsung dari dokter kepala rumah sakit, dokter Cally. Dokter Tian tidak bisa di hubungi." jawab perawat Via yang terus memasang wajah cemasnya.
"Apa kau yakin?"
"Sangat yakin sekali, dokter Cally. Untuk apa saya mencari anda kalau tidak yakin? Ayo dokter, pasiennya sudah di UGD dan sudah di tangani sementara oleh dokter Zika!!"
Dengan terpaksa aku pun segera menutup pintu ruang jaga ku. Berlari kecil mengikuti perawat Via yang berlari lebih dulu di depan ku menuju ke UGD.
Sampai di UGD, aku melihat banyak sekali pria yang berpakaian jas serba hitam berjaga disana. Aku hanya melangkah begitu saja melewati semua pria berjas hitam tersebut, dan mendekati pasien yang sudah tidak sadarkan diri. Penuh akan bersimpah darah di bagian dada yang sedang di tangani oleh dokter Zika.
Pasien tersebut seorang pria sekitaran 35 tahun. Memiliki wajah tampan, putih, dan terlihat dari postur tubuhnya yang kekar menandakan bahwa dia pasti rajin untuk berolahraga.
'Aduh, kenapa malah aku memuji pasien ini!' Gumamku dalam hati sembari dengan cepat menggelengkan kepala ku agar sadar kembali.
"Bagaimana kondisinya saat ini, dokter Zika?" Tanyaku cepat pada dokter Zika.
"Pasien kehilangan banyak darah. Detak jantung dan nadinya lemah, dia terkena tembakan di bagian dada dan hampir mengenai jantungnya. Kita harus segera melakukan tindak operasi, dokter Cally!" Jawab cepat dokter Zika menjelaskan.
Saat aku ingin mencoba memeriksa pria itu kembali, tanganku di cegah oleh seseorang yang berpakaian jas hitam.
"Apa yang ingin kau lakukan?" Tanyanya padaku.
Aku menoleh pada pria tersebut dan beralih melihat ke arah tangannya yang memegang pergelangan tanganku.
"Apa kau tidak lihat aku ingin memeriksanya?" Tanyaku balik menatap mata pria tersebut.
"Kau dokter wanita, tidak boleh menyentuh bos kami." Jawabnya yang masih memegang kuat pergelangan tanganku.
"Bagaimana aku bisa memeriksanya, jika aku tidak boleh menyentuhnya?" Tanyaku sembari menarik paksa tanganku yang di pegangnya kuat, agar terlepas dari cengkraman pria tersebut.
"Tetap tidak boleh, biarkan dokter pria itu saja yang memeriksa bos kami." Balasnya yang membuatku menatap heran pada pria tersebut.
"Apa apaan kau ini?" Tanyaku mulai kesal melihat pria itu.
"Maaf tuan, biarkan dokter ini yang memeriksanya karena dia adalah dokter bedah umum kami yang bertugas malam ini." Kali ini dokter Zika yang menjawab.
Aku dan pria itu melihat ke arah dokter Zika.
" Tetap dia tidak di izinkan menyentuh tubuh bos kami sama sekali, karena tubuh bos kami tidak boleh di sentuh oleh seorang wanita." Jawab pria itu tetap pada pendiriannya.
Akupun menarik nafas kesal, dan tertawa sekilas melihat sikap keras kepala pria itu. Mencegahku memeriksa pasien yang dia akui sebagai bosnya.
"Hey tuan...kalau aku tidak menyentuhnya, bagaimana aku tahu kondisinya? Apa kau mau bos mu itu meninggal karena telat di tangani akibat ulah mu?" Kataku sambari menyilangkan kedua tanganku di depan dada.
Kedua mata pria itu malah melotot tajam melihat ke arahku.
"Lancang sekali kau menyumpahi bos kami meninggal." Tunjuk marah pria tersebut ke arahku.
'Wahhh… ini orang menguji kesabaran ku ternyata, dia mau memancing amarahku rupanya. Aaahhh sabar Callysta Angelina kau pasti bisa, tidak boleh emosi karena kau adalah seorang dokter.' Gumamku dalam hati sembari melepas tangan yang menyilang di depan dada. Mengelus dada untuk bersabar seraya menghela nafas agar emosiku stabil.
"Tuan...biarkan aku memeriksa bos anda terlebih dahulu dan menyelamatkannya, karena kondisi bos anda kritis. Kesampingkan dulu kalau bos anda tidak boleh di sentuh oleh seorang wanita, apa anda bisa mengerti?" Ucapku lembut mencoba menekan semua emosi yang sempat aku rasakan.
"Tetap saja tidak bisa, biarkan dokter pria itu yang memeriksa bos kami." Balasnya seraya menunjuk ke arah dokter Zika.
Lagi lagi aku menarik dan menghembuskan nafasku agar emosiku tidak naik lagi.
"Begini tuan...dokter ini tetap bisa memeriksa bos anda, tetapi hanya aku yang bisa mengoperasi bos anda, apa anda mengerti?" Tanya dan ku jelaskan pada pria itu dengan sabar. Tentu dengan terus menekan emosiku menghadapi sikap keras kepala pria tersebut.
"Cari dokter bedah pria...pasti ada. Inikan rumah sakit besar, mana mungkin rumah sakit ini hanya memiliki satu dokter bedah umum." Jawabnya yang benar-benar menguji kesabaran dan memancing emosiku.
"Tuan....!" Panggilku sembari menekan kata 'tuan' padanya.
"Di rumah sakit ini memang banyak dokter bedah umum, tetapi mereka tidak bisa di hubungi. Dan saat ini hanya aku dokter bedah yang ada." Jawabku dengan suara lembut yang ku usahakan selembut mungkin.
"Ada apa ini, mengapa tuan Antoni belum di tangani juga? Apa yang kau lakukan dokter Callysta?" Bentak dokter kepala yang tiba tiba datang bersama seorang pria dan wanita paruh baya. Dua orang yang berpakaian terlihat modis dan mahal.
Wanita paruh baya itu menangis di dalam pelukkan pria paruh baya yang datang bersamanya. Dia semakin menangis saat melihat kondisi pasien yang menjadi perdebatan kami. Perdebatan antara diriku bersama pria keras kepala yang melarang ku menyentuh tubuh bosnya.
"Selamat malam dokter kepala!" Sapaku dan dokter Zika yang menundukkan sedikit kepala kami tanda hormat.
"Maaf dokter kepala, kami mendapatkan halangan untuk memeriksa pasien karena pria ini" Ucapku jujur. Aku menunjuk ke arah pria yang terus melarang saat aku ingin memeriksa bosnya yang bernama tuan Antoni.
Dokter kepala, pria dan wanita paruh baya yang baru datang ikut melihat ke arah pria yang aku tunjuk.
"Ada apa ini asisten Leo? Kenapa kau menghalangi dokter memeriksa putraku?" Tanya pria paruh baya tersebut yang masih terlihat tampan di usianya yang tidak lagi muda, kalau kata orang 'semakin tua semakin matang'.
"Maaf tuan, ini perintah dari tuan muda." Jawab pria tersebut yang ternyata adalah asisten pribadi tuan Antoni.
"Sekarang aku yang memberi perintah, apa kau mengerti?!" Ucap tegas pria paruh baya tersebut yang langsung di jawab anggukkan kepala oleh asisten pribadi yang bernama Leo.
Aku melirik tajam sekilas ke arah asisten Leo yang melirik ku juga, dan langsung menundukkan kepala saat mendengar gumaman kecil dari tuan besarnya.
Tanpa menunggu lama lagi aku dengan cepat dan sigap memeriksa kondisi tuan Antoni. Benar apa yang di curigai dan di katakan oleh dokter Zika, peluru yang menembaknya tidak sampai mengenai jantungnya. Hanya saja, kondisinya kritis karena kehilangan banyak darah dan harus segera di operasi untuk mengeluarkan peluru yang tertanam di dadanya.
Kami segera membawa tuan Antoni ke ruang operasi dan melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya.
Operasi berjalan lancar walaupun kami sempat sedikit tertekan, karena baru tahu identitas sebenarnya dari tuan Antoni. Pria tampan itu ternyata putra pertama dari keluarga Yuandara.
Keluarga kaya raya nomer satu di kota A. Keluarga yang paling di takuti, di hormati dan di segani seluruh masyarakat kota A dan beberapa kota besar lainnya. Lebih menghebohkan lagi, ternyata keluarga Yuandara adalah pemilik rumah sakit Trina Yuan tempat sekarang aku bekerja.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya…
...Sekian dan terima kasih 🙏🙏🙏 mohon saran dan komennya ya....
Jangan lupa vote dan like nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
martina melati
kykny seru nih...
2024-10-28
0
martina melati
sempat2ny y muji penampilan pasien... hati2 lho, jangan2 mafia
2024-10-28
0
Siti Adha
saya baca dulu ya,
semangat menulis kk😊😊
2023-01-03
1