Sore ini hujan kembali turun membasahi bumi, dan disana nampak sosok Tuan Exel yang tengah berdiri di depan sebuah taman samping Mansionnya, tempat yang di mana Lovexia akan menghabiskan waktunya selama berjam-jam hanya untuk menikmati hujan yang turun dengan segelas coklat panas dan buku bacaan favoritnya, meskipun hanya rintik namun percikannya yang masuk kedalam sebuah ruangan, membentuk butiran-butiran lembut air yang mengenai telapak tangan Tuan Exel yang sengaja ia ulurkan agar bisa merasakan dinginnya air hujan tersebut.
Sudah hampir satu tahun berlalu sejak kepergian Lovexia, namun tidak ada yang berubah dari perasaan Tuan Exel, hanya sikap Tuan Exel yang sangat berubah sejak saat itu hingga sampai saat ini, dia masih betah berdiam diri, menutup hatinya, dan membiarkan kenangan demi kenangan memenuhi pikirannya, bahkan hujan saat ini kembali mengingatkannya tentang kenangan indah bersama sang istri. Yang di mana jika hujan turun, Lovexia akan selalu duduk di di taman samping Mansion sambil memperhatikan butiran-butiran bening yang jatuh membasahi pepohonan, menikmati suara hujan, bahkan tidak ada suara yang lebih merdu baginya selain suara hujan yang beradu dengan dinding kaca dan lantai.
"Di dunia ini hanya ada tiga suara yang sangat aku sukai, suara hujan, suara tawa Cleon, dan suara detak jantungmu."
Kata demi kata yang pernah Lovexia ucapkan di saat hujan turun kembali terngiang di ingatan Tuan Exel, seakan tidak ingin melupakan segalanya, Tuan Exel kembali menatap pigura istrinya yang masih terpanjang rapi di sebuah dinding tepat di depan tempat tidurnya.
Kau bahkan tidak pernah bertanya tentang suara apa yang sangat aku sukai di dunia ini.
Tuan Exel mengusap wajahnya kasar, semua memori seakan melekat di pikirannya, dan membuatnya semakin sulit untuk bernafas, seolah separuh dari jiwanya ikut pergi, menyisahkan kekosongan hatinya yang terasa hampa, tidak ada satupun yang tersisa, bahkan untuk mencintaipun rasanya sudah tidak mungkin lagi.
"Bisakah kau berjanji sesuatu padaku? Jika suatu saat aku pergi, dan berada jauh dari sisimu, bisakah kau tidak menangis? Tapi.. Aku rasa aku tidak mampu jika jauh darimu, aku terlalu mencintaimu Exel, dan aku akan terus bersamamu, kita akan terus bersama sampai kita menua, dan melihat Putra kita bahagia. Itu adalah impianku saat pertama kali kali kau menikahiku."
Kata terakhir yang terucap dari mulut Lovexia waktu itu, di mana pada saat itu Tuan Exel tengah memeluknya erat sambil menikmati rintik hujan, dengan selimut yang menutupi tubuh mereka. Meski pada akhirnya Lovexia yang mengingkari janjinya sebab telah meninggalkan Tuan Exel terlebih dahulu.
Lama Tuan Exel terlarut dalam lamunannya, hingga suara langkah kaki putranya terdengar menghampirinya.
"Daddy... "
Suara Cleon kembali membuat Tuan Exel tersadar, jika ia harus terus kuat demi buah hatinya, dengan senyum yang melebar dari bibir Tuan Exel, ia meraih tubuh putranya untuk di gendongnya, sambil berdiri menikmati percikan air hujan yang sesekali mengenai wajah mereka.
"Ada apa mencari daddy? Apa Cleo perlu sesuatu?" Tanya Tuan Exel lembut sambil merapikan rambut putranya yang sedikit berantakan.
"Tidak, Cleo hanya sedang merindukan Mommy.. "
"Apa kita perlu mengunjungi Mommy?" Tanya Tuan Exel lagi.
"Tapi, bukankah baru kemarin Daddy dari makam Mommy," Jawab Cleon.
"Benarkah? Daddy hampir lupa."
"Bahkan hampir tiap hari Daddy mengunjungi makam Mommy," Balas Cleon lagi yang membuat Tuan Exel seketika terdiam.
Bahkan tampa Tuan Exel sadari jika waktunya hampir ia habiskan untuk mengunjungi makam istrinya, seolah di sana sudah menjadi tempat ternyaman buat Tuan Exel yang selalu bercerita, dan menumpahkan segala kesedihan, kerinduan, dan perkembangan putra mereka Avniel Cleon Deska yang kini sudah berusia 6 tahun.
"Baiklah.. Besok kita akan ke makam Mommy, Tapi sebelum itu Daddy harus menghadiri pertemuan penting dulu bersama Paman Dean dan Bibi Launa, bisakah Cleo menunggu?"
"Daddy akan pergi bersama Bibi Launa?" Tanya Cleon dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah.
"Iya, ada apa?"
"Kenapa perginya tidak bersama Paman Dean saja?"
"Sebenarnya bisa, tapi pertemuan Daddy kali ini memang harus bersama Sekretaris Daddy, jadi Bibi Launa juga harus ikut."
"Iya sudah Daddy.. Semoga semua berjalan dengan lancar." Kalimat pasrah dari Cleon namun tetap menyemangati sangat Ayah.
"Terimakasih sayang.. Cleo selalu menjadi Putra Daddy yang terbaik, Daddy menyayangimu Nak." Balas Tuan Exel seraya memeluk tubuh Putranya.
Selama di tinggal Ibunya, Cleon memang tidak pernah nyaman jika ada seorang wanita yang berada di sekeliling Tuan Exel, siapapun wanita tersebut. Bahkan Cleon yang ceria akan berubah menjadi sangat pemurung dan juga pendiam jika ia melihat ada seorang wanita mendekati Ayahnya. Meskipun Cleon tidak pernah mengatakannya secara langsung rasa ketidak sukaannya, namun sangat Ayah sangat mengerti, bahkan hanya dengan melihat perubahan sikap dan ekspresi putranya.
Namun kali ini, Tuan Exel benar-benar tidak mengerti kenapa putranya Cleon sedikit tidak memiliki simpati ke pada sekretarisnya Launa, yang bahkan sudah lama ikut dengannya, bahkan sebelum Cleon lahir di dunia ini. Meskipun demikian, Tuan Exel selalu mencoba untuk memahami perasaan Putranya, dengan cara akan menjauhi Launa sebisa mungkin jika ia tengah bersama dengan Putranya. Dan dapat di bayangkan, akan sesulit apa, sebab Launa adalah sekretaris yang begitu di percaya oleh Tuan Exel. Sebab Launa adalah seorang wanita yang cerdas, cekatan, dan bisa diandalkan dalam kondisi apapun, selain memiliki wajah yang cantik juga tubuh yang indah, Launa juga seorang wanita yang memiliki tutur kata lembut, penuh sopan santun juga sangat penyayang dan perhatian. Dan hal itu yang membuat Tuan Exel betah untuk bekerjasama sama dengan Launa. Bahkan selama masa terpuruk Tuan Exel saat kehilangan istrinya, Launa yang selalu ada buat menyemangati Tuan Exel. Sebagai Sekretaris, Launa adalah wanita yang cukup sempurna.
* * * * *
KOTA XX.
Sambil terus berjalan di atas trotoar tepi jalan raya, Verena terus memandang was-was ke arah kendaraan yang sejak tadi berlalu lalang di sampingnya, panas terik matahari di jam yang masih menunjukan pukul 10 pagi membuat Verena semakin mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke kampusnya dengan tepat waktu.
Ah sial.. Lagi-lagi aku kesiangan,
Umpat Verena membatin, dan semakin mempercepat langkah kakinya, hingga akhirnya ia bisa tersenyum lega sebab kali ini, ia masih beruntung sebab masih punya waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah berjalan kaki dari Apartemen menuju ke kampusnya yang sebenarnya tidak terlalu jauh, bahkan hanya membutuhkan waktu selama 25 menit saja.
"Astaga aku sungguh lelah," Gumam Verena sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kantin dengan sedikit memijat betisnya yang ia rasakan lumayan sakit.
"Veren.. " Sapa seseorang yang sepertinya sudah lama memperhatikannya sejak tadi.
"Hei," Balas Verena tersenyum yang masih tetap pada posisinya yang masih menyandarkan tubuhnya, meskipun pria tersebut sudah duduk tepat di hadapannya.
"Ada apa?" Tanya Verena lagi, saat ia merasa sejak tadi felix terus memperhatikan semua gerak geriknya, meskipun Felix tidak melakukan apapun, namun tatapan tajam mata Felix cukup mengganggu waktu istrahatnya.
"Yaakk... Mau sampai kapan kau terus memperhatikanku seperti itu?" Tanya Verena dengan nada yang sedikit meninggi hingga membuat Felix sedikit tersentak.
"Maaf.. Aku hanya suka memperhatikanmu," Jawab Felix seadanya sambil tersenyum seraya menegakkan tubuhnya dan menopang dagunya dengan menggunakan kedua tangannya.
"Hentikan, berhenti tersenyum seperti itu, kau sangat mengerikan," Balas Verena bersiap untuk beranjak dari duduknya, sampai akhirnya ia mendengar suara decitan kursi yang di tarik tepat di sampingnya.
"Apa lagi sekarang?" Tanya Verena sambil menatap horor ke arah sosok pria yang baru saja datang dan langsung mendudukan dirinya di atas kursi sambil menyilangkan kakinya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Verena semakin jengah.
"Tentu saja untuk makan, ini kantin kan? Kau pikir aku ke sini untuk apa?"
Kau juga biasanya tidur di sini, dasar pria aneh,
"Bukankah disana masih banyak kursi yang kosong? Kenapa harus di sini?" Tanya Verena yang masih menatap tajam ke arah Kenzie yang nampak masa bodoh bahkan semakin menyamankan duduknya.
"Tsk, kenapa bukan kau saja yang pindah kensana?" Tanya Kenzie yang membuat Verena semakin geram.
"Apa? Kenapa harus aku?"
"Ken, berhentilah menggodanya," Timpal Felix yang membuat Kenzie tersenyum miring ke arah Verena yang sudah berang.
"Bukankah sangat menyenangkan jika terus menggodanya? Gadis aneh," Balas Kenzie.
"Apa? Gadis aneh? Kau pria berwajah pucat, berhenti menguji kesabaranku, tidak kah sadar jika kau itu sangat menyebalkan?" Dengan nada tinggi Verena kembali menatap wajah Kenzie yang bahkan masih nampak biasa saja.
"Benarkah? Mungkin hanya kau sendiri yang merasa jika aku ini menyebalkan, apa kau tidak menyadari visualku yang....
"BERHENTI MEMUJI DIRIMU SENDIRI BRENGSEK... KAU BAHKAN TIDAK TERLIHAT TAMPAN SEDIKITPUN." Teriak Verena yang sontak membuat Kenzie dan Felix tersentak.
Dengan kasar Verena beranjak dari duduknya hingga kursi yang sejak tadi ia duduki terjungkal ke belakang. Bahkan tampa sepatah katapun lagi Verena langsung melangkah pergi, meninggalkan Kenzie yang masih sibuk mengusap wajahnya yang sedikit terkena ciptratan liur dari mulut Verena.
"Ap.. Apa ini, liur? Dasar gadis jelek, YYAAAAAKKKKK... KAUUU....
"Berhentilah berteriak jika kau tidak ingin urat lehermu putus, kau bahkan membuatnya pergi sekarang," Balas Felix dengan raut wajah kecewa bercampur kesal.
"Aiss.. Wajahku.. Beraninya dia mencipratkan liur menjijikannya di wajah tampan ku.. Aaiiss.. " Umpat Kenzie yang terus mengusap wajahnya dengan tisu.
"Kau terlalu berlebihan, kau bahkan pantas mendapatkannya, mungkin kali ini kau beruntung sebab tidak mendapatkan pukulan Veren."
"Yaakkk... Apa maksudmu, kenapa kau jadi membelanya, gadis aneh itu... Hei jangan bilang jika kau masih berharap pada gadis itu.. "
"Memang apa masalahnya," Jawab Felix dengan wajah polosnya.
"Apa? Kau benar-benar masih menyukainya? Bahkan dia sudah menolakmu hingga berkali-kali."
"Aku tidak peduli," Balas Felix masih dengan wajah polosnya.
"Ternyata kalian memang sama saja,"
"Benarkah?"
"Yah, sama gilanya." Balas Kenzie yang langsung beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
"Yaakk.. Bukankah kau ke sini untuk makan?" Tanya Felix sambil mengejar Kenzie yang semakin mempercepat langkahnya.
"Nafsu makanku sudah hilang,"
"Apa? Kenapa tiba-tiba?"
"Tentu saja karena melihat kebodohanmu, aku mendadak merasa kenyang."
"Yak... Sialan.. Kau bisa mengatakan itu karena kau tidak pernah mencintai seseorang ataupun jatuh cinta kepada seseorang," Balas Felix terkekeh.
"Siapa bilang aku tidak pernah jatuh cinta pada seseorang?" Ucap Kenzie yang merasa tidak terima dengan perkataan Felix.
"Ha? Jadi kau.. "
"Lupakan.. Aku mau ke kelas,"
"Bukankah Dosen masuk masih sekitar 15 menit lagi? Biasanya kau selalu terlambat untuk masuk kelas,"
"Hari ini aku mau masuk lebih awal untuk mencekik seseorang," Jawab Kenzie yang semakin mempercepat langkah kakinya. Sedang Felix hanya melongo sambil mengikuti langkah lebar Kenzie.
* * * * *
"Saya mohon.. Tolong selamatkan anak saya.. Bawah dia pergi dari sini.. Tolong.. Hubungi nomor ini.."
"ARRGGHHHH... "
Teriakkan Verena terdengar memenuhi ruangan kamarnya yang sempit, dengan tubuh yang sudah di penuhi keringat Verena beringsut turun dari tempat tidurnya sambil melangkah pelan ke arah pantry untuk mengambil segelas air mineral dari dalam kulkas untuk di minumnya.
Bahkan ini sudah satu tahun berlalu, kenapa aku masih saja merasa takut..
Verena menyandarkan tubuhnya di dinding, bahkan tubuhnya tiba-tiba merasa lemas seolah tidak mempunyai tenaga lagi, mimpi buruk yang selalu menghantuinya tiap malam sungguh membuatnya sangat tersiksa. Meskipun Verena sudah meninggalkan kota tersebut, meninggalkan semua keluarganya, sekolah juga orang-orang terdekatnya, namun tetap saja, semua kejadian satu tahun yang lalu masih saja menghantuinya, masih saja terus mengingatkannya tentang kota yang telah merubahnya menjadi seorang pembunuh.
Insiden kecelakan yang pernah Verena alami menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Seringnya Verena bermimpi buruk membuatnya menderita, akibat rasa bersalah sebab karena kelalaiannya yang sudah mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Bahkan insiden itu telah merubah hidupnya, Verena yang sudah tidak memiliki keberanian lagi mengendarai sebuah mobil, ataupun menumpangi mobil jenis apapun kecuali dalam keadaan mendesak, membuat semua orang yang berada di sekitar Verena merasa heran, bahkan sering bertanya-tanya sebenarnya apa yang salah dengannya, dan tentu saja pertanyaan tersebut timbul kepada setiap orang yang tidak mengetahui masa lalu Verena, masa lalu yang selalu ia sembunyikan, dan ia kubur dalam- dalam.
...* * * * *...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Fira Ummu Arfi
salam ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-04-17
1
Fira Ummu Arfi
lanjuuuttt baca kakkkk😍😍😍😍
2021-04-17
1
Bintang Desember
like buat Thor.
2021-03-30
1