Hm.. kembali ke Kesatrian tercinta berstatus senior tertinggi, Wasana Praja.. balik berutinitas semi militer.. melihat baris-berbaris junior lagi.. untung saja ini sudah di tahun akhir ku..
Teringat dulu di awal penggemblengan (kalau masa ospek di kampus lain hanya seminggu maksimal sebulan, di ksatrian ini kami berasa diospek selama 3 tahun).. untunglah semua itu sudah lewat..
Sistem senioritas yang seringkali kelewatan (entah lewat mana saja 🤭).. apalagi bagi Praja yang berbadan tinggi besar, pembinaan berupa kekerasan fisik sudah jadi makanan sehari-hari.. kalau dipikir-pikir, seharusnya itu ditujukan untuk memperkuat tubuh dan mental kami juga seh, yah bukankan "what doesn't kill u makes u stonger" ya? sayangnya setiap angkatan ada aja yang jadi "tumbal/korban" dan harus meregang nyawa karna ga kuat (baik secara fisik maupun psikis), atau memang kontrak mereka di dunia ini sudah habis ya? entahlah.. Setiap tahun, ada saja momen kami berbaris sepanjang jalan ksatrian, untuk memberikan penghormatan terakhir kpd senior/rekan seangkatan/junior yang meninggal dunia. (terjemahan: yang tidak membuatmu mati, membuatmu semakin kuat)
Di tahun akhir ini, sebagai Wasana Praja, kami punya beberapa keuntungan, seperti tidak punya senior yang harus dikasih penghormatan ala militer/ppm, tidak lagi harus baris mau kemana-mana, tidak akan dikoreksi kerapihannya, bisa isengin junior, bisa bebas ngelirik adik-adik manies (mungkin memang benar ada seleksi kecantikan/kegantengan buat masuk sekolah ini, karena perasaan ga ada praja yang jelek deh)..
Seperti gadis berambut kemerahan itu, dia terlalu menonjol diantara teman-temannya berkostum hitam-putih yang tampak kepayahan mengangkut kopernya masing-masing. Selain rambut dan postur badannya yang relatif menjulang untuk ukuran perempuan pada umumnya, aura dan sikap santainya juga menarik untuk diperhatikan, seperti tidak bisa tenang anaknya. Benar-benar bukan tipe ideal pasanganku.
Tapi entah bagaimana, makin dilirik makin menarik perhatian tampangnya.. tergolong perempuan yang berani karena tetap membiarkan penampilan uniknya yang menonjol. Atau dia mungkin belum tau aja sistem senioritas di sekolah ini, dimana senior suka sekali “ngerjain” junior yang “berani tampil beda”, karena ada aturan pertama dan utamanya (pasal 1) adalah "Senior tidak pernah salah" sementara aturan kedua yang tidak kalah penting "Jika senior salah, maka silahkan lihat pasal 1", maka sudah pasti bakal jadi makanan empuk senior iseng neh junior cantik.
Sambil mengangkut tas tangan yang tidak terlalu besar (karena semua perlengkapan masih tersimpan baik di lemari dan meja belajar di barak), ku biarkan diriku terlihat gagah memasuki gerbang kesatrian.
3 tahun digembleng di kesatrian ini, tanpa terlalu dipaksakan pun tubuh ini terbentuk dengan sendirinya, kalau kata orang-orang kampung "marbobot" (padat-berisi artinya), bagaimana tidak, kalau dihitung-hitung setiap hari rata-rata push-up 2.000 kali.. belum termasuk sit-up, jungkir, guling dsb, dll binsik (pembinaan fisik) lainnya.
...***...
‘Aish, si rambut merah bahkan tidak melirik ke arah ku sedikit pun.. kelewatan deh, dia malah sibuk menatap kagum pada patung praja di atap gerbang, bersebelahan dengan pemuda seangkatannya yang lebih dulu memandangi patung itu.. Memang ukuran patung tersebut seh lumayan besar, tapi kan senior gagah begini lewat depan mata ya dikagumi dikit juga bisa kan?’ sekelebat pikiran ini terlintas.
‘Hrgm..’ gumamku sambil menghampiri seorang pria paruh baya yang kemungkinan adalah kepala rombongan tersebut (bapak tersebut membawa sebuah map tebal, mungkin berisi data calon praja yang bersamanya).
"Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku ramah walau tetap tanpa senyum.
Akhirnya si rambut merah dan rombongannya juga mulai menaruh perhatian pada keberadaanku.
"Iyah terima kasih de, dimana seharusnya kami melaporkan diri ya?" jawab bapak itu tak kalah ramah.
"Silahkan pak, itu di PKD (petugas keamanan dalam-red) yang ada di pintu gerbang sana, oh sebentar itu ada Nindya Praja di sana, biar saya panggilkan untuk menemani bapak.." kataku kemudian sambil bersiul memanggil seorang juniorku, yang kalau tidak salah namanya Pras.
Ketika Pras menoleh ke arahku, ku serukan: "Hei Nindya, sini sebentar!"
"Siap ka.." jawabnya sambil berjalan cepat mendekat, memberi ppm yang langsung ku balas singkat.
"Tolong antar bapak ini mendaftarkan ulang calon praja yang bersama-nya di pos PKD situ.." lalu aku menolehkan pandangan ke bapak tadi dan berkata: "Silahkan pak, ikuti saja Praja ini.. dan sebaiknya adik-adik ini dibariskan saja supaya tidak terlihat semerawut begini ya pak, bapak kan tau ini pendidikan semi militer. Boleh saya yang bariskan saja?" kataku kalem.
"Oh terima kasih dan silahkan de.." jawab si-bapak sambil bergegas ke arah PKD yang tadi ku tunjuk.
...***...
Menurunkan tas tangan di samping kaki, ku katakan kemudian:
"Perhatian adik-adik semua.. Silahkan tinggalkan koper kalian di trotoar itu dan berbaris 3 sab. SIAP GRAK! Hei kamu yang sipit, jadi komandan pasukan kamu, berdiri disamping kanan pasukan!" kataku kepada pemuda yang tampak sempat berbincang dengan si-rambut merah.
IAN tertulis di papan namanya. Hm nama yang simpel.
Dengan gelagapan namun terlihat kagum, mereka mulai berbaris, si rambut merah tidak terkecuali. sekilas ku lirik papan nama si-rambut merah, kembali terlihat 3 huruf tertulis di situ "UTE", simpel lagi.. sesimpel papan namaku, "HAN". Mungkin nama dengan 3 huruf lagi trend ya?
"ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK.. Perhatian ya adik-adik.. Selamat datang di ksatrian. Selama tinggal di sini akan ada beberapa peraturan yang harus kalian taati, untuk lebih detail akan dijelaskan nanti, namun sekilas saya informasikan: Tidak ada yang bergerak semaunya apalagi jalan seenaknya disini, kalian harus berbaris dengan rapi. Komandan pasukan wajib memberikan hormat, atau istilah singkatnya ppm, kepada setiap senior, dosen, pelatih ataupun pengasuh yang kalian temui.."
Tak sengaja mataku dan mata si-rambut merah bertemu.. sesaat lidahku kelu.. matanya penuh binar dibingkai bulu mata tebal dan lentik (seperti artificial namun tetap natural) dan senyumnya semakin menarik dengan bibir penuh itu serasa minta dikecup..
'Hgrm..' gumamku sebelum melanjutkan: "Untuk sekarang, kalian harus menunggu dalam barisan seperti ini sampai ada pemberitahuan lebih lanjut"
"Maaf ka' Han, apakah kami boleh ke toilet?" sebuah suara cempreng menahan langkah kakiku ketika hendak membalikan badan.
"Silahkan ke arah PKD, bergantian dan yang tinggal tetap berbaris!" jawabku menyadari si-rambut merah yang berkata, sambil keluar dari barisan dan berlari lincah ke arah PKD.
"Berhenti! Kamu bisa jalan tertib kan dek?"
"Maaf ka, sudah kebelet.." katanya tanpa berbalik sambil terus berlari. Rambut merahnya yang masih dibiarkan panjang itu tampak berkibaran di setiap mata yang memandang kepergiannya dengan penuh senyum kekaguman. 'Menarik..' pikirku pun tak kuasa ku bendung.
"Ok yang lain tetap dalam barisan!" perintahku tegas sambil melangkah mengikuti arah si-rambut merah.
Muda Praja memang awal-awalnya begitu, masih polos dan belum terkontaminasi kejamnya sistem pendidikan semi militer. Yang dibayangkan masih yang baik-baiknya saja.
Nanti setelah mereka memasuki Madya Praja, akan lain lagi sikapnya. Walau sudah punya junior, tapi mereka tetap memiliki 2 senior di atasnya. Keinginan untuk membalas-dendam pada junior masih harus ditahan semaksimal mungkin, demi untuk tidak mendapat teguran lanjutan dari senior.
Seperti contohnya Madya Praja perempuan yang ku lihat berjalan menunduk ke arah luar kesatrian. Ia tampak tidak menghiraukan keriuhan barisan Muda Praja di luar gerbang PKD.
"Dari mana dan mau kemana kamu de'?" tegurku lugas setelah membalas ppm-nya.
"Siap, dari wisma mau keluar ka.." jawabnya tak kalah lugas. Tampak terpaksa berhenti demi menunggu tanggapanku selanjutnya.
Ku lirik singkat papan namanya, tertulis DINA. Sebenarnya wajah gadis ini lumayan manis ku perhatikan, walau kulitnya tidak terlalu putih, namun tatapan matanya sangat tajam, tampak kontras dengan lesung pipi di kedua sisi wajahnya yang muncul setiap kali dia berbicara, atau mungkin setiap dia tersenyum.
'Sebagai Madya Praja, Dina seharusnya kan sudah setahun ini hidup berasrama di sekolah yang sama denganku, tapi kenapa rasanya kami belum pernah bertemu ya? Kalau saja wajahnya tidak ditekuk sedemikian rupa seakan menghalangi seisi semesta mengetahui isi pikirannya dan jika saja pandangannya dibuat sedikit lebih ramah, mungkin Dina bisa jadi idola para senior neh.' batinku sesaat.
"Iya kakak tau de, kamu itu mau keluar kemana maksudnya?" tanyaku lambat-lambat, sambil sedikit tersenyum, mulai memancing keramahannya.
"Siap, mau cari makan siang ka." jawabnya kembali tak sabar dan tetap tanpa senyum barang sedikitpun, seakan menegaskan perasaan terganggu yang ia rasakan dengan pertanyaan-pertanyaan remeh-temeh yang ku layangkan dan sebisa mungkin mencari cara/alasan untuk segera pamit dari hadapanku.
'Wih, jarang-jarang hal ini terjadi? Biasanya kan praja perempuan itu sebisa mungkin mencari seribu satu alasan untuk bisa sekedar bertukar-sapa apalagi bercengkrama denganku.' batinku kembali menerawang.
Mata kami sempat bertatapan sepersekian detik, namun Dina kembali menunduk, mungkin sedang mencari alasan atau mengolah kalimat selanjutnya untuk segera beranjak dari hadapanku. Entah mengapa, ego mania-ku tersentil dengan sikap acuhnya.
...***...
"Oh, ka'Han sedang menungguku ya?" tiba-tiba celoteh si-rambut merah memecah keheningan yang sempat tercipta diantara kami.
Dina sempat melirik si-rambut merah, mendelik sesaat dan berpaling kembali ke arah ku sambil berkata: "Kalau boleh saya permisi ka!" lalu ia melakukan ppm dan berlalu tanpa ragu sedikitpun.
Sempat mengamati keduanya sesaat, namun perhatianku segera teralihkan dan terfokus kembali pada si-rambut merah.
"Geer.. jangan sok akrab memanggilku ka'Han ya! Junior itu tidak punya hak menegur senior. Kalau ditanya pun kamu cukup jawab 'siap ka' atau 'siap tidak ka' mengerti?" kataku dengan nada ketus.
"Siap ka.." jawabnya lugas, pandangannya menggoda dengan sikap menghormat yang asal-asalan dan senyum dikulum.
'Sial, senyumnya semakin diperhatikan semakin manis saja, bikin tangan ini gatal meraih tubuhnya yang ramping dan mengulum bibir itu secara paksa, biar tau rasa.'
Apa daya ya, banyak mata yang juga memperhatikan kami dari kejauhan, image diri (sebagai senior yang tegas) yang sudah terbangun ini kudu wajib harus dijaga dan sambil menahan dongkol (akibat hasrat yang tidak kesampaian), keluarlah kalimat : "Hrgm.. saya hanya mau memperingatkan kamu, jangan terlalu menonjolkan diri, kamu akan menderita, camkan itu!" kataku tegas sambil melangkahkan kaki menuju wisma..
'Hm perlu istirahat neh badan sepertinya.. aga kremek juga dari Soeta tadi sambung naik bus Damri sampai ke tempat ini.' batinku.
Setelah 4 langkah, aku balik-kanankan badan ini dan melihat si-rambut merah sudah berlari lagi ke barisannya dengan ceria.
'Hrgm.. aku bertaruh dalam hati, dalam waktu 1 bulan lagi, pasti pembawaan dirinya yang ceria itu akan mulai luntur, digantikan dengan penampilan penuh ketakutan yang minta dikasihani. Mungkin bahkan akan menjadi seperti Madya Praja bernama Dina tadi.'
'Hm.. kenapa kedua gadis tadi melekat erat dalam pikiran ini ya? 2 orang gadis yang perbedaannya bagaikan matahari dan bulan, namun sama-sama meninggalkan kesan mendalam dan menarik perhatian..' batinku kembali bertanya-tanya.
...***...
Menuju wismanya Han masih berkelut dengan pikirannya.. Hidupnya akan semakin menarik di lembah manglayang ini..
...***...
《Foto ini inspirasi penulis menggambarkan karakter seorang Han》
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
B042
Cakeb aza... /Drool/
2024-07-16
2
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
Kau kagum ini dengan sosoknya 🤭
Makanya membekas di pikiran terus
2023-09-21
1
🇮🇩⭕Nony kinoy❃hiat🇵🇸
Kren sih visual nya😀
2022-12-02
2