Ashqar terlihat begitu serius memeriksa angka pada buku keuangan, menghitung tiap rupiah dari pendapatan harian yang mencapai tujuh juta. Dahinya berkerut lebih dalam ketika merasa ada kekeliruan dalam hitungannya, lalu kembali mengendur saat telah membenahi kesalahan dan setelahnya, sekali lagi, dia hanyut dalam angka-angka.
Namun, tiba-tiba fokusnya menguap ketika suara dering ponsel berteriak nyaring yang langsung ia hadiahi umpatan. Ashqar menyambar ponsel hitam miliknya yang berada di dekat sebuah pigura, membuka mulut siap dengan serentetan kalimat. Namun, ketika matanya membaca nama kontak di layar ponsel seketika makian yang hendak Ashqar layangkan ia telan kembali.
“Assalamu’alaikum, Mbak.”
“Wa’alaikummussalam. Kamu ini, dari tadi mbak chat nggak dibales-bales.”
Ashqar meringis mendengar omelan kakak ketiganya. “Maaf, Mbak. Aku lagi memeriksa laporan keuangan.”
Terdengar suara decihan dari seberang sambungan. “Tinggal dulu laporannya. Buka chat yang mbak kirim, sekarang!”
“Sebentar, Mbak. Laporanku tanggung, tinggal sedikit lagi.”
“Kalau mbak bilang sekarang ya sekarang!” bentak kakak perempuan Ashqar yang membuat pria itu hampir terjungkal dari kursi. “Pokoknya buka sekarang! Assalamu’alaikum.”
“Wa … alaikummusslam.”
Ashqar mendadak lingliung sambil menatap layar ponselnya yang telah mati. Mbak Rahma tidak pernah berubah bahkan setelah menikah dan memiliki anak, semakin menyeramkan persis seperti singa betina.
Ashqar mengatifkan ponselnya dan memeriksa pesan Whatsapp yang Rahma kirim. Ia tidak ingin kembali dimarahi karena ketahuan belum membaca pesan tersebut.
Ashqar merasa heran juga penasaran ketika kakaknya mengirimi tiga foto sekaligus, hal yang jarang apalagi kakaknya itu sampai ngotot sekali memintanya membuka pesan. Sayangnya, karena hari sedang hujan menyebabkan layanan provider mengalami gangguan. Butuh waktu yang cukup lama untuk mengunduh gambar-gambar tersebut. Namun, samar-samar Ashqar bisa melihat gambar tubuh perempuan dengan bikini.
Tidak, tidak mungkin kakaknya mengirim gambar senonoh seperti itu. Apa karena dia tidak kunjung memiliki pasangan? Sampai-sampai Mbak Rahma menyodorkan foto seperti itu padanya.
“Nggak mungkin Mbak Rahma begitu.” Ashqar menggeleng geli membayangkan kakaknya melihat gambar perempuan-perempuan telanjang dan memeriksanya satu-persatu sebelum dikirimkan padanya.
Ashqar mengecek ponselnya dan terkejut ketika ketiga gambar sudah berhasil diunduh. Gambar itu benar-benar gambar seorang wanita dengan bikini hitam yang minim dan sexy.
Sedikit terburu-buru, Ashqar menghubungi Rahma.
“Assa—”
“Mbak ini apa-apaan, sih!”
“Salam dulu, wahai anak yang mengaku muda,” sindir Rahma.
Sindiran Rahma menyadarkan Ashqar. “Assalamu’alaikum,” ucap Ashqar dengan suara yang lebih kalem. “Kenapa Mbak kirim gambar seperti itu?”
Rahma menjawab setelah salam, “Mbak tebak, kamu belum lihat wajah perempuan sexy itu. Iya, ‘kan?”
Ashqar terlihat semakin bingung. “Hah? Kenapa?”
Rahma terdengar meratapi kebodohan Ashqar, menurutnya, dan sekali lagi meminta adiknya itu untuk membuka gambar yang ia kirimkan. “Sudah lihat? Itu siapa?” berondong Rahma.
Ashqar kehilangan suaranya, matanya bergerak gelisah menatap wajah nakal perempuan berbikini tersebut. “Ni … Nita?” Ashqar tercekat.
“Yap! Bagus kalau kamu masih ingat perempuan sialan itu. Mbak juga kaget waktu lihat dia ada di majalah laknat itu.”
“Majalah?” Seakan disiram air dingin, Ashqar mendadak mendapatkan kembali kesadarannya. “Majalah apa, Mbak?”
“Ya majalah dewasa ‘lah, apa lagi? Kamu pikir majalah fashion,” sembur Rahma sebelum kembali melanjutkan, “Mas Dani yang kirimkan gambar itu ke mbak. Ya … walaupun mbak masih kesel karena ternyata Masmu suka lihat yang begituan, tapi paling nggak itu berguna buat kamu supaya bisa move on dan ….”
“Aku udah move on, Mbak,” sangkal Ashqar. Paling tidak begitu yang ia pikir selama hampir empat tahun ini, tapi begitu melihat wajah Nita, Ashqar masih tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa ia masih mencintai perempuan itu.
Hatinya masih terluka karena perpisahan mereka beberapa tahun yang lalu, dan kini ia semakin terluka melihat perempuannya menjajakan tubuh dalam lembaran majalah dewasa. Ashqar tidak percaya bahwa perempuan dengan tubuh yang hanya dibalut dengan bikini hitam dan berpose menggoda itu adalah Nita, mantan istrinya.
“Heh, bocah! Kamu pikir mbak nggak tahu kalau kamu diam-diam masih berharap sama perempuan sundel itu, hah?”
“Mbak, jaga bicaranya!”
“Berani kamu bentak mbak!”
Ashqar seketika terdiam. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Beberapa menit terasa seperti waktu yang panjang di ruang kosong tanpa ventilasi dan penerangan.
“Ma … maaf, Mbak,” ucap Ashqar lirih.
Rahma menghembuskan napas kasar. “Mbak juga minta maaf,” ucapnya penuh sesal. “Mbak tahu kamu masih belum bisa melupakan perempuan itu dan mbak harap dengan ini kamu bisa sadar seberapa buruknya dia, Dek.”
Rahma bukan satu-satunya yang mengetahui perasaan Ashqar yang sengaja disembunyikan, kedua orangtua mereka dan dua kakak tertuanya mengetahui hal itu. Namun, mereka memilih diam dan membiarkan Ashqar mengobati hatinya perlahan-lahan.
Sayangnya, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah. Ashqar justru menyimpan perempuan sundel itu, begitu Rahma memanggilnya, di sudut hatinya. Bahkan saat Ashqar mencoba menjalin hubungan dengan perempuan lain yang hanya bertahan beberapa bulan saja, Ashqar tanpa sadar kerap kali membandingkan pacarnya dengan mantan istrinya itu.
Saat Ashqar tak kunjung berbicara, Rahma memanggil, “Ashqar?”
“I … iya, Mbak?” Ashqar tergagap.
“Gini, selain mbak ingin kamu tahu kebenaran perempuan itu, mbak juga mau bertanya sesuatu. Kamu tahu bagaimana kabar anakmu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
MoEsT*Mυɳҽҽყ☪bUnAaL
aha..ada perempuan sundel ya hihi
2021-11-16
0
Micha
Ga sengaja nemu novel ini... Pas baca blurbnya kok yg komennya author² femeussh dr novel² yg ada di rak bukuku...
Haseek, nambah lg deh PR ku...😍😍
2021-11-06
0
Feby ayyu❤🌷
baru baca
2021-06-12
0