“Nona. Nona Alin” Samar-samar Alin mendengar ada orang yang memanggil namanya. Alin mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya lampu yang menyilaukan matanya.
“Nona, Anda sudah bangun!” Alin tak menyahut. Dia terlihat masih bingung. Dua orang dokter dan perawat terlihat sedikit tergesa masuk ke ruangannya.
Satu orang dokter yang terlihat lebih tua langsung melakukan pemeriksaan terhadapnya “Nona, bisakah Anda menggerakkan jari-jari tangan Kanan Anda?” Pinta dokter.
Alin pun menuruti perintah dokter, wajah Alin mengerut, terasa nyeri saat dia mencoba menggerakkan tangan kanannya.
Sang dokter terlihat tersenyum cerah “Syukurlah Nona. Tangan Anda baik-baik saja, Anda akan segera sembuh Nona” Semua orang di ruangan itu terlihat tersenyum lega “Saya akan segera mengabari Tuan Besar dan Tuan Haris, bahwa Anda sudah siuman Nona”
“Tunggu” Suara Alin terdengar lemah dan parau “Lepaskan ikatan ini” Lanjut Alin. Alin tidak bisa bergerak dengan leluasa sebab tangan, kaki dan tubuhnya di ikat pada ranjang “Lepaskan!” Seru Alin lagi.
“Maaf Nona, kami tidak berani. Kami akan memberitahu Tuan Besar bahwa Anda sudah sadar” Dokter dan perawat yang berada di dalam ruangan itu tampak ketakutan. Mereka langsung keluar setelah salah satu dari mereka selesai berkata seperti itu.
“Hei. Lepaskan Aku!” Alin berteriak. Ia terus merentak hendak melepaskan ikatan.
“Ada apa?” Terdengar suara orang di luar.
“Nona Alin sudah sadar tuan”
David muncul dari balik pintu, dia terlihat mengenakan jas dokternya.
“Oh. Ternyata Tuan putri berhati mulia kita telah siuman” David duduk di atas kursi di samping ranjang Alin, menyilangkan kakinya, bibirnya menyunggingkan seringai licik “Apa Lo perlu bantuan Gue, untuk melepaskan ikatan di tubuh Lo?” Ujarnya.
Alin memperhatikan wajah David dengan saksama “Ah, luka di wajahmu masih memar. Berarti aku belum cukup lama tertidur” Alin membalas seringai David dengan senyuman kemenangan. Ia dapat melihat wajah kesal David sekarang. Alin selalu mampu mengalihkan keadaan saat dia di sudutkan oleh David dan tante Amel, dia tidak pernah mau terlihat lemah di depan mereka.
“Ya, Lo terlalu cepat bangun” David berdiri “mau Gue bantu agar Lo tertidur lagi?” David mendekati ranjang Alin, membungkukkan badanya, meletakan kedua telapak tangannya pada leher Alin, dan sedikit menekannya, hingga Alin merasa tercekik “Katakan Lo mau tidur sementara atau selamanya? Gue akan membantu mewujudkannya” David semakin menekan leher Alin, hingga Alin merasa sesak dan wajahnya memerah, panas.
Alin malah tersenyum menatap dalam mata David “Apa kau berani?” Tantang Alin, dengan suara parau nyaris tak terdengar, seringai mengejek masih tampak pada wajahnya yang memerah. David semakin emosi di buatnya, hingga semakin mengencangkan cekikannya pada leher Alin.
David melepaskan tangannya saat terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
Alin terbatuk-batuk “Sebagai seorang laki-laki kau sangat pengecut” Ujar Alin.
“Sekarang hanya belum saatnya. Gue masih ingin melihat Lo tersiksa. Perlahan terlupakan dan mati dengan cara mengenaskan, sama seperti ibu Lo” Davit menyeringai, mendekatkan wajahnya pada Alin “Lo sebentar lagi akan masuk ke neraka lain. Lo akan di nikahkan dengan laki-laki yang sama dengan Papa dan Kakek, yang menganggap wanita hanya sebatas rumah produksi untuk menghasilkan pewaris harta selanjutnya. Gue harap dia lebih buruk dari pada Papa, agar Lo makin tersiksa, lebih! dari ibu Lo yang sudah mati”
Alin mengepalkan tangannya, ia tak menggubris rasa sakit di pergelangan tangannya, yang timbul karna pergerakan yang dia lakukan. Dadanya terasa panas saat David mengungkit tentang kisah mendiang Mamanya.
CKLEK!!!
Pintu terbuka dari luar, David menjauh dari ranjang Alin. Papa, Kakek dan sekretaris Jon muncul dari balik pintu, saat dokter dan perawat hendak turut masuk sekretaris Jon mengangkat tangannya, tanda mereka tidak perlu ikut masuk. Sekretaris Jon mengunci pintu dari dalam. Sepertinya perdebatan kemarin akan kembali berlanjut.
“Bagai mana keadaanmu?” Tanya Papa sembari merubah posisi kasur Alin, hingga terangkat bagian kepalanya. Alin membuang muka, tak menjawab pertanyaan Papa.
Kakek duduk di kursi yang baru saja di taruh oleh sekretaris Jon tidak jauh dari ranjang Alin, David kembali duduk di kursinya tadi, Papa duduk di sisi ranjang Alin, dan sekretaris Jon berdiri di belakang kursi Kakek.
“Kau akan menikah minggu depan, dengan orang pilihanku” Ujar Kakek.
Alin mengalihkan kepalanya menatap tajam pada Kakek “Apa Kakek sudah mulai pikun! Apa Aku harus mengatakan hal yang sama secara berulang, agar Kakek bisa mengerti bahasa manusia!” Alin langsung tersulut emosinya mendengar ucapan Kakek, mereka bahkan sudah menentukan hari untuk melangsungkan pernikahannya.
“Alin bicaralah yang sopan!” Hardik Haris.
“Aku kesini bukan untuk meminta persetujuan darimu, aku hannya memberi tahumu saja, bahwa kau akan menikah minggu depan” Kakek berdiri berjalan ke arah jendela “ Aku akan membuatmu datang sendiri ke pernikahanmu, tanpa ada paksaan dariku” Kakek mendongakkan kepalanya, menatap langit pagi yang cerah tanpa awan.
Sekretaris Jon tampak sibuk di depan TV entah apa yang di lakukannya, kemudian menjauh dari TV, Papa berpindah duduk di kursi Kakek tadi, agar Alin bisa leluasa melihat apa yang akan di tayangkan di layar televisi.
“Ini adalah hasil dari pemeriksaan Bibi Fatma” Ujar sekretaris Jon, menunjuk layar televisi yang menampilkan Rekam medik Bibi Fatma “Gagal ginjalnya sudah terlalu parah, dan saran dokter dia harus segera melakukan Transplantasi ginjal, sebelum keadaannya semakin semakin memburuk” Sekretaris Jon mengganti tampilan layar di televisi, sekarang tampak foto beberapa orang asing yang tidak Alin kenali “Mereka adalah calon pendonor untuk Bibi Fatma” Alin mengerutkan keningnya, bingung “Mereka secara sukarela datang kesini untuk menjadi pendonor semuanya berkat Anda Nona” Sekretaris Jon menatap Alin, Alin semakin dibuat bingung, seolah mengerti dengan kebingungan Alin, Sekretaris Jon kembali mengganti tampilan di layar televisi, yang kini menampilkan sebuah Artikel, yang mana judulnya menyebut-nyebutkan cucu dari pimpinan yayasan.
Putri dari direktur yayasan SH mencoba bunuh diri karna tidak di izinkan oleh keluarganya untuk mendonorkan ginjalnya pada sang pengasuh yang sedang sakit keras.
Cucu pertama pimpinan yayasan SH mencoba mengakhiri hidupnya karna tak diizinkan oleh Papa dan Kakeknya untuk mendonorkan ginjalnya pada sang pengasuh.
“Terimakasih padamu, kau sudah mengharumkan nama yayasanku” Ujar Kakek, seraya menghampiri Alin. Kakek hendak membelai kepala Alin, namun dengan cepat Alin mengalihkan kepalanya “Ternyata ada gunanya juga kau aku beri makan” lanjut Kakek, kembali menarik tangannya yang terulur. Ia tersenyum menatap Alin.
Alin menatap Kakek “Dan tidak akan sulit untukku menghancurkan yayasan yang kau bangga-banggakan itu” Geram Alin, air mata Alin menetes ia tidak mampu lagi menahan sesak di dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
anggrymom
kasian alinnya, knp ada kakek berhati iblis.. pdhl ceritanya bagus thor. tp knp bnyk gak tau😭😭😭😭
2021-04-11
0
Helis Helis Mariayani
semangat thor
2021-03-20
0