Romansa Di Makara Jingga

Romansa Di Makara Jingga

Lamaran

Lalu lintas di Pasar Rebo malam ini cukup padat padahal sudah lewat jam pulang kerja. Para penumpang mikrolet bernomor 19 sudah mulai turun dan menyisakan sepasang kekasih yang masih saling berbicara. Lelaki berkemeja biru muda itu menatap tajam perempuan berjilbab biru tua yang serasi dengan celana jeansnya.

“Vir, Abang sudah yakin mau nikah sama kamu. Tapi, kamu harus lulus kuliah dulu ya!” ucap Kosa, lelaki berkulit putih bersih.

Perempuan itu diam saja sementara Kosa terus bicara mengenai keinginannya menikah. Dalam hatinya bergumul banyak pernyataan yang tak terlontarkan.

Duuh, koq yah ngajak nikah di angkot sih? Sama sekali tidak romantis. Dirinya membayangkan adegan film dimana si lelaki berlutut dengan menyodorkan cincin berlian dan seikat mawar merah di restoran mewah yang diiringi gesekan biola. Aaaah, mimpi!

Vira menatap Kosa dalam diamnya. Sepertinya Kosa yakin bahwa Vira akan menerima permintaan nikahnya. Ya sudahlah, pikirnya. Biarkan saja Kosa bicara panjang lebar.

Ketika Kosa membicarakan tentang lulus kuliah, Vira jadi memikirkan proposal skripsinya yang dikembalikan oleh Pak Irsyam, dosen pembimbingnya. Semua lembar dalam proposalnya penuh dengan catatan. Teorinya tidak tepat dan Pak Irsyam meminta Vira untuk membaca salah satu buku teori tentang relasi sipil militer terbitan asing yang dia tahu akan susah mencarinya.

Tetiba suara supir mikrolet memecah pembicaraan sepihak ini. “Maaf ya Mbak dan Mas, turun di sini saja! Saya mau putar balik soalnya depan macet banget”, ucap Pak Supir.

Bergegas Kosa dan Vira turun dari mikrolet dan berjalan menuju sisi jalan di seberangnya. Menunggu Bis Kota menuju Bekasi yang relatif lebih sedikit daripada di pertigaan tempat biasanya. Sesekali Kosa membicarakan rencana yang tadi disampaikan dan sesekali pula ditimpali Vira dengan kalimat singkat atau senyuman. Malam yang panjang.

_____________________

Flashback

Elvira Kinanti

Sudah lebih dari satu tahun tahun Vira dan Kosa menjalin cinta. Kosa adalah senior satu tahun di jurusannya, Fakultas ISIP salah satu Universitas milik pemerintah di Depok.

Sebenarnya usia Kosa dan Vira terpaut tiga tahun namun Kosa baru masuk kuliah di kampus berlogo makara jingga saat tahun ketiga setelah dua tahun sebelumnya menjadi mahasiswa Universitas Negeri di Yogyakarta. Meskipun senior dan yunior, mereka baru dekat di tahun ketiga Vira kuliah, saat Vira dan Kosa mengambil mata kuliah yang sama, Politik di Timur Tengah.

Teringat pertama kali interaksi awalnya bersama Kosa. “Vir, boleh bicara sebentar?"

Tetiba Kosa menghampiri Vira yang sedang membereskan buku-buku kuliahnya. Vira dan kelompoknya baru saja menyelesaikan presentasinya yang juga menandakan kuliah berakhir.

“Oh iya, ada apa Kak?” tanya Vira.

Ada perasaan terkejut karena baru pertama kali ini Kosa mengajaknya bicara. Biasanya Vira hanya melihat teman-temannya mengobrol dengan seniornya ini perihal tugas atau penelitiannya. Dirinya sendiri hanyalah tipe mahasiswa yang hanya pergi ke kampus untuk kuliah dan bukan lainnya.

“Teori elit Mosca yang tadi dipakai untuk menganalisis Partai Ba’ath era Saddam Hussein di Irak kurang pas, karena kajiannya tidak struktural hirarkis,” jelas Kosa dengan nada lembut tanpa menggurui.

“Oh gitu ya Kak? Kenapa tadi gak sekalian ditanya pas lagi presentasi Kak?” Tanya Vira sambil menatap Kosa dengan agak sungkan.

“Lebih enak langsung sama lo kayak gini, sahut Kosa sambil tersenyum. Sukses ya nanti perbaikannya!”

Vira tersenyum setelah mengucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan Kosa. Dalam hati Vira merasa aneh, tidak mengerti mengapa seniornya ini harus menjelaskan teorinya padahal selama presentasi tadi, dosennya pun tidak ada keluhan terhadap makalah kelompoknya.

Ah, sudahlah. Nanti saja dibahasnya, perutnya yang lapar dan rasa capek setelah presentasi menderanya membuat dirinya tidak terlalu berminat mendengarkan penjelasan Kosa. Sudah dua hari ini Vira kurang tidur karena sibuk mempersiapkan makalahnya. Dua teman lainnya tidak terlalu banyak membantu dan dirinya hanya pasrah, tidak banyak berharap.

______________________________

Kosara Dwinanta

Ini adalah tahun keempat dirinya kuliah di salah satu Universitas ternama di Ibukota. Hari-harinya tidak banyak berubah. Selain mengambil seminar pilihan masalah untuk menentukan topik skripsinya, dirinya hanya mengambil beberapa mata kuliah pilihan saja hanya untuk sekedar memenuhi kredit sks yang kurang. Tidak terlalu banyak.

Semester depan dirinya akan fokus dengan skripsi saja. Namun, ada dua mata kuliah yang diasisteninya tapi membutuhkan perhatian yang cukup karena dosen pengampunya terlalu sibuk bekerja di luar kampus. Sepertinya lebih dari separuh semester justru dirinya yang mengajar dibandingkan dosennya. Dan ada beberapa penelitian berjalan di Pusat Kajian yang meminta dirinya sebagai koordinator lapangan di beberapa daerah seperti Serang, Bogor, dan Bekasi tapi itu tidak intensif, hanya diminta membantu saja oleh peneliti utama.

Hari ini ada mata kuliah Politik di Timur Tengah, salah satu mata kuliah pilihan untuk memenuhi kredit sks yang kurang.

Awalnya dia mencari mata kuliah pilihan yang sekiranya cocok dengan topik skripsinya yang fokus pada politik Indonesia. Ternyata semua mata kuliah internal sudah diambilnya. Mau mengambil mata kuliah antar fakultas sepertinya agak merepotkan karena administrasinya harus diurus dirinya sendiri. Membayangkan bolak-balik antar fakultas sepertinya hanya membuang waktu. Akhirnya dirinya memilih mata kuliah politik di luar negara Indonesia.

Mata kuliah Politik di Timur Tengah lumayan menarik. Ada beberapa negara yang dibahas dan presentasi kelompok mingguan. Dosen pengajarnya masih muda, senior lima tahun di atasnya, karenanya minta dipanggil dengan panggilan Mas Syahran saja. Beliau juga aktif di Pusat Kajian.

Kosa merasa, dirinya tidak terlalu susah untuk mempelajari mata kuliah ini. Setelah memperhatikan sekelilingnya, sepertinya hanya dirinya senior yang masuk di mata kuliah ini. Mahasiswa lain ternyata juniornya di peminatan yang berbeda.

Kosa melihat bahwa dirinya mengenali sebagian besar peserta mata kuliah ini khususnya yang perempuan. Beberapa di antaranya seringkali meminta bantuan dirinya untuk memilih teori yang tepat untuk makalah presentasi atau tugas. Beberapa mahasiswa lelaki juga sering ia ajak untuk ikut dalam penelitian.

Kali ini kelompok yang maju presentasi ada tiga mahasiswa, dua perempuan dan satu lelaki. Kosa hanya mengenali salah satu perempuan yaitu Santi, karena sering ngobrol dengannya. Perempuan yang satunya pasti bernama Elvira. Kosa menyadari bahwa dirinya baru kali ini mengenal perempuan itu.

Ketika presentasi, terlihat Vira mendominasi arah diskusi, hampir semua pertanyaan sebagian besar dijawab oleh Vira. Kosa menduga bahwa makalah presentasinya ini dibuat oleh Vira dan dua mahasiswa lainnya hanya sedikit berkontribusi.

Semua orang tampak puas dengan presentasi kelompok ini namun hanya Kosa yang menyadari bahwa teori yang digunakan tidak sesuai. Ingin rasanya bertanya tapi sepertinya ini akan mengurangi rona kepuasan yang muncul di wajah para pemakalah. Akhirnya diputuskan nanti saja bicara langsung secara personal setelah kuliah berakhir.

“Vir, boleh bicara sebentar?"

Kosa menghampiri Vira yang sedang membereskan buku-buku kuliahnya. Mahasiswa lain sudah berhamburan keluar kelas..

“Oh iya, ada apa Kak?” tanya Vira.

Wajah Vira menunjukkan raut wajah sedikit terkejut. Tidak ada senyum seperti mahasiswi lainnya ketika dirinya bicara dengan mereka

“Teori elit Mosca yang tadi dipakai untuk menganalisis Partai Ba’ath di Irak kurang pas, karena kajiannya tidak struktural hirarkis,” jelasnya.

Kosa lalu menjelaskan perbedaan antara hegemoni dan membangun ketidaksadaran sebagai bentuk kepatuhan kepada penguasa yang harus menjadi tolak ukurnya dengan kajian elit dalam struktur kelembagaan.

“Oh gitu ya Kak? Kenapa tadi gak sekalian ditanya pas lagi presentasi Kak?” tanya Vira yang membuat Kosa agak terkejut.

Wajahnya sepertinya tidak terlalu bersahabat. Apakah Vira mengetahui Kosa ini adalah seniornya. Perlakuan berbeda ini membuatnya seperti bukan Kosa yang biasanya.

“Lebih enak langsung sama lo kayak gini," sahut Kosa sambil tersenyum, menutupi rasa terkejutnya.

"Sukses ya nanti perbaikannya!” Kosa pun berlalu meninggalkan Vira yang sepertinya tidak terlalu peduli dengan bantuannya tadi.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Nyimak ya thor

2024-01-31

0

Nailil Ilma

Nailil Ilma

semangat Thor. Jangan lupa mampir di "Cinta Anak Pesantren"

2021-04-24

0

Fiah

Fiah

👍

2021-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Lamaran
2 Oase Kampus (Awal Mula)
3 Gosip Baru
4 Tatapan Tajam
5 Cafe Gerimis
6 Proposal Ta'aruf
7 Curhat Ratu Sejagad
8 Kamis Bahagia Part 1
9 Kamis Bahagia Part 2
10 Kamis Bahagia Part 3
11 Love is in the Air
12 Out of the Blue
13 It Takes Two to Tango Part 1
14 It Takes Two to Tango Part 2
15 Bukan Tipenya
16 Cemburu Pada Masa Lalu
17 Well Begun is Half Done
18 Curiosity Killed the Cat
19 A Penny for Your Thoughts
20 A Little Bird Told Me
21 Face the Music
22 Rindu Mendera di Karawang
23 Over the Moon
24 Yang Terlupa di Kathmandu
25 Yang Teringat di Pokhara
26 Dua Jam Dua Dollar di Ulleri
27 Menuju Ghorepani Bersama Sandeep
28 Hujan Es di Tadapani dan Alice dari Portland
29 Old Chhomrong versus New Chhomrong
30 Berubah Pikiran
31 Dovan and the Girl Who Lost in the Mountain
32 Deurali - 1000 Rupee
33 Nostalgia di Yogyakarta
34 In the Still of the Night
35 Dalam Diamnya Macchapuccre
36 Di Bawah Kaki Annapurna
37 Avalanche - Salju Longsor
38 Bamboo - Perempuan Nakal
39 Kembang Desa
40 Jhinu Nada dan Kolam Air Panas
41 Di Ujung Perjalanan Part 1
42 Rendezvous
43 Di Ujung Perjalanan Part 2
44 The Starry Night Fills You with Joy
45 Let the Rain Kiss You
46 Once Bitten Twice Shy Part 1
47 Once Bitten Twice Shy Part 2
48 Live and Learn
49 A Stitch in Time Saves Nine
50 It's Always Darkest Before the Dawn Part 1
51 It's Always Darkest Before the Dawn Part 2
52 Look Before You Leap
53 The Ball is in Your Court
54 Day in the Sun
55 Turn Over a New Leaf
56 I Won't Give Up
57 Pertemuan Pertama Dari Masa Lalu
58 There's No Such Thing as a Free Lunch
59 Hand in Glove
60 Blood is Thicker than Water
61 Friend or Foe
62 Sebuah Penjelasan
63 Off the Hook
64 Perpisahan Bobby
65 Worn a Place in Heart
66 Go to Pieces
67 Love Brings Pain and Pain Brings Beauty
68 Saturday Night Fever
69 Gloomy Saturday Night
70 Back to Drawing Board
71 The Ship has Sailed Part 1
72 The Ship has Sailed Part 2
73 The Ship has Sailed Part 3
74 Ain't Gold Digger
75 At Oods with Someone
76 Twist Someone's Arm
77 Get Wind of Something
78 Cool as a Cucumber
79 Good Things Come to Those Who Wait
80 It hurts to let go but sometimes it hurts more to hold on
81 Get Down to Business
82 Mom Knows Best
83 Barking up to the Wrong tree
84 Take Something in Stride
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Lamaran
2
Oase Kampus (Awal Mula)
3
Gosip Baru
4
Tatapan Tajam
5
Cafe Gerimis
6
Proposal Ta'aruf
7
Curhat Ratu Sejagad
8
Kamis Bahagia Part 1
9
Kamis Bahagia Part 2
10
Kamis Bahagia Part 3
11
Love is in the Air
12
Out of the Blue
13
It Takes Two to Tango Part 1
14
It Takes Two to Tango Part 2
15
Bukan Tipenya
16
Cemburu Pada Masa Lalu
17
Well Begun is Half Done
18
Curiosity Killed the Cat
19
A Penny for Your Thoughts
20
A Little Bird Told Me
21
Face the Music
22
Rindu Mendera di Karawang
23
Over the Moon
24
Yang Terlupa di Kathmandu
25
Yang Teringat di Pokhara
26
Dua Jam Dua Dollar di Ulleri
27
Menuju Ghorepani Bersama Sandeep
28
Hujan Es di Tadapani dan Alice dari Portland
29
Old Chhomrong versus New Chhomrong
30
Berubah Pikiran
31
Dovan and the Girl Who Lost in the Mountain
32
Deurali - 1000 Rupee
33
Nostalgia di Yogyakarta
34
In the Still of the Night
35
Dalam Diamnya Macchapuccre
36
Di Bawah Kaki Annapurna
37
Avalanche - Salju Longsor
38
Bamboo - Perempuan Nakal
39
Kembang Desa
40
Jhinu Nada dan Kolam Air Panas
41
Di Ujung Perjalanan Part 1
42
Rendezvous
43
Di Ujung Perjalanan Part 2
44
The Starry Night Fills You with Joy
45
Let the Rain Kiss You
46
Once Bitten Twice Shy Part 1
47
Once Bitten Twice Shy Part 2
48
Live and Learn
49
A Stitch in Time Saves Nine
50
It's Always Darkest Before the Dawn Part 1
51
It's Always Darkest Before the Dawn Part 2
52
Look Before You Leap
53
The Ball is in Your Court
54
Day in the Sun
55
Turn Over a New Leaf
56
I Won't Give Up
57
Pertemuan Pertama Dari Masa Lalu
58
There's No Such Thing as a Free Lunch
59
Hand in Glove
60
Blood is Thicker than Water
61
Friend or Foe
62
Sebuah Penjelasan
63
Off the Hook
64
Perpisahan Bobby
65
Worn a Place in Heart
66
Go to Pieces
67
Love Brings Pain and Pain Brings Beauty
68
Saturday Night Fever
69
Gloomy Saturday Night
70
Back to Drawing Board
71
The Ship has Sailed Part 1
72
The Ship has Sailed Part 2
73
The Ship has Sailed Part 3
74
Ain't Gold Digger
75
At Oods with Someone
76
Twist Someone's Arm
77
Get Wind of Something
78
Cool as a Cucumber
79
Good Things Come to Those Who Wait
80
It hurts to let go but sometimes it hurts more to hold on
81
Get Down to Business
82
Mom Knows Best
83
Barking up to the Wrong tree
84
Take Something in Stride

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!