Ep. 5 - PERKENALAN (Perspektif seorang UTE)

Banyak yang mengkategorikan ku sebagai gadis yang teramat sangat beruntung..

Putri tunggal keluarga terpandang, hidup selalu berkecukupan bahkan cenderung berlebih, memiliki penampilan yang sangat menarik (rambut tebal kemerahan, wajah cantik, bentuk tubuh ideal dan lain-lain dan sebagainya), punya otak cerdas dan beberapa bakat seni (seperti suara indah ketika bernyanyi, kepekaan akan nada ketika memainkan musik piano dan kemampuan menuangkan kembali apa yang sempat terekam di mata ini).. kurang apa coba untuk bisa bahagia?

Tapi itu kan yang terlihat secara kasat mata. Penilaian sekilas orang yang tidak mengenalku secara pribadi. Kalau saja mereka tau, mungkin tidak akan ada rasa iri terselip di hati mereka, yang ada mungkin kasihan.. dan rasa itulah yang paling aku benci.

Di hadapan kebanyakan orang, aku suka menunjukkan betapa bahagianya hidupku. Memang kepribadianku ceria dan murah senyum. Hasil pembentukan diri akibat pengalaman melihat pertengkaran demi pertengkaran antara papa dan mama, yang ujung-ujungnya kedua belah pihak akan merasa sedih dan kecewa.

Ketika mama yang tinggal dan menangis, maka aku memiliki kewajiban menghiburnya dengan celotehan-celotehan lucu dan lelucon yang kuciptakan demi melihatnya tersenyum kembali. Demikian juga ketika mama yang pergi meninggalkan rumah, maka papa yang terlihat tepekur marah dan kecewa pun wajib ku hibur.

Hanya segelintir orang yang kubiarkan mengenal diri ini apa adanya. Rasa khawatir akan dipandang aneh, hina bahkan dikasihani, yang memicu sikap dan tindakanku itu.

Yah, pada kesempatan ini, demi para pembaca yang budiman, aku kasih tau rahasia yang ku pendam dalam-dalam ya:

Aku adalah putri tunggal produk broken home. Iya, Papa dan Mama ku, walau tidak resmi bercerai, namun mereka sudah hidup terpisah sejak aku kecil. Tidak pernah ada memory keluarga bahagia diantara kami bertiga.

Kalaupun kalian sempat bertandang ke rumah yang ku tinggali sendiri di bilangan komplek elit itu dan melihat foto-foto atau lukisan kebersamaan kami, itu semua hanya kamuflase dan pencitraan semata.

Nama baik keluarga besar papa dan mama yang menjadi alasan mereka tidak juga mengurus perceraian.

Papa yang seorang panglima tinggi dan mama yang direktur utama sebuah perusahaan ternama, harus tetap dalam status pernikahannya sekarang demi mempertahankan nama baik masing-masing. Padahal sesungguhnya, mampir ke kediamanku, putri semata-wayang mereka pun sangat jarang dilakukan. Papa ku dengar sekarang tinggal dengan seorang aktris sensasional yang sudah jarang kelihatan di pemberitaan dan mama tampak selalu bersama pengacara pribadinya dimanapun mereka berada.

Kehidupanku sejak kecil tak ubahnya seperti yatim-piatu yang dibalut kemewahan semata. Terpaksa bahagia dalam sangkar emas.

Aku mengidap sebuah penyakit langka yang dikenal dengan nama Prosopagnosia, dimana penderitanya memiliki kesulitan mengidentifikasi wajah seseorang. Jadi di mataku tidak ada itu yang namanya ganteng, cantik ataupun jelek. Semua terlihat serupa saja.

Mama yang pertama kali menyadari kekurangan anaknya ini. Waktu itu aku kira-kira baru berusia 4 tahun kurang.

Walaupun aku sudah lancar membaca, berhitung (tambah, kurang, kali dan bahkan pembagian) serta berbahasa Inggris, aku sering kali kesulitan membedakan mana mama dan mana adiknya (tanteku) bahkan nenekku.

Aku sering salah memanggil orang lain dan meskipun sudah berulangkali diingatkan, aku kembali salah dan salah lagi.

Setelah bersepakat dengan papa (yang sangat jarang terjadi), mereka membawaku ke seorang psikiater terkenal (tentu saja dengan perjanjian kerahasiaan) dan Prosopagnosia itulah kesimpulan akhir diagnosanya.

Yang lebih mengkhawatirkan mama dan papa adalah penyakit kejiwaan ini masih belum ditemukan obat/metode penyembuhannya.

Untungnya (aku pun orang Indonesia kebanyakan, yang walaupun mengalami kemalangan masih saja bisa melihat sisi baik yang ada) aku dikaruniai Tuhan kecerdasan yang di atas rata-rata, sehingga salah satu trik/cara mengurangi dampak negatif (kalau dalam benakku seh nutupin penyakit ini) adalah dengan menghapal ekspresi/mimik wajah (sedih, senang, kecewa, marah dan sebagainya) atau ciri-ciri fisik unik seseorang, seperti tinggi badan, tai lalat, jenis/bentuk rambut dan sebagainya dan lain-lain.

Mama dan papa melatihku cukup keras dalam hal ini.

Mereka memulainya dengan menunjukkan sejumlah data dan foto saudara-saudara terdekat, menunjukkan ciri-ciri fisik dan gaya berbusananya masing-masing, lalu mereka mengajakku ke beberapa acara keluarga dan mengetes kemampuanku mengenali masing-masing orang dengan berbisik.

Latihan berikutnya pada rekan dan kolega mama/papa. Sama seperti sebelumnya, tes juga dilakukan pada acara-acara resmi atau pesta-pesta yang kami hadiri.

Mungkin di mata orang lain, kami terlihat sangat akrab sebagai keluarga kecil, karena sering berbagi bisikan, padahal itu semata-mata ujian buatku.

Lalu beberapa waktu kemudian mama mengharuskanku belajar bahasa Mandarin. Bukan hal yang sulit buat anak secerdas aku, namun baru beberapa waktu kemudian aku mengetahui maksud-nya, yaitu supaya aku bisa dengan leluasa berkomunikasi dengan seorang ahli aura dari Tibet, seorang peneliti yang mendedikasikan dirinya mempelajari Aliran baru’ atau Sarma, yaitu Gelug (kadang-kadang disebut sebagai Kadampa Baru) dengan menjadi seorang Biksu di Tibet.

Kadampa adalah praktisi yang menyatupadukan seluruh instruksi (ajaran) lisan yang berasal dari Buddha, atau secara singkat kadampa adalah tadisi yang menjadikan semua nasihat guru sebagai dasar untuk belajar dan berlatih, sedangkan 'Gelugpa' secara harfiah berarti sistem kebajikan atau mereka yang mengikuti sistem kebajikan.

Walau bahasa yang aku pergunakan masih cenderung sederhana (yang penting dapat saling mengerti), namun banyak pengetahuan dan keterampilan yang aku pelajari darinya. Terutama yang terkait dengan mengintegrasikan praktik sutra dan tantra, penalaran analitis, meditasi yogi dalam ajaran Buddha.

Darinya, aku banyak belajar kalau aura bukan hanya cahaya dari manusia, tapi juga merupakan pancaran energi yang sudah ada dan mengelilingi setiap mahluk hidup. aura berbentuk seperti radiasi warna halus yang terpancar dari tubuh manusia dan juga binatang maupun tumbuhan. Setiap mahluk hidup, terutama manusia memiliki aura yang berbeda-beda walaupun mungkin senada warnanya, namun tidak ada yang sama persis, sama seperti sidik jari pada setiap orang yang berbeda-beda.

Setiap warna menandakan getaran tertentu yang memiliki arti yang berbeda dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang sensitif. Sensitifitas akan aura ini dapat dipelajari dan dilatih. Inilah yang aku latih selama beberapa tahun kehadirannya di Indonesia.

Yeah, sama seperti kebiasaan mengenali orang melalui ciri fisik atau selera fashion-nya, maka kebiasaan membaca aura ini pun terus aku terapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukankah ala bisa karena biasa?

Nah, setelah mengenalku lebih mendalam, masihkah kalian menganggapku gadis yang teramat sangat beruntung?

...***...

Akhirnya sampai juga aku di tempat ini. Tempat pelarian kesekian yang kuharap bisa mengalihkan kepedihan hidup ini walau hanya sesaat.

Wah, patung di gerbang depan sekolah kedinasan ini menakjubkan sekali.. batinku lirih mengagumi penampakan depan sekolah kedinasan tempat aku akan menimba ilmu 4 tahun ke depan ini.

Semakin mendekat ke arah patung, tanpa ku sadari aku telah berdiri bersebelaham dengan seorang pemuda yang berseragam sama denganku. Hitam-putih. Aura biru gelap berselubung hijau muda memancar dari dirinya.

"Hei kamu si-wajah sedih.. jangan bengong, itu ada senior yang menyuruh kita baris.." sapaku riang tampak membuyarkan lamunannya.

Ia tampak terpana sesaat, mungkin bingung dengan sapaanku tadi. Habis memang mimik wajahnya tampak bersedih.. batinku. Ada sedikit perubahan aura pada dirinya, sedikit menguarkan warna pink pudar sesaat. ‘Apakah aku mengingatkannya akan seseorang dari masa lalunya?’ batinku sesaat.

Tak jauh dari kerumunan teman-teman kami, tampak seorang senior beraura merah gelap pekat, menurunkan tas tangannya di samping kakinya dan berkata tegas:

"Perhatian adik-adik semua,

silahkan tinggalkan koper kalian di trotoar itu dan berbaris 3 sab,

SIAP GRAK!"

Menolehkan perhatiannya ke arah si-wajah sedih, sang senior kembali berkata "Hei kamu yang sipit, jadi komandan pasukan kamu, berdiri disamping kanan pasukan".

Walau tampak tidak terima dipangil 'sipit' dan menguarkan aura kemerahan gelap, namun tak urung si-wajah sedih melakukan juga yang diperintahkan sang senior.

"ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK..

Perhatian ya adik-adik, selamat datang di ksatrian, selama tinggal di sini akan ada beberapa peraturan yang harus kalian taati, untuk lebih detail akan dijelaskan nanti, namun sekilas sy informasikan, tidak ada yang bergerak sembarangan apalagi jalan seenaknya disini, kalian harus berbaris dengan rapi.

Komandan pasukan wajib memberikan hormat atau ppm kepada setiap senior, dosen, pelatih ataupun pengasuh yang kalian temui.." perintah si senior galak, kata²nya sempat terhenti sesaat, ketika mata kami bertemu, namun segera dilanjutkannya: "Untuk sekarang, kalian harus menunggu dalam barisan seperti ini sampai ada pemberitahuan lebih lanjut."

Nama di papan namanya tertulis "Han", simpel seperti namaku dan nama si-wajah sedih, yang tadi sempat kubaca "Ian". Namun kami mengelurkan aura yang berbeda.

"Maaf ka' Han, apakah kami boleh ke toilet?" tanyaku menahan langkah kaki si senior ketika tampak akan membalikkan badan dan berjalan.

"Silahkan ke arah PKD, bergantian dan yang tinggal tetap berbaris" jawabnya sambil melotot ke arahku. Aku pun langsung keluar dari barisan dan berlari secepatnya ke arah pos PKD.

"Berhenti, kamu bisa jalan tertib kan?" teguran itu terdengar galak.

"Maaf ka, sudah kebelet.." jawabku lugas tanpa menoleh dan terus berlari menuju toilet yang ditunjuknya tadi.

"Ok yang lain tetap dalam barisan!" sayup masih terdengar perintah si-senior di kejauhan.

Sambil berlari, sempat sekilas ku lihat bapak pimpinan rombongan kami (mengeluarkan aura kebiruan berpendar aga kekuningan) bersama seorang senior lainnya (menguarkan aura coklat muda berlapis hijau muda yang adem), juga berjalan menuju pos PKD di bawah patung raksasa tadi.

Keluar dari toilet, aku melihat ka'Han (dengan aura merah gelap berselimut pink dan ungu) sedang betatapan dalam keheningan dengan seorang senior putri yang menunjukkan ekspresi wajah membingungkan, antara takut, tertarik namun tertekan (namun aura yang terpancar darinya sangat jelas, berwarna coklat muda berlapis ungu muda). Papan namanya bertuliskan Dina, nama yang sederhana sesederhana auranya.

Dan demi memecahkan keheningan tersebut, aku berkata: "Oh, ka'Han sedang menungguku ya?"

Senior putri tersebut sempat melirik ke arahku sesaat dan berpaling kembali ke arah ka'Han sambil berkata: "Kalau boleh sy permisi ka!" lalu ia melakukan ppm dan berlalu, aura ungu-nya menggelap.

Ka'Han tampak tertegun dan memancarkan aura keunguan, seperti rasa bersalah namun bingung apa kesalahannya. ‘Kog aku jadi merasa bersalah ya? Apa ada sesuatu yang terjadi antara mereka berdua?’ batinku lagi.

"Geer.. jangan sok akrab memanggilku ka'Han ya! Junior itu tidak punya hak menegur senior. Kalau ditanya pun kamu cukup jawab 'siap ka' atau 'siap tidak ka' mengerti?" jawab ka'Han kemudian dengan nada ketus, namun tetap memancarkan aura ungu muda itu, yang mengindikasikan ketusnya hanya akting, bukan dari hati-nya.

"Siap ka" jawabku lugas mengulum senyum ini, merasa lucu aja dengan tegurannya. Lalu ketika ka'Han melanjutkan perjalanannya memasuki gerbang ksatrian (setelah aku menghormat asal-asalan), aku pun kembali bergerak cepat ke arah barisan teman-temanku tadi.

Kembali di samping si-wajah sedih beraura hijau kebiruan, Ian, yang tampak tertegun melihat ke arah senior putri yang tadi sempat bercakap dengan ka'Han.

Ku lirik kanan-kiri-belakangku, mencoba menghapal (dan menyematkan pada pengenalan ku akan aura masing-masing) sebanyak mungkin nama calon praja 1 angkatanku yang berasal dari daerah lain (kalau teman-teman yang berasal dari Kalimantan Timur, asal pendaftaranku, sudah aku hapal semuanya).

Untunglah di tempat ini, setiap orang memakai papan nama dan pangkat, jadi kemungkinan aku salah mengenali orang akan sangat kecil.

Terima kasih Tuhan.. semoga hidupku dapat lebih berarti di tempat ini.. semoga..

...***...

《Foto ini inspirasi penulis menggambarkan karakter seorang Ute》

Terpopuler

Comments

Vi⃢﷽⃟﷽ლ❥💦

Vi⃢﷽⃟﷽ლ❥💦

aq titip ya thor, baru baca smpai episode ini🥰

2022-12-04

1

Beast Writer

Beast Writer

1 🌹 buat Sasip

2022-11-24

3

Aurora

Aurora

Ute ini bukannya si PNS yg sempat viral itu ya ??

2022-09-12

2

lihat semua
Episodes
1 Ep. 1 - MENGENAL (SEKILAS)
2 Ep. 2 - PERKENALAN (Perspektif seorang HAN)
3 Ep. 3 - PERKENALAN (Perspektif seorang IAN)
4 Ep. 4 - PERKENALAN (Perspektif seorang DINA)
5 Ep. 5 - PERKENALAN (Perspektif seorang UTE)
6 Ep. 6 - PERKENALAN (Perspektif seorang PRAS)
7 Ep. 7 Senior oh Senior.. (Han & Ian)
8 Ep. 8 Perpustakaan Jadi Saksi Bisu (Han & Dina)
9 Ep. 9 Penolakan (Han & Ute)
10 Ep. 10 Jadian (Perspektif Han & Pras)
11 Ep. 11 Pengkaderan Polpra (Perpektif Ian & Dina)
12 Ep. 12 Persahabatan (Ian & Ute)
13 Ep. 13 Wapamanggala (Ian dan Pras)
14 Ep. 14 Senior oh Senior (2).. (Perspektif Dina dan Ute)
15 Ep. 15 Pembaretan (Dina & Pras)
16 Ep. 16 Senior oh Senior (3).. (Perspektif Ute & Pras)
17 Ep. 17 Putus (Perspektif Han, Ian & Dina)
18 Ep. 18 Cuti.. (Han, Ian & Ute)
19 Ep. 19 Masih Cuti.. (Han, Ian & Pras)
20 Ep. 20 Cocok (Perspektif Han, Dina & Ute)
21 Ep. 21 Pacar Pura² (Perspektif Han, Dina dan Pras)
22 Ep. 22 Getar Asmara.. (Han, Ute dan Pras)
23 Ep. 23 Pesiar.. (Ian, Dina & Ute)
24 Ep. 24 Masih Pesiar.. (Ian, Dina & Pras)
25 Ep. 25 (Bagian 1) PPL (Ian, Ute & Pras)
26 Ep. 25 (Bagian 2) Sang Ratu.. (Ian, Ute & Pras)
27 Ep. 25 (Bagian 3) Fans.. (Ian, Ute & Pras)
28 Ep. 26 (Bagian 1) Janjian (Dina, U. & P.)
29 Ep. 26 (Bagian 2) Mistis Vs Logika (D., Ute & P.)
30 Ep. 26 (Bagian 3) Double Date (D., U. & Pras)
31 Ep. 27 (bagian 1) Masih di Double Date (Han, I., D. & U)
32 Ep. 27 (bagian 2) Sang Pengganggu dalam Double Date (H, Ian, D. & U)
33 Ep. 27 (bagian 3) Membandingkan (H., I., Dina & U.)
34 Ep. 27 (bagian 4) Malam Inagurasi (H., I., D. & Ute)
35 Ep. 28 (bagian 1) Keluarga (Han, I., D. & P.)
36 Ep. 28 (Bagian 2) Menunjukkan Ketertarikan (H, Ian, D. & P.)
37 Ep. 28 (bagian 3) Fantasi (H., I., Dina & P.)
38 Ep. 28 (bagian 4) Berjanji (H., I., D. & Pras)
Episodes

Updated 38 Episodes

1
Ep. 1 - MENGENAL (SEKILAS)
2
Ep. 2 - PERKENALAN (Perspektif seorang HAN)
3
Ep. 3 - PERKENALAN (Perspektif seorang IAN)
4
Ep. 4 - PERKENALAN (Perspektif seorang DINA)
5
Ep. 5 - PERKENALAN (Perspektif seorang UTE)
6
Ep. 6 - PERKENALAN (Perspektif seorang PRAS)
7
Ep. 7 Senior oh Senior.. (Han & Ian)
8
Ep. 8 Perpustakaan Jadi Saksi Bisu (Han & Dina)
9
Ep. 9 Penolakan (Han & Ute)
10
Ep. 10 Jadian (Perspektif Han & Pras)
11
Ep. 11 Pengkaderan Polpra (Perpektif Ian & Dina)
12
Ep. 12 Persahabatan (Ian & Ute)
13
Ep. 13 Wapamanggala (Ian dan Pras)
14
Ep. 14 Senior oh Senior (2).. (Perspektif Dina dan Ute)
15
Ep. 15 Pembaretan (Dina & Pras)
16
Ep. 16 Senior oh Senior (3).. (Perspektif Ute & Pras)
17
Ep. 17 Putus (Perspektif Han, Ian & Dina)
18
Ep. 18 Cuti.. (Han, Ian & Ute)
19
Ep. 19 Masih Cuti.. (Han, Ian & Pras)
20
Ep. 20 Cocok (Perspektif Han, Dina & Ute)
21
Ep. 21 Pacar Pura² (Perspektif Han, Dina dan Pras)
22
Ep. 22 Getar Asmara.. (Han, Ute dan Pras)
23
Ep. 23 Pesiar.. (Ian, Dina & Ute)
24
Ep. 24 Masih Pesiar.. (Ian, Dina & Pras)
25
Ep. 25 (Bagian 1) PPL (Ian, Ute & Pras)
26
Ep. 25 (Bagian 2) Sang Ratu.. (Ian, Ute & Pras)
27
Ep. 25 (Bagian 3) Fans.. (Ian, Ute & Pras)
28
Ep. 26 (Bagian 1) Janjian (Dina, U. & P.)
29
Ep. 26 (Bagian 2) Mistis Vs Logika (D., Ute & P.)
30
Ep. 26 (Bagian 3) Double Date (D., U. & Pras)
31
Ep. 27 (bagian 1) Masih di Double Date (Han, I., D. & U)
32
Ep. 27 (bagian 2) Sang Pengganggu dalam Double Date (H, Ian, D. & U)
33
Ep. 27 (bagian 3) Membandingkan (H., I., Dina & U.)
34
Ep. 27 (bagian 4) Malam Inagurasi (H., I., D. & Ute)
35
Ep. 28 (bagian 1) Keluarga (Han, I., D. & P.)
36
Ep. 28 (Bagian 2) Menunjukkan Ketertarikan (H, Ian, D. & P.)
37
Ep. 28 (bagian 3) Fantasi (H., I., Dina & P.)
38
Ep. 28 (bagian 4) Berjanji (H., I., D. & Pras)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!