Pagi ini Ara datang lebih awal. Entah apa yang membuatnya bisa datang sepagi ini. Bahkan ini terlalu pagi. Dengan santai ia melangkah masuki kelas. Menaruh tas punggung dimejanya. Karna masih sangat pagi, ia memilih untuk membaca novel action yang selalu ia bawa kemana saja.
Dddrrrttt... Dddrrrtt...
Tiba-tiba ponselnya berdering terlihat dari lampu LED yang menyala disudut ponsel menandakan bahwa sebuah pesan masuk. Karna penasaran ia segera menyambar ponselnya dan langsung membuka pesan dari nomor yang sama seperti semalam. Ara mengernyit alisnya saat membaca pesan itu.
^^^Selamat pagi...^^^
^^^Semangat untuk hari ini.^^^
^^^Semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan bagimu malaikat kecilku😉😉^^^
'Malaikat kecilku? Apa ia salah kirim? Siapa dia? Kenapa aku merasa memiliki ikatan dengannya? Ah apa ini efek dari demamku semalam?' gumam Ara sambil menyentuh keningnya yang masih sedikit hangat.
"Ara!!! Kau sudah datang! Oh astaga!Setan mana yang membuatmu berangkat sepagi ini.Aku harus berterima kasih padanya" teriak Letha histeris yang sudah berdiri diambang pintu.
Sedangkan Ara hanya diam tak menghiraukan manusia yang berdiri disampingnya. Ia terus membaca novel, namun kepalanya terasa berdenyut sakit. Memang seharusnya ia sekarang tak ada disini melainkan diatas ranjang dengam selimut tebal yang menemaninya bermimpi. Letha yang melihat sikap perubahan sahabatnya itu, segera menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan Ara.
"Kau tak apa Ara?" cemas Eunhee memegang bahu kiri Haneul.
"Tidak..." lirih Haneul menyembunyikan kepalanya diantara lipatan tangannya.
"Kau yakin? Kau terlihat pucat. Ap-"
"Diamlah!" Sahut Ara tegas memotong ucapan Letha
Ia tak suka diperhatikan apa lagi dikasihi. Yang ia butuhkan sekarang hanya tidur. Toh sekarang masih pagi bukan? Jadi ia bisa tidur sebentar.
...****...
Suara nyaring dipagi itu sudah berbunyi membuat seluruh siswa berhamburan masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Sama halnya seperti siswa kelas XII-5 IPA ini. Mereka sudah duduk rapi, menanti kedatangan guru mereka. Tak seperti biasanya suasana dalam kelas ini akan setenang dan sehening ini.
Tak lama Fino selaku guru wali kelas XII-5 IPA datang dengan pria tampan dibelakangnya dengan setelan celana panjang kemeja putih. Tubuhnya yang menjulang tinggi walau masih tinggi Fino, rambut yang tertata rapi menambah ketampanannya. Seketika kelas itu sedikit gaduh dengan bisikan para siswi centil.
'Oh... Lihatlah tampan sekali...'
'Apa dia guru baru kita,astaga...'
'Aku akan semangat mengerjakan tugas MTK..'
'Lihatlah astaga...'
’Apa dia sudah punya pacar...’
‘Aah aku bisa serangan jantung setiap menatapnya...’
Setidaknya seperti itulah ucapan mereka. Fino hanya menggeleng mendengar kegaduhan dikarenakan makhluk disampingnya.
"Okay... Saya harap kalian bisa tenang" tegas Fino membuka suara.
Hening...
"Baik saya lanjutkan, mulai hari ini pak Riko akan menggantikan pak Lukman dalam mata pelajaran Matematika. Baiklah itu saja yang saya sampaikan. Selebihnya kalian bisa bertanya langsung pada pak Riko. Semoga hari kalian menyenangkan" ucap Fino lalu pergi, sebelum ia pergi ia membisikkan sesuatu pada pria disampingnya.
“Disudut sana adalah adikku, semoga kau bisa membantuku. Aku tau kalau selama ini kau menyukai adikku. Aku ingin kau mengembalikan sifat ceria dan manjanya. Aku yakin kau bisa” bisik Fino pada pria itu yang dibalas dengan anggukan kecil.
Sepeninggalnya Fino, kelas itu mulai gaduh kembali. Pria itu mulai berjalan dengan gagah menuju meja guru dikelas itu dengan senyum yang tak sedikit pun luntur membuat kelas itu semakin heboh.
"Selamat pagi..." sapa suara bass itu membuat setiap sudut ruang dipenuhi dengan jerit kekaguman para siswi perempuan. Berbeda dengan siswa laki laki yang hanya bisa menggerutu dalam hati karna merasa tersaingi dengan guru baru mereka.
"Baik, perkenalkan nama saya Laurensius Riko Zafano guru baru kalian. Saya menggantikan pak Lukman dalam mengajar matematika. Saya harap kalian akan bersungguh sungguh dalam mata pelajaran ini. Jadi mohon bantuannya sekalian" ucap Riko tersenyum.
Seketika ruang itu terdengar gaduh kembali.
“Jadi ada yang ingin kalian tanyakan?” Tanya Riko sambil memperhatikan seluruh siswanya.
“Pak apa anda sudah punya pacar?”
“Atau tunangan pak?”
“Apa boleh ku panggil sayang pak?”
“Boleh minta no wa nya pak?”
Riko tersenyum mendengar pertanyaan yang terlontar untuknya. Melihat senyum guru mereka membuat suasana semakin gaduh. Pesonanya memang membuat gadis remaja meleleh bukan.
“Saya tidak punya pacar atau pun tunangan, tapi ada seseorang yang sedang saya perjuangkan jadi bantu doanya ya” jawab Riko membuat para siswi merasa kecewa.
"Baiklah sebelum kita melanjutkan pelajaran ini. Saya ingin mengenal kalian terlebih dahulu. Jadi saya akan mengabsen kalian satu persatu" sahut Riko.
Ia mengambil map biru berisi data nama siswa XII-5 IPA. Dan mulai mengabsen satu persatu.
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"Azallea Amaira." panggilan Riko
Hening.
"Azallea Amaira." panggilan Riko lagi
Letha yang berada disamping Ara menyikut mencoba memberi kode untuk memperhatikannya. Tapi Ara tak peduli dengan dirinya.
Ara yang kebetulan menggunakan headset tak mendengar jika namanya dipanggil. Ia tampak serius dengan novel ditangannya. Dan tak peduli dengan orang disampingnya yang terus mengganggunya. Ia bahkan tidak menyadari kehadiran guru barunya itu.
"Azallea Amaira. Apa dia tidak masuk hari ini?" tanya Riko pada ketua kelas.
"Dia yang duduk disana, pak" jawab ketua kelas sambil menunjuk pada meja disudut ruang itu.
Letha menahan nafas saat melihat gurunya menatap Ara dengan pandang tak terbaca. Ia akhirnya menginjak kaki Ara walau tak begitu keras. Hingga Ara menoleh menatap tajam pada gadis disampingnya itu. Terlihat dari wajah Ara yang tidak mau diganggu. Ia kembali melanjutkan bacaannya tanpa menghiraukan Letha.
Riko yang mendengar jawaban ketua kelas, menatap gadis dengan headset yang bertengger manis di kedua daun telinganya. Dengan santai ia melangkah mendekati gadis itu, tanpa pikir panjang ia menarik headset itu sampai terlepas. Membuat gadis itu mengangkat wajahnya menatap dengan kesal.
"Sekarang bukan waktunya membaca novel tak bergunamu itu NONA AZALLEA AMAIRA" ucap Riko penuh penekanan.
Seketika suasana kelas berubah menegangkan. Ara menatap Riko geram. Ia bangkit membawa novel dan memasang headsetnya kembali. Berjalan melewati Riko yang kesal menatapnya. Dengan santai ia berjalan meninggalkan kelas. Tak menghiraukan betapa kesalnya Riko saat ini.
"Berhenti disana NONA AZALLEA AMAIRA. Dan kembali ke mejamu!" geram Riko saat Ara akan membuka pintu kelas.
Letha terdiam menatapan guru tampannya dan sahabatnya bergantian. Ia terlihat bingung dan tak tau apa yang harus ia lakukan untuk Ara. Ia takut Ara akan mendapat hukuman dari gurunya satu ini.
Ara berbalik menatap Riko dengan benci, marah, geram, kesal semua teraduk jadi satu. Sedangkan Riko hanya tersenyum miring menatap wajah kesal Ara yang terlihat menggemaskan dimatanya.
"Apa kau tuli?" sinis Riko membuat Ara mengepalkan tangannya.
"Cih... Dasar menjadi guru baru saja sudah belagu” ucap Ara berbalik pergi tanpa menghiraukan Riko yang terus memanggilnya.
"AZALLEA AMAIRAAA!!!" teriak Riko geram.
Seketika suasana kelas itu sangat mengcengkram. Bagaimana tidak guru yang tampan dan mempesona dengan senyumnya itu, kini sedang naik darah hanya karna salah satu siswinya. Semua siswa XII-5 IPA hanya menunduk tak berani menatap guru mereka yang masih terselimuti kemarahan.
...****...
'Dasar! Menyebalkan! Kenapa harus ada orang sepertinya! Dasar makhluk astral! Lihat saja akan ku buat kau streess karna ulahku' gerutu Ara sepanjang jalan. Ia sengaja membolos dan lebih memilih duduk santai dikantin sekolah. Ia terus saja bergumam tak jelas, hingga sebuah panggilan.
"Ara... Araa!" panggil seseorang dari arah belakang membuatnya menoleh. Seperti biasa dengan tatapan dingin dan wajah datarnya yang selalu ia berikan pada siapapun.
"Embb... Kau dipanggil kepala sekolah untuk keruangannya sekarang juga" ucap siswi berkacamata didepannya dengan gugup karna tatapan Ara yang tidak pernah bersahabat dengan siapapun.
"Sial... Mau apa lagi si tua bangka itu" gerutu Ara.
Tanpa menjawab Ara melangkah berbalik arah dengan kesal. Ia sangat tau apa yang akan dibahas diruangan terkutuk didepannya ini. Langkahnya terhenti di ruangan tertulis 'HAEDMASTER ROOM' yang sudah berulang kali ia datangi. Dan itu artinya ia dalam masalah.
Ckleck...
Dengan santai ia memasuki ruangan itu. Terlihat seorang pria paruh baya duduk dikursi kebesarannya diseberang sana membelakangi Ara. Ara hanya mendengus kesal sambil mendekati meja besar didepannya, berdiri dengan wajah datarnya.
"Duduklah nona Azallea Amaira" ucap pria itu sambil membalikkan posisi duduknya yang kini menghadap Ara.
Sedangkan Ara hanya memicing sebelah matanya sambil tersenyum miring. Sungguh sangat mengerikan.
"Katakan saja, apa yang ingin kau katakan! Kau sudah membuang waktu berhargaku tuan Andrian Winanta yang TERHORMAT" tekan Ara.
"Oh baiklah, kau memang tak berubah ternyata. Apa kau ingin aku berkata sekarang nona?" tanya pria paruh baya itu dengan santai, menambah rasa kesal Ara yang ia tahan sedari tadi.
"KAU!!!" gertak Ara menahan amarahnya.
Tn. Andrian hanya mendengus kesal dengan sikap Ara yang tak ada sopan sopannya. Jujur saja ia sangat menyayangi putri dari sahabatnya itu. Tapi, ia tak suka dengan sikap dan tingkah Ara yang saat ini. Ia merindukan Ara yang ceria seperti dulu. Sudah berulang kali ia memberikan teguran untuk gadis itu. Tapi, apa? Ara malah tak pernah mendengar semua teguran itu dan menganggap hanya angin liwat.
"Ini peringatan terakhir dariku untukmu Ara. Ayolah! Tingkatkan belajarmu, kau tau bukan nilaimu itu sangat hancur dan lihatlah ujian nasional sudah didepan mata. Dan kau masih saja seperti ini. Apa kau ingin tidak lulus tahun ini. Tidak bisakah ka-"
"TIDAK!" tungkas Ara lalu pergi begitu saja dengan membanting pintu dengan keras.
Tn. Andrian hanya menatap sendu kepergian Ara. Ia sudah lelah untuk menasehati gadis itu. Tapi, ia juga sangat menyayangi gadis itu seperti putrinya sendiri.
"Anak itu" gumamnya.
Kemudian ia mengambil ponsel dimeja menekan salah satu tombol untuk menghubungi seseorang lalu mendekatkan ponsel pada telinganya.
"Halo..."
"..."
"Hmm... Baru saja aku menasehatinya. Ku mohon padamu beri dia sedikit nasehat kau tau sendiri bukan? Betapa hancurnya nilai putrimu itu. Jadi ku mohon bantuanmu. Jangan lakukan kekerasan padanya. Apa kau sudah gila sekarang hah!" ucap Tn. Andrian
"..."
"Terserah kau menganggapnya putrimu atau tidak. Yang aku inginkan sekarang adalah kau nasehatilah dia dengan perlahan. Ingat jangan menggunakan kekerasan. Kau tau bukan bahwa dia sudah ku anggap seperti putriku sendiri. Jadi ja-"
Tuuuttt... Tuuutttt... Tuuutttt...
"Cih... Dasar! Menyebalkan!" gerutu Tn. Andrian menatap ponselnya sebelum meletakkan kembali keatas meja kerjanya.
.
.
.
.
-Di tempat lain-
Seorang pria paruh baya baru saja melempar ponselnya kedinding. Membuat benda tipis itu tak terbentuk lagi. Terlihat dari raut wajahnya yang menahan semua amarah. Hingga...
BRAAKK...
Pria paruh baya itu menggebrak meja kerjanya dengan sangat kuat.
"Dasar anak tak berguna! Lihat saja apa yang akan ku lakukan padamu gadis kecil!" ucap pria itu menyeringai
...****...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca lanjutannya semoga bisa menghibur kalian.
Semoga tidak membosankan yaa...
Oke next...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Fhans Rossi
apakah sikapnya ara nda berlebihan thor....
2023-03-12
0
Lya
😀😀
2023-02-13
1
AjmiL
baru juga episode 2 udah dibikin mewek .... wahhhh sensitif kali hato ini hihi
2023-02-02
1