"Sakit sekali." Gumam Zevina terbangun dari tidur nya merasakan sakit pada perutnya. Padahal jam baru menunjukkan pukul setengah satu malam. Ia ingin bergerak namun tangan kekar Darvin melingkar sempurna dipinggang nya. Mau tidak mau ia memindahkan tangan kekasihnya dengan sangat pelan agar tidak membangunkan kekasihnya.
Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan dengan pelan menuju kamar mandi. Darvin terbangun merasakan tangannya dipindahkan tadi pun segera turun dari ranjang menuju lemari pakaian nya. Ia mengambil sehelai ****** ***** milik Zevina dan juga pembalut.
Kemudian ia mengetuk pintu kamar mandi. Zevina membuka nya dengan perlahan. Ia sedikit kaget melihat Darvin yang masih setengah memejamkan matanya.
"Ada apa sayang? Maaf membuat mu terbangun." Ucap Zevina dengan suara lemah menahan sakit.
"Ini. Kau membutuhkan ini." Ucap Darvin menyerahkan barang yang ia bawa tadi kepada Zevina.
"Terima kasih." Ucap Zevina menerima barang yang diberikan Darvin dan menutup kembali pintu kamar mandi. Zevina sangat bersyukur setidaknya disaat seperti ini Darvin selalu bersifat peka.
Darvin segera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga menuju dapur. Ia kemudian membuatkan secangkir teh jahe hangat untuk Zevina, tidak lupa ia juga membawa bungkusan kompres air hangat untuk mengompres perut Zevina. Setelah selesai ia pun kembali kekamar nya. Saat memasuki kamarnya ia melihat kekasihnya sedang meringkuk di dalam selimut.
"Sayang minum ini dulu." Ucap Darvin sambil membetulkan posisi Zevina menjadi baring terlentang setengah duduk.
"Terima kasih." Ucap Zevina menerima minuman yang diberikan Darvin.
Darvin kemudian mengangkat baju Zevina sedikit keatas lalu menaruh kantong kompres yang ia bawa diatas perut Zevina.
"Terima kasih." Ucap Zevina tersenyum sambil mengelus pipi Darvin. Darvin kemudian meraih tangan Zevina yang sedang mengelus pipi nya dan mengecup tangannya.
"Sekarang istirahatlah. Besok tidak akan sakit lagi." Ucap Darvin penuh perhatian lalu membaringkan tubuh Zevina dengan hati hati. Kemudian Darvin pun ikut terlelap di samping Zevina.
Rasanya Zevina ingin sekali setiap hari sakit seperti ini agar Darvin selalu bersikap manis padanya. Mendapat perlakuan manis dari Darvin adalah hal yang harus ia rekam dalam ingatannya. Zevina pun akhirnya terlelap setelah sakitnya berkurang.
Pagi yang dinanti akhirnya tiba. Zevina terbangun tanpa Darvin disamping nya. Ia segera menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah selesai dan berpakaian rapi ia pun melangkah untuk menuju ke bawah mencari Darvin. Namun saat hendak membuka pintu, Darvin sudah lebih dulu membuka nya dari luar.
"Hei, kau mau kemana sayang?" tanya Darvin melangkah mendekati nakas disamping ranjang nya. Ia menyusun makanan yang ia bawa dengan rapi di atas nakas. Zevina heran melihat penampilan Darvin yang masih santai.
"Kita tidak bekerja?" tanya Zevina ragu.
"Kau sedang sakit sayang, bagaimana aku bisa meminta mu bekerja saat kau seperti itu." Ucap Darvin lalu duduk di tepi ranjang.
"Kemari lah." Ucap Darvin sambil menepuk tempat kosong di samping nya. Zevina melangkah mendekati nya dan duduk di samping nya.
"Tapi aku sudah baik baik saja." Ucap Zevina mencoba meyakinkan Darvin.
"Jangan membantah." Ucap Darvin dengan suara dingin. Jika sudan begitu lebih baik Zevina diam dan menurut saja.
"Makan ini." Ucap Darvin memberikan sepiring makanan kepada Zevina. Setelah Zevina menerimanya dan memakannya, ia pun memakan bagian nya.
"Ini enak sekali sayang. Kau yang membuat nya?" tanya Zevina kegirangan.
"Hem." Ucap Darvin singkat. Darvin memang cukup handal dalam hal memasak, bahkan Zevina saja kalah.
"Aku jadi iri pada mu. Kau seorang pria tapi sangat handal dalam hal memasak." Protes Zevina seolah tak terima dengan kemampuan yang dimiliki kekasihnya. Darvin tersenyum kecil.
"Aku yang akan memasak untuk mu. Asal kau bisa memuaskan ku diranjang sayang." Ucap Darvin tersenyum.
"Kau ini selalu saja." Ucap Zevina malas lalu melanjutkan makan nya.
Setelah selesai Darvin memberikan segelas air hangat dan sebutir obat pereda nyeri untuk Zevina. Zevina pub menerima nya dan segera meminum nya. Setelah itu Darvin membawa piring piring kotor mereka turun ke dapur untuk di cuci. Zevina tersenyum menatap punggung lebar kekasihnya yang berjalan menjauh.
"Andai saja aku bisa meminta mu untuk bersikap manis seperti ini setiap hari." Batin Zevina memahan luka dihati nya. Darvin memberinya luka tapi Darvin juga yang bisa menyembuhkan nya.
"Aku tidak tahu apa kau sungguh sungguh mencintai ku. Tapi aku sangat berharap kau bisa menjadi pria yang lebih baik. Jika bukan untuk ku maka untuk pendamping hidup mu kelak." Batin Zevina lalu menunduk. Tetesan air mata mulai membasahi pipi nya. Ia memang selalu mendengar Darvin mengatakan cinta kepadanya terutama saat mereka melakukan aksi panas. Tapi tetap saja Zevina ragu, ia tetaplah seorang wanita biasa yang mengharapkan cinta tulus dari seorang pria.
"Sayang kau kenapa?" tanya Darvin yang baru saja memasuki kamar dan melihat kekasihnya sedang menunduk dengan tubuh bergetar pertanda ia sedang menangis walau tanpa suara.
Zevina hanya menggeleng. Darvin kemudian menengadah kan wajah kekasihnya dengan memegang dagu nya. Tampak wajah Zevina terlihat sangat terluka. Ia tahu penyebab nya adalah dirinya. Ia selalu mendapati kekasihnya menangis dalam diam untuk mengeluarkan rasa sakit dari hatinya. Tapi tetap saja ego nya selalu ia pertahankan sehingga ia selalu dengan mudah menyakiti kekasihnya.
"Maaf." Ucap Darvin membawa Zevina kedalam pelukan nya dengan posisi ia berdiri dan Zevina duduk.
"Tidak kau tidak perlu minta maaf. Aku hanya terharu karena kebaikan mu." Ucap Zevina berbohong.
Darvin tentu saja tahu kalau kekasihnya sedang berbohong. Namun ia tidak ingin mempermasalahkan itu. Baginya Zevina ingin bertahan di sisinya saja itu sudah cukup.
"Istirahatlah agar sakit mu cepat reda." Ucap Darvin melepaskan pelukan nya.
"Aku akan pergi sebentar. Jangan lupa makan nanti dan juga tidak perlu menunggu ku." Ucap Darvin lalu melangkah pergi meninggalkan Zevina. Zevina hanya menunduk dan menghela nafas kasar.
Darvin kini sudah berada dalam mobilnya. Ia mengendarai mobil nya dengan kecepatan cukup tinggi. Ia kini sedang menuju ke club untuk membuat dirinya mabuk. Ya, setelah menahan diri karena melihat mata kekasihnya yang dibalut luka, ia merasakan perasaan bersalah yang sangat besar. Selama ini kekasihnya selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk nya dalam hal apapun, tapi ia malah selalu membalasnya dengan luka.
Kini ia sudah ada didalam club. Hari memang baru menjelang siang tapi club ini adalah club dua puluh empat jam. Ia menghabiskan begitu banyak minuman keras. Beberapa wanita penghibur mencoba mendekati nya dan merayu nya.
"Hei tampan mau aku menemani mu?" tanya salah satu wanita itu sambil meraba dada bidang nya. Darvin langsung menepis kasar tangan wanita itu.
"Enyah lah kalian. Jangan mencoba menyentuh ku. Tidak ada yang boleh menyentuh ku selain Zevina." Ucap nya seperti orang kesetanan. Ia selama ini memang membentengi diri nya dari perempuan manapun kecuali Zevina. Dan hanya Zevina yang ia sentuh dan menyentuhnya.
Entah apa yang membuat ia sekeras itu pada diri nya. Baginya hanya Zevina yang mampu mengerti dirinya, dan menuruti semua keinginan nya. Hanya Zevina.
************
Cerita pengganti dari "Secret Admirer"
Jangan bosan untuk menunggu update nya yah.
Mampir juga di karya ku yang judul nya "Mr. Mafia or Mr. Psychopath?"
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lina aja
lanjut
2022-12-02
0
el Putriᵉˡ̳༆
seharusnya tetap dirumh menemanin Zevina
2021-06-26
2
ibuke Syakintul
serem juga yess
2021-04-03
2