My Teacher Is My Love
Matahari semakin menyongsong tinggi, menandakan hari telah berlalu. Malam berganti pagi. Waktunya beraktivitas kembali. Sama hal nya dengan gadis cantik yang berjalan disepanjang koridor sekolah. Terlihat berjalan santai menuju kelas.
Azallea Amaira A. atau sering di sapa Ara. Sejak mamanya meninggal ia menjadi sosok yang cuek dan dingin. Ia tak pernah peduli dengan apapun disekitarnya.
‘Selalu seperti ini tak pernah ada perubahan. Keramaian yang sangat mengganggu, suasana yang tak pernah bisa tenang’ batinnya saat tiba didepan kelas.
Ia lihat suasana kelas yang mulai ramai karna sebentar lagi waktu pelajaran akan dimulai. Dengan kesal Ara melangkahkan kakinya menuju meja paling ujung kelas. Baru saja Ara mendudukkan tubuhnya, tiba-tiba seorang gadis cantik duduk disampingnya dengan cengiran khas yang sangat membosankan bagi Ara.
‘Aish, lihatlah dia sangat terlihat aneh’ gumam Ara.
Bukan Aletha namanya jika ia tak bertingkah aneh. Ya, namanya Aletha Lutfiana Wijaya orang pertama yang ingin berteman dengan gadis dingin, angkuh dan pendiam seperti Ara.
Entah apa yang membuatnya sangat ingin menjadi teman Ara. Sudah berulang kali ia diacuhkan tapi ia selalu saja mencoba untuk mendekati Ara dan mengklaim Ara adalah teman, bahkan sahabatnya.
"Pagi Ara” sapa Letha dengan riang itulah salah satu sifatnya 'periang'
Ara hanya bergumam tak jelas sambil terus asik dalam dunianya sendiri. Apa lagi kalo bukan membaca novel kesukaannya. Bukankah Ara gadis pendiam, baginya tak ada waktu untuk berbicara dengan mereka yang tak penting.
"Ara... Apa tugas bahasamu sudah seleasi?" tanya Letha.
“Hmm” Gumam Ara.
Letha hanya tersenyum mendengar jawaban Ara yang tak pernah berubah sejak awal mereka bertemu. Ia tak pernah marah atau kesal dengan segala sikap cuek dan dingin Ara. Baginya dengan Ara yang membiarkan ia berada di sekitarnya itu sudah sangat menyenangkan.
Hening...
Dari sudut matanya Ara melihat senyum manis Letha yang membuatnya risih.
'Sebenarnya apa ia tak bosan dengan sikapku? Dasar' batin Ara.
"Ah iya, apa kau sudah mendengar kabar tentang guru baru matematika kita?" Tanya Letha
"..."
" Kau pasti tak tau. Karna kau terlalu asik dengan duniamu sendiri. Hei... Kapan kau akan berubah Ara? Apa kau tak bosan terus diam tanpa niat berbicara walau hanya padaku" Ucap Letha.
'Siapa suruh kau berteman denganku?' jawab Ara dalam hati.
"Semoga saja guru baru kita pria tampan seperti Pak Fino” ucap Letha penuh harap.
“Aish! Andai saja Pak Fino belum menikah dengan Bu Aalisha. Ah menyebalkan” celotehnya lagi dan terus berceloteh.
‘Pasti guru itu membosankan. Apa pentingnya bagiku?’ pikir Ara.
...****...
Bel istirahat berbunyi seluruh siswa berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang berdemo sejak guru menjelaskan materi. Berbeda dengan Ara. Ia kini duduk sendiri diatap sekolah dengan novel ditangannya. Tak ada yang tau jika setiap saat ia pergi kesini, termasuk Letha. Entah itu istirahat atau bolos.
"Sudah ku duga ternyata kau disini?" ucap seseorang yang sudah duduk disampingnya.
Sesaat Ara terkesiap, namun saat menatap siapa orang yang menemukannya ia hanya diam dan kembali membaca.
"Nanti malam ada acara dirumah papa. Sebuah makan malam keluarga, sudah lama bukan kita tak makan bersama? Kau mau datang nanti malam? Aku akan menjemputmu,bagaimana?" ucap pria itu sambil menatap raut wajah gadis disampingnya.
Bukannya menjawab Ara malah tertawa kecil menatap pria berkemeja navy didepannya. Seakan yang terlontar dari bibir pria itu adalah sebuah candaan.
"Masihkah aku diharapkan dikeluargaku sendiri? Bukankah anaknya hanya kau seorang kak? Ah maaf aku sungguh tak sopan memanggilmu 'kakak’ pak. Maaf atas kelancanganku pak. Dan untuk tawaranmu. Aku tak ada minat untuk datang. Jika pada akhirnya hanya sebuah hinaan yang ku terima. Permisi" tegas Ara pergi meninggalkan pria yang tak lain adalah gurunya sekaligus Kakak kandungnya. Alfino Xelo Alardo.
Sedangkan Fino hanya menghela nafas berat menatap punggung Ara yang menghilang dibalik pintu. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia hanya bisa menatap hamparan luas langit biru sambil bergumam dalam hati yang tak bisa didengar oleh siapapun.
.
.
Ara terus melangkah menuju kelasnya. Hari ini ia merasa moodnya hancur seketika hanya karna tawaran makan malam dari sang kakak. Tak ada yang tau jika Pak Fino guru termuda dan tertampan yang mereka kenal adalah kakak kandung Ara. Kenapa bisa? Karena Ara lah yang menutupi identitasnya. Ia tak ingin rahasia keluarganya terbongkar. Itulah sebabnya mengapa Ara tak mau berteman dengan siapa saja. Terlebih dia hanya gadis dengan otak pas-pasan. Berbeda dengan sang kakak yang sangat pandai dan dikagumi banyak orang.
Ia memang sangat berbeda dengan Fino yang pandai dan cerdas. Semasa sekolah dan kuliah Fino selalu menjadi juara disetiap perlombaan. Entah itu dalam akademic maupun non akademic. Bahkan diusia 24 tahun, usia yang terbilang sangat muda ia sudah menyelesaikan S2 nya dan kini ia menjadi guru sekaligus penerus perusahaan Alardo Corp milik papanya. Hebat bukan?
Sedangkan Ara, jangan ditanya lagi gadis cuek, dingin, angkuh dan pembuat onar. Ditambah dengan otaknya yang pas pasan itulah mengapa ia tak diakui sebagai anak kedua di keluarga Alardo. Karna sikapnya yang sangat memalukan. Gadis yang selalu berada diurutan peringkat terakhir, perbedaan yang sangat jauh dengan kakaknya. Karna bagi Tn. Felix Alardo yang tak lain papa Ara memiliki anak seperti Ara yang bodoh adalah hal yang sangat memalukan. Itu sebabnya Ara menutupi identitasnya.
Sesampai di kelas Ara langsung mengambil tas punggung lalu pergi begitu saja bersamaan dengan suara bel masuk pelajaran berikutnya
"AZALLEA AMAIRA!!! MAU KEMANA KAU!!! SEKARANG WAKTUNYA JAM PELAJARAN DIMULAI!!!" Teriak seorang guru dibelakang sana yang tak lain adalah Fino.
Ara melangkah tanpa menoleh kebelakang. Ia sangat malas untuk berdebat dengan 'Anak kesayang papanya' itulah sebutan Fino bagi Ara. Ara terus berjalan menyusuri koridor sekolah dengan santai. Tanpa memperdulikan teriakan Fino. Yang ia inginkan saat ini adalah mencari ketenangan. Langkahnya terhenti di bawah pohon besar yang sangat rindang. Disandarkan punggungnya pada batang pohon dengan memangku tas punggungnya. Hembusan angin membuat rambut panjang indahnya menari nari. Ara memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya. Hingga dengkuran kecil terdengar menandakan bahwa ia sudah terlelap.
...****...
..."Aku percaya adanya 'cinta pandangan pertama'. Karna disaat pertama aku menatap mata indahmu disitulah aku merasakan sesuatu yang mendebarkan hati”...
Dari kejauhan seorang pria menatap Ara yang tertidur dengan tersenyum manis. Perlahan pria itu mendekati pohon dimana Ara tidur bersandar. Tangan pria itu terulur mengusap pipi kanan Ara dengan lembut tanpa berniat membangunkan. Sudut bibir pria itu tertarik keatas.
'kau semakin cantik, lama kita tidak bertemu. Dan kini aku kembali untukmu, sayang' batin pria itu lalu bangkit pergi.
...****...
Fino berjalan menyusuri koridor yang menghubungkan ruang guru dengan taman sekolah. Dari kejauhan ia melihat seorang siswi tertidur dibawah pohon. Ia sudah cukup hafal siapa sosok disana, siapa lagi kalau bukan adiknya sendiri yang sangat susah untuk diatur. Ia hanya menghela nafas berat mengingat semua kelakuan adiknya yang berubah.
"Mas... Mas Fino" panggil seseorang dari arah belakang.
Dan benar saja ternyata Aalisha Darwin Alardo guru muda yang tak kalah cantik dan kini menyandang status resmi sebagai istri dari Fino sejak dua bulan yang lalu. Fino tersenyum menatap sang istri.
"Ada apa sayang?" tanya Chanyeol mengusap kepala Aalisha lembut.
"Tidak ada apa apa mas. Hanya saja kenapa kamu disini mas? Bukankah sekarang waktumu mengajar di kelas Ara?" tanya Aalisha
"Hmmm... Tapi lihatlah" ucap Fino sambil mengarahkan dagunya kearah taman.
Aalisha mengikuti arah yang ditunjukkan oleh suaminya. Seperti yang dilihat Fino seorang siswi yang tertidur nyenyak di bawah pohon ditemani semilir angin siang ini.
"Aku tak tau bagaimana caranya agar ia seperti dulu, gadis manis yang sangat patuh dan tak banyak bertingkah. Gadis kecilku yang selalu tersenyum dan tertawa seperti sebelum mama meninggal. Dan sebelum papa menikah lagi. Aku tak tau harus bagaimana lagi? Cara apa lagi yang harus ku lakukan untuk mengembalikan gadis kecil ku yang dulu? Aku benar-benar gagal sebagai kakak. Aku gagal sayang. Aku gagal..." ucap Fino penuh penyesalan.
"Tidak mas, kau tak gagal. Mungkin Ara belum bisa menerima keadaan ini. Atau mungkin dia sedang ada masalah yang tak ingin membuat mas khawatir. Sudahlah mas jangan dipikir berlebihan. Dia masih labil mas. Yang harus kita lakukan adalah selalu berada disampingnya sesibuk apapun kita. Aku tau bagaimana perasaannya mas. Aku paham. Dibalik sikapnya yang seperti itu ia sangat kesepian" tutut Aalisha.
"Terimakasih sayang..." Aalisha tersenyum menatap suaminya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke kelas. Kebetulan mereka mengajar kelas yang saling bersebelahan. Fino mengajar fisika dan Aalisha mengajar bahasa.
...****...
Sedangkan Letha sedari tadi duduk gelisah menatap pintu masuk kelas. Karna sudah hampir 3 jam Ara temannya itu tidak masuk kelas. Letha sangat tau kalau Ara pasti sedang berada di taman sekolah. Ingin rasanya ia menyusul Ara tapi ia tidak ada keberanian untuj bolos mata pelajaran fisika yang saat ini sedang berlangsung. Sepertinya saat istirahat kedua Letha akan mencari Ara dan mengajaknya kembali ke kelas. Mengingat sebentar lagi mereka akan mengikuti beberapa rentetat ujian akhir.
.
.
Kembali ke taman, Ara baru saja terbangun karna sinar matahari yang menembus celah dedaunan. Sudah hampir 3 jam ia tertidur dengan posisi terduduk dan itu cukup membuat punggungnya pegal. Ia menggelit sambil bergumam lalu beranjak pergi menuju kantin. Ia terlalu malas kembali ke dalam kelas. Toh sekarang istirahat kedua pikirnya. Sesampai di kantin ia memesan jus jeruk favoritnya.
Tak butuh waktu lama pesanannya datang. Sambil menyeruput jus jeruk ia mengambil ponsel di saku bajunya. Dan mulai memainkan game yang paling ia sukai. Tanpa ia sadari seorang pria atau lebih tepatnya seorang guru berdiri didepannya. Ara tersentak saat seseorang merampas ponselnya.
"Apa yang kau lakukan!!!" teriaknya membuat beberapa siswa menatapnya.
"Amaira!!! kau telah melewatkan jam pelajaran dan sekarang kau malah santai-santai disini memainkan ponselmu!!! Sungguh kegiatan yang tak bermanfaat kau tau itu!!! Mau jadi apa jika kau nantinya!!! Jika selalu seperti ini!!!" bentak seseorang yang tak lain adalah Fino.
Ara segera bangkit dari duduknya menatap Fino sinis lalu beranjak pergi tidak lupa ia merampas kembali ponselnya sambil berkata.
"Bukan urusan anda BAPAK FINO YANG TERHORMAT” tekan Ara.
Fino yang mendengar ucapan Ara hanya bisa mengepalkan tangannya. Sambil menatap punggung yang mulai menghilang dari pandangannya. Sedangkan Ara dengam santainya melangkah pulang.
Letha yang melihat kejadian tadi hanya bisa menghela nafas. Kalau sudah seperti ini dia hanya bisa diam. Ia sangat paham dengan Ara yang sangat keras kepala.
Ara hanya bisa menghela nafas berat. Sungguh ia sangat lelah dengan kehidupannya. Sesampai di apartement ia segera masuk kedalam kamar, menghempaskan tubuh ringkihnya pada ranjang empuk.
‘Melelahkan. Sangat melelahkan’ gumam Ara.
Beberapa hari ini Ara merasa tubuhnya sangat mudah lelah. Sering kali ia juga merasa pusing.
‘Apa aku akan jatuh sakit? Semoga saja tidak. Jika aku sakit siapa yang akan mengurusku? Ya tuhan... Kuatkan diriku ini’ ucap Ara lirih bangkit menuju balkon.
Dddddrrrtt... Dddrrrrtt...
Terdengar ponsel Ara berdering diatas nakan. Ia kembali masuk meraih ponsel kemudian menggeser tombol hijau tanpa melihat nama penelpon.
"Halo..." ucap Ara cuek
"..." hening
"Halo..." ucanya sekali lagi.
"Ara..." jawab seorang pria diseberang sana.
Ara menatap layar ponselnya saat tak mengenali suara pria itu. ‘no baru?' gumamnya
"Hmm. Siapa?" tanya Ara kembali
"..."
Tuuutt... Tuuttt... Tuuuttt...
Sambungan diputus. Ara menatap datar layar ponselnya. Tidak ingin memikir terlalu panjang ia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Setelah beberapa menit Ara keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Ia berjalan menuju meja rias yang berada di samping lemari pakaian. Ia mulai menyisir surai hitam lebat sebahunya. Kemudian ia beranjak menuju kasur untuk merebahkan tubuhnya. Tidak lupa ia meminum sebutir obat yang bisa membantunya tenang.
...****...
Jauh diseberang sana seorang pria dengan setelan jas berdiri menatap padatnya kendaraan yang berlalu lalang dijalanan dari dalam ruang kerja yang berada di lantai paling atas bangunan itu. Terlihat senyum yang tak sedikitpun luntur menambah ketampanannya. Ia terus tersenyum menatap layar ponselnya. Ya dia baru saja menghubungi seseorang yang selama ini ia cari.
"Tony, suruh anak buahmu untuk terus mengawasinya dari kejauhan. Dan jangan sampai dia atau orang lain tau kalau mereka sedang mengawasinya. Dan terus laporkan padaku apa saja yang ias lakukan. Aku tidak mau kehilangan dia lagi seperti dulu" perintah pria berjas hitam pada pria didepannya itu sambil menatap foto seorang gadis yang tersenyum manis.
”Siap tuan” sahut pria bernama Tony lalu beranjak pergi menjalankan tugasnya.
"Kau sangat cantik sayang, seperti mama. Tunggulah sebentar lagi. Sebentar lagi kita akan berkumpul..." ucap pria itu.
...****...
.
.
.
.
.
.
Haloo salam kenal. Dan selamat datang di novel pertama aku. Kira kira siapa ya pria misterius itu? Dan siapa gadis manis dalam foto itu? Bagaimana kelanjutan cerita kehidupan Ara? Apa ada rahasia dibalik kehidupannya?
Terus ikuti critanya ya.
Dan maaf kalo banyak yang salah kata.
Oke,next...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
sakura
..
2023-05-05
0
Melki
kelihatanya menarik.....
2023-05-05
0
Senja Ayana
*Untuk
2023-03-20
0