Ep. 4 - PERKENALAN (Perspektif seorang DINA)

Sebagai anak tengah, Dina pernah mengalami yang namanya second child sindrome (trauma anak kedua/anak tengah).

Ketika itu, ia sering merasa tidak ada yang menyayanginya, pun kedua orangtuanya.

Dina pernah menganggap ibunya lebih memperhatikan kakak sulungnya, yang memang lebih membutuhkan perhatian karena sering kurang sehat/sakit, sementara ayahnya lebih banyak mencurahkan kasih sayangnya kepada adik bungsunya, yang memang lucu karena berperawakan kecil-mungil.

Prestasi demi prestasi sudah ia raih, tapi selalu minim penghargaan dari kedua orangtuanya.

Mungkin karena kedua orangtuanya tidak ingin menimbulkan rasa iri dari saudari-saudarinya yang lain yang relatif minim prestasi.

Kakak Dina yang hanya berbeda 10 bulan darinya, memang tergolong lemah fisiknya.

Mungkin karena terlahir prematur dan kurang asupan ASI.

Pada jaman itu orang masih beranggapan, bahwa kalau ASI diberikan ketika sedang mengandung, maka akan membuat janin di kandungan kekurangan asupan gizi.

Jadi hanya berselang 2 bulan dari kelahirannya, pemberian ASI untuk kakak Dina dihentikan dan digantikan dengan susu formula.

Hal inilah yang mungkin memicu perasaan bersalah ibu Dina, sehingga lebih memperhatikan kondisi kesehatan kakak Dina daripada keadaan Dina, yang memang sehat dan teramat jarang mengalami sakit.

Ayah Dina seorang pelaut yang sering berlayar berbulan² dan kembali ke rumah hanya sekali atau paling banyak 2 kali dalam 1 tahun.

Adik kecil Dina bahkan sempat merasa takut (karena tidak kenal, maklumlah balita memang memiliki short term memory/memori jangka pendek saja) dan selama beberapa waktu tidak mau mendekati ayahnya sewaktu pulang.

Maka setelah mengumpulkan pundi-pundi harta yang lumayan banyak, ayah Dina banting setir ke bidang konstruksi/pembangunan perumahan/real estate, untuk lebih bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama istri dan ketiga putrinya.

Menyadari pemberontakan anak keduanya, ibu Dina sempat membawa Dina konsultasi ke seorang psikolog. Setelah menjalani terapi beberapa kali, Dina mulai bisa berdamai dengan keadaan dan menerima situasi-kondisi yang ada. Dina remaja belajar pendewasaan diri sedikit lebih cepat daripada teman-teman seusianya.

...***...

Di awal usaha ayahnya, semua berjalan lancar dan kehidupan keluarga Dina juga semakin berkecukupan mendekati berkelebihan. Dina bahkan tertarik untuk berkecimpung di bidang teknik sipil demi mendukung usaha ayahnya ini dan ia disekolahkan di sebuah universitas swasta yang bonafid di daerahnya.

Namun, apa daya malang tak dapat ditolak, pada tahun kedua Dina kuliah, usaha ayahnya tiba-tiba bankrut akibat penipuan rekan kerja ayahnya.

Kehidupan mereka berubah 180⁰(seratus delapan puluh derajat).

Ayahnya yang tidak kuasa menghadapi kenyataan, terkena stroke dan harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan dan pemulihan diri.

Ketika tabungan keluarga semakin menipis, maka satu persatu aset dijual atau digadaikan demi bisa bertahan hidup.

Dari rumah mewah yang besar, mereka terpaksa pindah ke rumah kontrakan yang sempit. Yang bahkan ukurannya tidak sebesar kamar tidur utama rumah mereka sebelumnya.

Ibunya berjuang sekuat tenaga menghidupi ketiga putrinya yang masih bersekolah.

Akhirnya kakak Dina dan Dina, yang saat itu sudah berkuliah, memutuskan untuk berhenti kuliah.

Kakak Dina melamar menjadi pramugari sebuah maskapai, sementara Dina mendaftar di sekolah kedinasan ini.

...***...

Tahun ini adalah tahun kedua Dina di sekolah kedinasan. Statusnya bukan lagi Muda Praja, tapi sudah naik pangkat jadi Madya Praja.

Dina yang kurang suka keramaian dan kehidupan sosial, memilih untuk berkonsentrasi pada pendidikannya saja. Ia tidak mengikuti pengkaderan dan kegiatan ekstra kulikuler apapun. Ia lebih suka menghabiskan waktu sendirian di perpustakaan, meresum mata ajar (jadi tidak perlu beli-beli buku literasi dan sebagainya) dan mengikuti kegiatan sesuai dengan jadwal yang ada saja.

Dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, usia Dina memang lebih tua dan ia merasa kurang cocok bercengkrama dengan teman-teman seangkatannya itu.

Contohnya saja sewaktu menjelang kenaikan tingkat lalu, teman-teman seangkatannya banyak yang sudah dari jauh-jauh hari merencanakan akan cuti kemana (memanfaatkan teman di seluruh Indonesia, yang kebanyakan adalah anak-anak orang berada di daerahnya masing-masing), jadi hanya modal tiket/ongkos pribadi tapi sudah bisa berwisata ke banyak destinasi, namun hal ini tidak berlaku bagi Dina.

Ia cukup tau diri untuk tetap tinggal di wisma selama liburan/cuti tahunan. 1 bulan bukan waktu yang lama bagi yang berwisata, namun buat Dina itu waktu yang pas untuk menyelesaikan mempersiapkan pelajaran di semester depan sekolah dan bahkan menulis beberapa cerpen/artikel untuk dikirimkan ke majalah/tabloid, demi uang tambahan, yang bisa ia kirimkan ke orangtuanya.

Tahun pertama di sekolah kedinasan sudah berlalu dan Dina tidak memiliki 1 orangpun teman dekat. Baginya itu bukan suatu masalah. Ia tidak terlalu peduli pada pendapat orang, selama itu tidak mengganggu privasi dan aktivitasnya.

...***...

Pagi menjelang siang tadi perutnya mulai berontak minta diisi makanan, sepertinya berbotol-botol air minum yang sudah ia tenggak tidak bisa meredakan pemberontakan tersebut. Maka dengan terpaksa, dilangkahkannya kaki menuju gerbang depan untuk cari warung makan terdekat.

Selama masa cuti kenaikan tingkat ini, Menza (tempat praja biasanya makan) memang tidak menyediakan makan/minum/snack bagi praja yang tinggal di wisma. Kantin di bawah Menza juga belum lagi buka karena dianggap tidak akan ada banyak praja yang jajan. Jadi kalau mau makan, praja yang tetap tinggal di wisma memang harus keluar ksatrian.

‘Oh sudah mulai berdatangan ya para calon praja, bakal juniornya’, batin Dina lirih saat melihat segeromboran anak-anak muda berseragam putih-hitam berbaris di depan gerbang PKD. Beberapa orang bahkan masih sibuk mengeluarkan koper/tas mereka dari bagasi bus.

Lalu tiba-tiba tampak olehnya sosok senior, seorang Nindya Praja (menilik pangkat di bahu Pakaian Dinas Habrian/PDH-nya), berjalan bersama seorang bapak yang membawa berkas dalam map besar. Secara refleks ia melakukan ppm dan berkata "Selamat pagi ka, pak.."

Si-senior membalas ppm-nya sambil tersenyum manis dan berkata "Selamat pagi menjelang siang de' Dina.." tampak akan melanjutkan sapaannya dengan kalimat lain, namun sekonyong-konyong sadar sedang ada keperluan mengantar bapak di sebelahnya. Dan dengan rasa keengganan yang tidak ditutupi dengan baik, ia kembali melangkah.

Walau merasa aga aneh karena ada seorang senior putra yang mengenalnya (secara Dina merasa telah sedemikian rapat menutup diri dan tidak mengikuti kegiatan sosial apapun di ksatrian ini selama setahun yang lalu), ia tetap melangkahkan kakinya keluar gerbang ksatrian, demi meredam pemberontakan perut yang semakin tidak terkendali.

Namun sejurus kemudian, ingatannya kembali kepada kejadian memalukan beberapa waktu yang lalu, ketika itu ia ditinggalkan teman-teman sekelasnya yang dihukum untuk kurvey balairung (balai besar untuk acara keprajaan). Kelas mereka dihukum karena tidak melaporkan ke bagian Akademik kalau pada jam itu tidak ada dosen yang mengajar kelas mereka dan ketika ada pemeriksaan kelas, hampir satu kelas dalam kondisi tidur di meja masing-masing.

Dina tertinggal sendiri karena harus membereskan alat-alat kebersihan yang dipakai.

Dengan tergesa, karena merasa takut juga sendirian di tempat sebesar ini, aku berjalan tanpa melihat jalan. Tidak memperhatikan tangga yang akan ku langkahkan dan tanpa sengaja menabrak seseorang yang sekilas terlihat melemparkan kardus-kardus dalam pegangannya demi untuk menangkap tubuhku.

Aku sudah mencoba menghapus kenangan memalukan itu dan tidak terlalu memperhatikan wajah praja yang menolongnya. Namun wajah senior tadi tampak sedikit familiar.. ‘Aish.. semoga bukan dia..’ batinku berharap dalam hati, tanpa terasa merasa panas (mungkin pipi ini pun sudah memerah) sambil menggeleng-gelengkan kepala, mencoba mengusir ingatan tersebut.

Ia kemudian melihat seorang Wasana Praja berbadan tinggi-besar berjalan ke arahnya sambil menenteng tas tangan yang tidak terlalu besar. Ka'Han.. deg..

Sial, para praja ternyata juga sudah banyak yang balik ke ksatrian rupanya, padahal kan pembelajaran baru mulai sekitar seminggu lagi. Apel penerimaan cuti juga masih beberapa hari lagi jadwalnya.

"Dari mana dan mau kemana kamu de'?" teguran ka'Han lugas setelah membalas ppm-nya.

"Siap, dari wisma mau keluar ka.." jawabku tak kalah lugas. Dengan terpaksa menghentikan langkah kakiku demi menunggu tanggapannya selanjutnya. Adalah sebuah kewajiban bagi seorang junior menghormati senior dan itu juga artinya berhenti ketika diajak bicara.

Semenyebalkan apapun berbasa-basi, kalau sama senior itu wajib hukumnya dilakukan. Namun aku tidak harus beramah-tamah juga kan? Biar dia tau kalau aku merasa aga terganggu dengan sapaannya. Terganggu karena tatapannya memicu peningkatan intensitas debaran jantung ini.. batin Dina sekilas melihat arah tatapan ka'Han.

Dia melirik papan namaku yang bertuliskan DINA.

Hah, senior memang tidak wajib mengenal juniornya dan aku merasa ka'Han ini pun sedang berfikir bahwa dia belum pernah melihatku sebelumnya.

Yah, wajar saja seh sebenarnya, walau bersekolah di tempat yang sama, dunia kita kan benar-benar berbeda. Ka'Han dengan fans club-nya dan aku dengan kesendirianku.

Siapa seh yang tidak kenal dengan seorang Handoko Simangunsong? Pemain musik berbakat yang suara khas-nya sangat langka terdengar, namun jika diperdengarkan sesekali saja, akan dapat dengan mudah menjatuhkan hati banyak kaum hawa, bahkan para dosen, pengasuh ataupun pelatih.. tidak terkecuali dirinya..

Seorang Wasana Praja berbadan tinggi-besar-gagah, yang sangat jarang tersenyum, mungkin untuk meminimalisir pesonanya, karena walaupun terkenal kaku dan galak, namun member fans club-nya lumayan banyak, bukan hanya yang berasal dari ksatrian ini namun juga dari mahasiswi-mahasiswi universitas sekitar ksatrian.

...***...

Kembali ku tundukkan wajah ini sedemikian rupa untuk menghalangi seisi semesta mengetahui isi pikiranku dan ku buat pandanganku sangat tidak ramah, untuk mengkamuflase debaran hati ini yang mulai tidak beraturan demi melihat rasa ketertarikan di wajahnya.

"Iyah kakak tau, mau keluar kemana maksudnya de?" tanyanya lebih lanjut berlambat-lambat dalam setiap kata yang diucapkan, sambil sedikit tersenyum, mungkin merasa aneh atau lucu karena keramahannya tidak ku balas dengan respon yang diharapkannya.

"Siap, mau cari makan siang ka." jawabku kembali menunjukkan ekspresi tidak sabar dan tetap tanpa senyum sedikitpun, mencoba memikirkan beberapa alasan untuk segera pamit dari hadapannya tanpa menyinggung perasaannya.

Mata kami sempat bertatapan sepersekian detik, namun kembali ku tundukan kepala ini, kembali mencoba menutupi rasa senang punya kesempatan bertukar-sapa dengannya.

...***...

"Oh ka'Han sedang menungguku ya?" tiba-tiba celoteh riang (cenderung genit) dari seorang calon praja perempuan cantik berambut kemerahan, memecah keheningan yang sempat tercipta diantara ka'Han dan aku.

Sempat sekilas ku lirik papan namanya, tertulis UTE. 'Oh sedang menunggu gadis cantik ini toh ka'Han di sini, kirain...' batinku sambil berpaling kembali ke arah ka'Han dan berkata: "Kalau boleh sy permisi ka!" lalu aku melakukan ppm dan berlalu dari hadapan mereka berdua secepat yang bisa kulalukan.

Yah memang seh, ka'Han tidak harus jadi seorang psikolog untuk dapat melihat perbedaanku dengan gadis cantik tadi. Siapalah aku dibanding gadis cantik tadi?

Siapapun pasti akan memilih untuk bersamanya ketimbang bersamaku.

Bukan saja karena kelebihannya secara fisik (wajah cantik, kulit putih-bersih, mata bulat yang menggoda, rambut tebal dengan warna kemerahan yang membingkai wajahnya secara proporsional) namun juga karena keramahan dan keceriaannya yang mungkin dengan mudah dan cepat bisa mencairkan balok es sebesar kulkas. Senyumnya juga selalu diobral seakan tidak akan habis stok-nya.

Sambil kembali menundukkan kepala, ku pergegas langkah menyusuri jalan mencari warung makan terdekat. Tidak terlalu memperdulikan barisan hitam-putih yang dantonnya berwajah oriental (seperti opa-opa dalam K-Pop). Tidak juga terlalu peduli pada matahari yang semakin terik, menghangatkan aspal di siang ini.

Tujuan utama adalah makan, supaya tetap bisa hidup di ksatrian ini..

...***...

《Foto ini inspirasi penulis menggambarkan karakter seorang Dina》

Terpopuler

Comments

Beast Writer

Beast Writer

bikin novel baru Sasip yang genre Valakor 🤣🤣🤣

2022-11-24

3

Beast Writer

Beast Writer

dih, pramugari juga kan perlu sekolah selain harus tinggi 😅

2022-11-24

4

PYS

PYS

Dina memang maniz yak.. sedikit chubby berlesung-pipi.. 😍

2022-07-21

4

lihat semua
Episodes
1 Ep. 1 - MENGENAL (SEKILAS)
2 Ep. 2 - PERKENALAN (Perspektif seorang HAN)
3 Ep. 3 - PERKENALAN (Perspektif seorang IAN)
4 Ep. 4 - PERKENALAN (Perspektif seorang DINA)
5 Ep. 5 - PERKENALAN (Perspektif seorang UTE)
6 Ep. 6 - PERKENALAN (Perspektif seorang PRAS)
7 Ep. 7 Senior oh Senior.. (Han & Ian)
8 Ep. 8 Perpustakaan Jadi Saksi Bisu (Han & Dina)
9 Ep. 9 Penolakan (Han & Ute)
10 Ep. 10 Jadian (Perspektif Han & Pras)
11 Ep. 11 Pengkaderan Polpra (Perpektif Ian & Dina)
12 Ep. 12 Persahabatan (Ian & Ute)
13 Ep. 13 Wapamanggala (Ian dan Pras)
14 Ep. 14 Senior oh Senior (2).. (Perspektif Dina dan Ute)
15 Ep. 15 Pembaretan (Dina & Pras)
16 Ep. 16 Senior oh Senior (3).. (Perspektif Ute & Pras)
17 Ep. 17 Putus (Perspektif Han, Ian & Dina)
18 Ep. 18 Cuti.. (Han, Ian & Ute)
19 Ep. 19 Masih Cuti.. (Han, Ian & Pras)
20 Ep. 20 Cocok (Perspektif Han, Dina & Ute)
21 Ep. 21 Pacar Pura² (Perspektif Han, Dina dan Pras)
22 Ep. 22 Getar Asmara.. (Han, Ute dan Pras)
23 Ep. 23 Pesiar.. (Ian, Dina & Ute)
24 Ep. 24 Masih Pesiar.. (Ian, Dina & Pras)
25 Ep. 25 (Bagian 1) PPL (Ian, Ute & Pras)
26 Ep. 25 (Bagian 2) Sang Ratu.. (Ian, Ute & Pras)
27 Ep. 25 (Bagian 3) Fans.. (Ian, Ute & Pras)
28 Ep. 26 (Bagian 1) Janjian (Dina, U. & P.)
29 Ep. 26 (Bagian 2) Mistis Vs Logika (D., Ute & P.)
30 Ep. 26 (Bagian 3) Double Date (D., U. & Pras)
31 Ep. 27 (bagian 1) Masih di Double Date (Han, I., D. & U)
32 Ep. 27 (bagian 2) Sang Pengganggu dalam Double Date (H, Ian, D. & U)
33 Ep. 27 (bagian 3) Membandingkan (H., I., Dina & U.)
34 Ep. 27 (bagian 4) Malam Inagurasi (H., I., D. & Ute)
35 Ep. 28 (bagian 1) Keluarga (Han, I., D. & P.)
36 Ep. 28 (Bagian 2) Menunjukkan Ketertarikan (H, Ian, D. & P.)
37 Ep. 28 (bagian 3) Fantasi (H., I., Dina & P.)
38 Ep. 28 (bagian 4) Berjanji (H., I., D. & Pras)
Episodes

Updated 38 Episodes

1
Ep. 1 - MENGENAL (SEKILAS)
2
Ep. 2 - PERKENALAN (Perspektif seorang HAN)
3
Ep. 3 - PERKENALAN (Perspektif seorang IAN)
4
Ep. 4 - PERKENALAN (Perspektif seorang DINA)
5
Ep. 5 - PERKENALAN (Perspektif seorang UTE)
6
Ep. 6 - PERKENALAN (Perspektif seorang PRAS)
7
Ep. 7 Senior oh Senior.. (Han & Ian)
8
Ep. 8 Perpustakaan Jadi Saksi Bisu (Han & Dina)
9
Ep. 9 Penolakan (Han & Ute)
10
Ep. 10 Jadian (Perspektif Han & Pras)
11
Ep. 11 Pengkaderan Polpra (Perpektif Ian & Dina)
12
Ep. 12 Persahabatan (Ian & Ute)
13
Ep. 13 Wapamanggala (Ian dan Pras)
14
Ep. 14 Senior oh Senior (2).. (Perspektif Dina dan Ute)
15
Ep. 15 Pembaretan (Dina & Pras)
16
Ep. 16 Senior oh Senior (3).. (Perspektif Ute & Pras)
17
Ep. 17 Putus (Perspektif Han, Ian & Dina)
18
Ep. 18 Cuti.. (Han, Ian & Ute)
19
Ep. 19 Masih Cuti.. (Han, Ian & Pras)
20
Ep. 20 Cocok (Perspektif Han, Dina & Ute)
21
Ep. 21 Pacar Pura² (Perspektif Han, Dina dan Pras)
22
Ep. 22 Getar Asmara.. (Han, Ute dan Pras)
23
Ep. 23 Pesiar.. (Ian, Dina & Ute)
24
Ep. 24 Masih Pesiar.. (Ian, Dina & Pras)
25
Ep. 25 (Bagian 1) PPL (Ian, Ute & Pras)
26
Ep. 25 (Bagian 2) Sang Ratu.. (Ian, Ute & Pras)
27
Ep. 25 (Bagian 3) Fans.. (Ian, Ute & Pras)
28
Ep. 26 (Bagian 1) Janjian (Dina, U. & P.)
29
Ep. 26 (Bagian 2) Mistis Vs Logika (D., Ute & P.)
30
Ep. 26 (Bagian 3) Double Date (D., U. & Pras)
31
Ep. 27 (bagian 1) Masih di Double Date (Han, I., D. & U)
32
Ep. 27 (bagian 2) Sang Pengganggu dalam Double Date (H, Ian, D. & U)
33
Ep. 27 (bagian 3) Membandingkan (H., I., Dina & U.)
34
Ep. 27 (bagian 4) Malam Inagurasi (H., I., D. & Ute)
35
Ep. 28 (bagian 1) Keluarga (Han, I., D. & P.)
36
Ep. 28 (Bagian 2) Menunjukkan Ketertarikan (H, Ian, D. & P.)
37
Ep. 28 (bagian 3) Fantasi (H., I., Dina & P.)
38
Ep. 28 (bagian 4) Berjanji (H., I., D. & Pras)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!