Venera Moon Calin.

Venera melangkahkan kakinya perlahan menuju kursi kelasnya, mendudukkan dirinya di kursi dan langsung membaringkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang ia lipat dan menjadikannya sebagai bantal.

Pagi ini perasaan Venera tiba-tiba berubah gelisah saat baru saja mendapatkan panggilan telfon dari Ibunya, yang memintanya untuk pulang. Ibunya yang memiliki kondisi kurang sehat akhir-akhir ini sangat menginginkan Venera kembali untuk menemaninya, disebabkan Ayah Venera yang selalu sibuk dengan pekerjaannya membuat Ibu Venera selalu sendirian di rumah. Sedang Verena dan masa lalunya yang buruk sebenarnya sudah enggan menginjakkan kaki lagi di kota tersebut. Sampai saat ia kembali mendengar permohonan Ibunya pagi tadi, dan hal itu cukup membuat Venera menjadi luluh meskipun perasaannya masih menolak.

"ARRGGHH.... "

Teriak Venera dengan sangat keras hingga suara jeritannya memenuhi ruangan kelas tersebut dan membuat suasana kelas yang tadinya gaduh berubah hening seketika karena terkejut. Bahkan semua mata yang berada di dalam ruangan tersebut menatapnya dengan berbagai macam ekspresi yang berbeda, meskipun di antara banyak mata dengan tatapan aneh dan marah, namun ada satu sosok dengan tatapan penuh cinta mengarah ke pada Venera. Sedang Venera yang sudah merasa sangat malu hanya bisa terdiam dengan wajah datarnya sambil memegangi tengkuk lehernya menikmati tatapan yang sudah biasa ia liat dari teman teman sekelasnya.

"YAAKK... GADIS ANEH... KAU GILA?"

Teriak Kenzie dengan wajah pucatnya yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena terkejut saat mendengar suara teriakan Venera.

"Bukankah dia sangat menggemaskan?" Gumam Felix tampa berniat mengalihkan pandangannya dari wajah Venera.

"Yaakk.. Hentikan.. Dia sama sekali tidak menggemaskan, dia mengerikan.. " Balas Kenzie sewot yang dengan reflek langsung menepuk kepala Felix dengan perasaan kesal.

"Hei, ada apa denganmu?" Tanya Felix sambil mengusap kepalanya. Sedang Kenzie dengan mata yang masih nampak memerah berusaha untuk mengumpulkan nyawanya sambil memasang tatapan horor ke arah Venera yang bahkan terlihat puas sebab sudah membuat Kenzie terkejut dan terbangun dari tidurnya. Dan hal itu berhasil membuat Kenzie semakin merasa geram saat melihat sudut bibir Venera naik ke atas membentuk sebuah senyum smirk.

Dengan sedikit terkejut Venera memundurkan kursinya ke belakang saat dengan tiba-tiba Kenzie menghampirinya dan langsung berdiri tepat di hadapannya. Dengan keras Kenzie menggeprak meja Venera yang semakin tersudut saat Venera mencondongkan tubuhnya ke arah Venera hingga hanya menyisahkan jarak beberapa centi meter saja, bahkan tatapan Kenzie semakin dalam menatap wajah Venera yang hanya terdiam sambil menahan nafas.

"Apa?" Tanya Venera yang langsung membalas tatapan Kenzie.

"Kau, gadis aneh, tidak bisa kah kau bertingkah normal dalam sehari saja? Bahkan ini masih pagi, kau sudah berani mengganggu tidurku,"

"Apa? Normal? Yang aku lihat kau juga tidak pernah bertingkah normal selama ini, orang macam apa yang selalu tidur di ruangan kelas bahkan.....

"Itu bukan urusan kamu." Sela Kenzie semakin geram. "Mau aku tidur di manapun itu tidak masalah, bukan urusan kamu," Lanjut Kenzie.

"Jadi maksudmu tidur di dalam mobil yang kau kendarai pun itu tidak masalah? Meskipun kau hampir membunuh orang karena kecerobohanmu itu?" Tanya Venera yang tiba-tiba merasa kesal, bahkan semakin tajam manatap Kenzie yang masih tetap dalam posisinya.

"Tidak masalah jika itu kau,"

"Apa? Jadi waktu itu kau sengaja melakukannya? Dasar pria brengsek." Amuk Venera dengan emosi yang semakin memuncak.

"Apa brengsek? Tsk, Tidak heran jika aku membenci gadis sepertimu," Timpal Kenzie yang kembali menggeprak meja Venera sebelum melangkah pergi meninggalkan Venera dan ruangan kelas tersebut.

Apa? Membenciku? Memangnya apa yang sudah aku lakukan padanya, bukankah seharusnya aku yang membencinya karena hampir membunuhku, dasar pria aneh.

Venera menarik nafas dalam sambil membenarkan posisi duduknya, sementara Felix yang sejak tadi menyimak perdebatan antara Venera gadis yang sudah lama di sukainya dan Kenzie sahabatnya terlihat sedikit berlari sambil mengejar Kenzie yang sudah berlalu.

"Ken... Mau ke mana kau?" Tanya Felix sambil memegangi lengan Kenzie yang sudah berada di atas motornya.

"Pulang,"

"Kau tidak serius kan? Bukankah ini hanya masalah kecil? Ayolah.. Bukankah Kau sudah terbiasa terkejut dan terbangun di dalam kelas saat Dosen melemparimu dengan buku,"

"Entahlah.. Mungkin karena gadis aneh itu," Balas Kenzie yang langsung menggenakan helmnya.

"Ken.. Sebenarnya apa masalahmu dengan Venera, bahkan sejak pertama kali Venera menginjakkan kakinya di kampus ini, kau nampak tidak suka dengannya, padahal dia juga tidak pernah melakukan kesalahan apapun padamu."

"Kalau tidak suka yah tidak suka, itu saja." Jawab Kenzie santai.

"Setidaknya kita juga punya alasan kan jika tidak menyukai seseorang,"

"Entahlah.. Yang aku rasakan memang sudah seperti itu, kau saja yang bodoh karena sudah menyukai gadis aneh seperti dia." Balas Kenzie dengan tatapan bingung yang ia tujukan kepada sahabatnya Felix.

"Aku juga punya alasan kenapa bisa menyukainya, Venera memiliki banyak hal yang bisa membuat pria menyukainya."

"Tsk, selain sifatnya yang aneh memang apalagi yang dia punya." Jawab Kenzie yang langsung menyalakan mesin motornya dan meninggalkan kampus tersebut, meninggalkan Felix yang masih terdiam di sana dengan perasaan bingung.

Sebab Felix sendiri yang bahkan sudah berteman lama dengan Kenzie tidak mengetahui sedikitpun alasan pasti mengapa Kenzie sangat tidak menyukai Venera. Meski Felix mengakui, jika sikap Venera memang sedikit aneh, sejak menginjakkan kaki di kampus mereka sebagai mahasiswa baru pindahan, Venera memang tidak pernah terlihat bersama orang lain, ataupun seorang teman satupun, Venera selalu menyendiri, bahkan tidak pernah berbicara dengan siapapun, sampai akhirnya terjadi insiden di mana ia dan Kenzie nyaris menabrak Venera dengan mobil yang di kendarai oleh Kenzie yang saat itu dalam posisi mengantuk. Dan sejak saat itulah Kenzie dan Venera menjadi saling benci, bahkan sering berdebat. Meskipun Felix sangat bersyukur, sebab sejak insiden tersebut, Felix jadi sering menyapa Venera, dan jika bukan karena itu mungkin ia tidak akan mungkin bisa berbicara bebas dengan Venera yang bahkan tidak banyak orang tau jika sebenarnya Venera adalah gadis yang menyenangkan dan juga memiliki senyum yang indah.

Dan yang lebih membuat semuanya menjadi kacau sebab Felix diam-diam mulai menyukai Venera, bahkan sengaja mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan perasaannya, meskipun ia harus mendapatkan penolakan sampai beberapa kali oleh Venera.

* * * * *

Jam menunjukkan pukul 12:16 siang, Venera melemparkan pandangannya kearah luar jendela kaca Bis yang terpaksa ia tumpangi untuk pulang menemui Ibunya, pulang ke kota asal kelahirannya, dan Kota yang selalu membuatnya merasa ketakutan.

Tenang Venera, ini hanya sebuah Bis, kau akan baik-baik saja, tenanglah...

Kalimat yang berkali-kali di ucapkan Venera, seolah sedang membaca mantra dan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan perasaan takutnya, bahkan sesekali ia nampak memejamkan matanya saat Bis yang ia tumpangi berpapasan dengan mobil lainnya. Dengan tangan sedikit bergetar, Venera meraih Headphone di dalam tasnya dan langsung menempelkannya di telinga, mulai mendengarkan beberapa lagu untuk mengusir rasa takutnya.

"Coba dengar ini, rasa takut kakak akan hilang jika mendengar lagu ini, ini lagu favorite Ayah dan Ibu saya."

Suara itu kembali terngiang di ingatan Venera, meskipun saat ini perasaannya tengah di penuhi kegelisahan, namun saat alunan musik tersebut masuk dan penyapa indra pendengarannya, perasaan Venera seketika merasakan damai. Bahkan ia tidak menyadari jika saat ini air matanya sudah menetes membasahi wajahnya.

Hingga 3 jam berlalu, perjalanan Venera pun berakhir di sebuah Kota tujuannya. Untuk sesaat Venera terdiam sambil mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru, entah mengapa, kakinya serasah berat untuk melangkah, hingga akhirnya Venera tertuju pada satu tempat yang sudah lama tidak ia kunjungi.

* * * * *

MANSION EXEL ALERON DESKA.

Dengan sedikit berlari Cleon menghampiri Tuan Exel yang sedang duduk di atas sofa dengan tablet di tangannya, untuk memeriksa beberapa file yang dikirim oleh Dean Asistennya.

"Jangan berlari seperti itu, Cleo bisa terjatuh," Ucap Tuan Exel yang langsung meletakkan tabletnya seraya mengulurkan tangannya untuk menyambut Putranya yang tengah berlari ke arahnya.

"Ada apa? Nampaknya Cleo sangat senang hari ini," Tanya Tuan Exel yang langsung mendudukkan Putranya di atas pangkuannya.

"Bukankah sebentar lagi paman Ken akan pulang?" Tanya Cleon yang balik bertanya ke pada Ayahnya dengan wajah yang di penuhi kebahagiaan.

"Benarkah?" Tanya Tuan Exel mengernyit dengan ekspresi yang nampak seperti sedang berfikir.

"Apa Daddy lupa lagi? Sebentar lagi kan Paman Ken libur, Paman Ken juga sudah janji ke Cleo jika liburan kali ini Paman Ken akan pulang," Jelas Cleon yang membuat Tuan Exel tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Putranya.

"Tentu saja Daddy ingat, apa Cleo sudah sangat merindukan paman Kenzie?" Tanya Tuan Exel.

"Iya Daddy, sudah sangat lama Cleon tidak bertemu paman Ken."

"Sabarlah.. Sebentar lagi Cleo akan bertemu degan paman Kenzie, dan... Bagaimana dengan sekolah Cleo yang baru? Apa menyenangkan? Cleo sudah mendapatkan teman baru di sana?" Tanya Tuan Exel yang terlihat antusias untuk mendengarkan cerita-cerita Cleon di sekolah barunya, tampa menyadari jika ekspresi Putranya saat ini tiba-tiba berubah jadi murung. Untuk sesaat Cleon terdiam, seperti ada beban yang sedang dipikirkan anak tersebut.

"Cleo.. Ada apa?" Tanya Tuan Exel perlahan yang langsung mengerti dengan perubahan ekspresi Putranya.

"Tidak apa-apa Daddy, Cleo hanya belum mendapatkan teman baru."  Jawab Cleon berbohong dan tidak ingin membuat Ayahnya merasakan khawatir.

Sebab sikap dewasa yang Cleon miliki memang sangat jauh berbeda dengan  anak seumurannya, Cleon bahkan bisa berfikir lebih bijak di banding teman-teman seumurannya, sikap pengertian dan penuh kasih sayang yang di miliki almarhuma Ibunya semua di miliki oleh Cleon, dan yang terlihat sangat jelas dalam sikap Cleon adalah dia sangat menyayangi sang Ayah dan tidak ingin melihat Ayahnya merasa khawatir dan bersedih. Sebab selama Ibunya meninggal dunia, Cleon sudah sering melihat Ayahnya bersedih, melihat Ayahnya selalu murung, bahkan kadang juga melihat Ayahnya menitikkan air mata jika sedang duduk seorang diri. Dan hal itulah yang membuat anak sekecil Cleon yang bahkan masih berusia 7 tahun lebih memilih untuk tidak menceritakan semua masalah yang ia hadapi di sekolahnya. Masalah pertengkarannya dengan teman sekelasnya yang ia yakin jika Ayahnya sampai mengetahuinya, Ayahnya pasti akan merasa sangat khawatir padanya. Dan hal itulah yang tidak di inginkan oleh Cleon.

"Apa Cleo baik-baik saja?" Tanya Tuan Exel sekali lagi yang kembali membuat Cleon mengangguk pasti.

"Apa hari ini Daddy tidak ke makam Ibu?" Tanya Cleon dengan senyumnya.

"Daddy akan ke sana. Apa Cleo mau ikut bersama Daddy?"

"Tentu saja, Cleo sudah sangat merindukan Ibu." Balas Cleon mengangguk.

...* * * * *...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Bintang Desember

Bintang Desember

semangat Thor

2021-03-30

1

Puan Harahap

Puan Harahap

suka ceritanya thor

2021-03-26

1

Senja Cewen

Senja Cewen

Veneraaaaa ajib cakep...

Keren ceritanya dek... Lanjut aku bacanya...

The Bride's Of Alves.

2021-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!