Malaikat Cleon. COLUMBARIUM.

Dengan sedikit membungkuk setelah memberi hormat dan mendoakan Alamarhuma Lovexia Lowandy Deska, Venera kembali terpaku dengan perasaan gelisah dan takut seperti biasanya, dan ia akan mulai menagis sambil mengucapkan kata maaf sampai berulang-ulang kali.

Maafkan saya.. Sekali lagi maafkan saya.. Bahkan sampai saat ini pun saya masih belum bisa memaafkan diri saya sendiri atas semua yang terjadi, seandainya saja waktu itu saya tidak melakukan satu kesalahan, mungkin Nyonya masih di sini sampai saat ini, berkumpul bersama putra dan suami anda, sekali lagi maafkan saya, saya juga tidak bisa menepati janji saya untuk menjaga putra anda, saya terlalu takut untuk berada di sini, maafkan saya...

Tangis Venera semakin pecah, tubuhnya merosot kebawah seolah ia tidak mempunyai tenaga lagi untuk tetap berdiri dengan kedua kakinya. Venera hanya bisa terisak sambil menyembunyikan wajahnya di balik kedua lututnya yang ia tekuk. Rasa bersalah yang hampir setahun ini menghantuinya sungguh membuatnya sangat menderita, hingga untuk menangis dan bersujut sampai kapanpun tidak akan bisa menghapus semuanya, dan mengembalikan semuanya seperti semula.

"Siapa anda?"

Tiba-tiba terdengar suara bariton yang menyapa pendengaran Venera, bahkan tampa menoleh ke belakang, Venera yang masih merasakan ketakutan langsung berdiri seraya mengusap air matanya dan kembali memakai sebuah topi untuk menyembunyikan wajahnya, sebab ia tahu persis, jika yang saat ini sedang berdiri tepat di belakangnya tidak lain adalah suami Almarhuma Nyonya Lovexia, sebab Venera masih sangat mengingat suara tersebut, bahkan ia dapat melihat jelas bayangan pria tinggi bertubuh tegak dengan wajah tampan namun memiliki tatapan tajam dan dingin itu di sebuah lemari penyimpanan pasu yang berisi abu jenaza almarhumah yang terbuat dari kaca bening di hadapannya.

"Maaf.. " Jawab Venera membungkuk sampai 90 derajat.

"Apa yang anda lakukan di sini?" Tanya Tuan Exel yang masih belum mengalihkan pandangannya ke arah Venera yang sejak tadi terus menunduk.

"Sa.. Saya.. "

"Apa anda mengenal almarhumah istri saya?" Tanya Tuan Exel lagi.

"Tidak Tuan.. Saya hanya.. "

"Silahkan pergi dari sini," Tegas dengan wajah yang masih terlihat datar.

Bahkan tampa menunggu Venera menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu, sedang Cleon yang masih berdiri di samping Ayahnya dengan tangan yang masih menggenggam tangan Ayahnya nampak terlihat sedang berfikir saat melihat sekilas melihat wajah Venera yang masih menunduk.

"Kakak.. " Gumam Cleon yang terus menatap Venera yang semakin menundukkan kepalanya, saat menyadari jika Cleon terus menatapnya.

"Maaf Tuan, saya.... "

"Silahkan.. "

Jawab Tuan Exel yang masih fokus di depan kaca yang di sana terletak foto, guci, dan beberapa kembang untuk istrinya, bahkan tampa berpaling dan melihat wajah Venera sedikitpun, hingga Venera berlalu dari tempat itu.

Apa dia kakak malaikat yang waktu itu? Tapi kenapa dia tidak mengenali Cleo, bahkan kakak itu masih menyimpan earphones milik Cleo.

Cleon yang sedari tadi termenung, nampak sedikit tersentak saat Tuan Exel menyentuh wajahnya lembut.

"Apa Cleo tidak ingin menyapa Mommy?" Tanya Tuan Exel saat sudah selesai berdoa.

"Ah iya Daddy.. " Jawab Cleon yang langsung membungkuk kecil, dan mulai berdoa untuk Ibunya.

Mommy.. Cleo bertemu dengan kakak malaikat itu lagi, tapi... Sepertinya kakak malaikat itu tidak mengenali Cleo lagi, Cleo sangat sedih sekarang, apa kakak malaikat itu sudah tidak ingin ketemu Cleo lagi?

Cleon dengan ekspresinya yang tiba-tiba terlihat sedih tersebut cukup menarik perhatian sang Ayah yang sudah sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Cleon.

"Cleo.. Ada apa Nak?" Tanya Tuan Exel perlahan sambil menatap wajah putranya yang tidak seperti biasanya, sebab di hari-hari kemarin jika mereka mengunjungi Almarhuma Ibunya, Cleon tidak pernah menampakkan wajah sedihnya, bahkan ia selalu berusaha untuk tetap tersenyum di depan abu Ibunya, namun sungguh berbeda dengan hari ini, sebab kesedihan sangat jelas tergurat di wajah polosnya.

"Apa Cleo sangat merindukan Mommy?" Tanya Tuan Exel perlahan yang langsung di balas anggukan oleh Cleon.

Bagaimana tidak, hanya dengan melihat Venera yang ia panggil sebagai kakak malaikat, ingatannya kembali tertuju pada kejadian 1 tahun lalu, di mana saat Cleon membuka matanya setelah tidak sadarkan diri cukup lama di dalam mobil yang di kendarai Ibunya yang sudah terbalik, Wajah kakak malaikat lah yang pertama kali di lihatnya, Kakak malaikat yang menggendongnya, tampa memperdulikan tubuhnya yang juga terluka, bahkan Cleon bisa melihat air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata Kakak malaikatnya tersebut. Hingga dengan perlahan Cleon mengambil earphones yang masih menggantung di lehernya dan memasangkannya di telinga kakak malaikatnya, berharap musik yang keluar dari earphones tersebut bisa menenangkan hati kakak malaikatnya agar tidak merasakan ketakutan lagi.

"Daddy.. "

"Iya Nak.. "

"Apa Daddy akan terus mengingat Mommy?" Tanya Cleon sambil menatap wajah Ayahnya yang saat ini tengah tersenyum dengan anggukan pelan.

"Tentu saja, sampai kapanpun Daddy tidak akan pernah melupakan Mommy,"

"Apa karena Daddy sangat menyayangi Mommy?" Tanya Cleon sekali lagi.

"Iya, Daddy menyayangi Mommy, sangat menyayangi Mommy," Jawab Tuan Exel dengan wajah bahagianya.

"Jadi.. Jika seseorang itu tidak menyayangi kita, dia akan bisa melupakan kita dengan mudah?" Pertanyaan Cleon selanjutnya yang membuat Tuan Exel mengernyit bingung.

"Ada apa Cleo? Apakah ada seorang teman yang tidak mengenali Cleo lagi?"

Kakak malaikat itu sudah melupakan Cleo, mungkin karena kakak malaikat itu tidak menyayangi Cleo..

"Tidak Daddy, Cleo hanya ingin mengetahuinya," Jawab Cleon yang tengah berusaha menutupi rasa kecewanya kepada sang Ayah.

"Jika seseorang itu sangat berarti buat kita, kita tidak akan mudah melupakannya, begitupun sebaliknya, sejauh apapun dia pergi," Lanjut Tuan Exel.

"Benarkah?"

"Iya Nak, tentu saja, seperti Daddy saat ini, meskipun Mommy sudah tidak di sini lagi bersama kita, tapi sampai kapanpun Daddy tidak akan pernah melupakan Mommy," Jelas Tuan Exel yang langsung mengusap pucuk kepala Putranya dengan lembut sambil tersenyum, sebelum akhirnya ia memeluk tubuh anaknya erat.

Sedang Venera yang masih berdiri di balik tembok dari setengah jam yang lalu hanya bisa menangis dalam diam, sambil meremat ujung bajunya dengan sangat keras.

Maafkan kakak, bukannya kakak melupakan Cleon kakak hanya terlalu takut menghadapi Cleon juga Ayah Cleon, kakak memang pengecut.

Dengan perlahan Venera mengusap air matanya dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan tempat tersebut.

* * * * *

KEDIAMAN VENERA MOON CALIN.

"Nak.. Ada apa? Sejak tadi Ibu perhatikan, kau nampak gelisah Nak, ada apa?" Tanya Nyonya Milena seraya mengusap rambut  putrinya yang sejak tadi membenamkan wajahnya di pangkuan Sang Ibu.

"Aku hanya merasa takut ibu.. " Jawab Venera dengan suara bergetar.

"Apa kau masih belum bisa melupakan semuanya?"

"Tidak, sedikitpun aku belum bisa melupakan semuanya Ibu, semakin hari aku semakin merasa takut dan merasa bersalah.. Ibu, apa yang harus aku lakukan.. Aku bahkan tidak punya keberanian untuk menatap mata anak itu, aku takut.. " Ucap Venera yang kembali terisak dan semakin kuat merangkul pinggang Ibunya.

"Anak itu? Apa kau bertemu dengan anak itu lagi?" Tanya Nyonya Milena yang hanya di balas anggukan oleh Venera.

"Tadi aku mengunjungi makam Nyonya Lovexia dan tidak sengaja bertemu suami dan juga putranya."

"Lalu apa yang terjadi?"

"Tidak terjadi apa-apa Ibu, aku hanya.. "

Aku melarikan diri lagi, tampa berani menyapa anak itu.

Venera semakin terisak, hingga membuat Nyonya Milena sedih, sebab sejak satu tahun lalu, wanita paru baya itu sudah tidak pernah lagi melihat senyum di wajah putrinya, Venera yang ceria sudah tidak ada lagi, dan hal itulah yang membuat Nyonya Milena semakin khawatir.

"Semua akan baik-baik saja sayang,"

"Ibu.. Bagaimana jika suatu saat nanti keluarga Nyonya Deska mengetahui jika Nyonya Lovexia meninggal dunia karena aku,"

"Ve.. Berhentilah memikirkan hal itu, semua yang terjadi di luar kendalimu, dan kau juga tidak sengaja melakukannya."

"Tapi Ibu.. "

"Sayang.. " Nyonya Milena menangkup wajah putrinya. "Ibu hanya ingin kau kembali seperti dulu, itu saja." Sambung Nyonya Milena sambil mengusap air mata yang masih terus menetes dari sudut mata Venera yang sudah terlihat sembab dan bengkak itu.

"Apa Ayah tidak pulang lagi malam ini?" Tanya Venera perlahan yang tiba-tiba membuat Nyonya Milena terdiam.

"Ayahmu masih sangat sibuk sekarang,"

"Sibuk? Apa benar seperti itu?" Tanya Venera yang sepertinya tidak yakin dengan perkataan Ibunya.

"Sayang.. "

"Baiklah.. Aku tidak akan menanyakan hal itu lagi." Ucap Venera yang langsung beranjak.

"Sayang.. " Panggil Nyonya Milena sambil meraih tangan Venera.

"Mungkin selama ini aku tidak pernah tahu apakah Ayah sudah berubah atau tidak, dan masalah apa saja yang sudah terjadi di antara Ayah dan juga Ibu. Tapi aku tahu, jika saat ini Ibu sedang tidak baik-baik saja. Ayah pasti masih sering menyiksa Ibu kan?"

"Sayang, tidak seperti itu.. "

"Ibu.. Sampai kapan Ibu akan menyembunyikan semuanya? Aku tahu Ayah, aku tahu bagaimana kejamnya Ayah, dan bagaimana jika Ayah hilang kendali dan bagaimana saat ia memukuli Ibu."

"Tidak ada yang Ibu sembunyikan sayang, Ibu baik-baik saja." Jawab Nyonya Milena dengan suara bergetar.

"Lalu luka lebam itu?" Tanya Venera dengan air mata yang kembali menetes saat melihat luka lebam di pergelangan tangan Ibunya.

"Ibu hanya terjatuh sayang, Ibu kurang hati-hati." Jawab Nyonya Milena yang masih mencoba untuk menutupi semuanya.

"Ibu.. " Seru Venera semakin jengah. "Berhenti menutupi kelakuan Ayah,"

"Ve.. Ibu mohon.. " Nyonya Milena kembali meraih telapak tangan Venera.

"Ibu."

"Ibu mohon.. " Ucap Nyonya Milena dengan mata berkaca sambil terus menggenggam telapak tangan Venera dengan sangat erat, hingga membuat Venera menyerah dan langsung memeluk tubuh Ibunya yang sudah terisak.

"Maafkan aku Ibu.. Maafkan aku.." Bisik Venera seraya mengusap punggung Ibunya yang masih terisak.

"Jangan menagis lagi." Ucap Venera.

"Apapun yang akan terjadi nanti, dan keputusan apapun yang Ibu ambil, semua demi dirimu Nak, tapi untuk saat ini. Ibu masih ingin mempercayainya, Ibu masih ingin menunggu Ayahmu untuk berubah, sebab Ibu selalu yakin, jika suatu saat nanti, Ayahmu akan berubah." Ucap Nyonya Milena perlahan.

"Iya Ibu.. Meskipun aku tidak jika Ayah akan berubah. Selama Ibu tidak menagis dan terluka."

"Ve.. Bisakah Ibu meminta sesuatu padamu?" Tanya Nyonya Milena saat melepaskan pelukannya dan langsung menatap wajah anaknya lekat.

"Ada apa Ibu?"

"Bisakah kau tetap tinggal di sini?" Tanya Nyonya Milena yang kembali membuat Venera terdiam selama beberapa saat. Dengan perasaan gelisah Venera meremas kuat jari-jari tangannya.

"Ibu.. Maaf.. Tapi aku tidak.. "

"Ibu mohon.. Tetaplah di sini bersama Ibu, sudah cukup, selama satu tahun ini kau pergi meninggalkan Ibu,"

"Ibu.. "

"Jangan melarikan diri lagi Nak, sudah waktunya kau menghadapi semuanya, Ibu ingin kau kembali seperti dulu."

"Tapi Bu.. "

"Semuanya sudah berakhir Nak, semuanya akan baik-baik saja."

"Entahlah Bu, perasaanku masih merasakan takut,"

"Ibu mengerti," Balas Nyonya Milena yang kembali memeluk tubuh putrinya dan mengusap punggung itu lembut.

...* * * * *...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Zulfa

Zulfa

Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍

2021-04-30

1

Bintang Desember

Bintang Desember

suka sama ceritanya Thor

2021-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!